Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Enyak Nyapnyap Lantaran Kerudung Lebaran Siti Hilang

26 Juni 2017   07:46 Diperbarui: 26 Juni 2017   16:44 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: deyerler.org

Lebaran tahun ini terasa tidak nyaman bagi Zainab. Bukan disebabkan kurang duit untuk membuat ketupat dan membeli daging sapi yang harganya tengah melambung tinggi. Juga bukan tidak mampu melengkapi makanan yang tersedia di meja meyambut tetamu dengan dodol Betawi.

Apa lagi membeli pakaian baru untuk mertua dan anak-anak. Duit pemberian dari suaminya, Bang Jali lebih dari cukup. Apa lagi sekarang Bang Jali gajinya "gede", karena baru saja diangkat jadi manajer di perusahaannya.

Rasa tidak enak di diri Zaenab bukan karena mertua tidak senang. Apa lagi sekarang melihat Bang Jali rada keren. Sedikit kece-lah, kayak anak muda tetangganya: pakaian necis, rambut disisir rapi dan mengkilat walau tanpa minyak rambut. Kadang tetangga sebelah ngomongin Bang Jali makin rapi itu dengan menyebu,: "Kalo ada laler nemplok di kepala, pasti kepleset. Saking rapinya rambut di atas kepala Bang Jali itu."

"Mertua senang karena merasa anaknya diurusi bininya," kata para tetangga lagi.

Zaenab nggak terpengaruh dengan ocehan para tetangga tentang Bang Jali, suaminya yang makin dicintai itu. Apa lagi sekarang sudah jadi manajer, nggak sombong orangnya sama siapa saja. Supel, rajin kerjanya, sayang sama keluarga. Dan, yang penting, rajin pula nyetor gajinya kepada bini tersayang.

"Ini karena doa. Doa semua orang, yang meminta ketika aye nikah dengan Bang Jali supaya dapat dijadikan keluarga yang senang. Menjadi keluarga sakinah, mawadah dan waromah," kata Zaenab dalam hati sambil mensyukuri apa yang diperolehnya. Sebagai rasa syukur, ia pun mengungkapkan kebahagiannya itu dengan membeli pakaian baru untuk beberapa orang anggota keluarganya.

Tidak seperti tetangga, suami yang ngatur keuangan dapur. Gaji yang diberikan ke bininya diirit. Encret-encret. Padahal dompetnya penuh duit dan kartu plastik. Ini uang lelaki, ini uang bagian bini tapi ada di dompetnya.

“Hu, lelaki bahil macem gitu mah,” katanya.

Enyak, babe, mertua dan encangnya yang nggak jauh dari rumah ia usahakan dibelikan baju baru. Termasuk mamangya, Bang Thamrin meskipun tergolong orang kaya di kawasan Kampung Ceger, salah satu kelurahan di kawasan Jakarta Timur.

Lantas, apa sih yang membuat Zaerab merasa tidak bahagia menjelang lebaran tahun ini?

Sederhanya sih penyebabnya. Cuma kerudung Siti, milik anak semata wayang pasangan Bang Jali dan Zaenab itu. Kerudung Siti, gadis mungil kecil manis berusia lima tahun ini hilang. Kerudung baru itu dibelikan oleh neneknya. Nenek Siti, yang biasa dipanggil Enyak Soleha. Kemarin Enyak Soleha nyap-nyap lantaran kerudung Siti hilang. Enyak Soleha memarahi anaknya, Zaenab karena dianggap kerjanya ceroboh. Nggak teliti dalam menjaga amanah orang tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun