Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyaksikan Wiranto Tanpa Pengawalan

11 Oktober 2019   06:40 Diperbarui: 11 Oktober 2019   21:13 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menkopolhukam Wiranto (kedua kiri) diserang orang tak dikenal dalam kunjungannya di Pandeglang, Banten, Kamis (10/10/2019). (ANTARA)

Jika Mendagri Tjahjo Kumolo menyebut pengawalan Menko Polhukam Wiranto tidak terlalu ketat, penulis dapat memastikan bahwa hal itu seratus persen betul.

Tepat dan betul jika Pak Wiranto tak dikawal sebagaimana mestinya sebagai seorang pejabat. Ia sangat sederhana dalam keseharian.

Wiranto adalah tipe sosok merakyat dan tidak ingin terlalu ramai dengan ajudan. Mengapa penulis bisa berkesimpulan demikian, ya lantaran penulis pernah menyaksikan mantan seorang menteri selalu ribet dengan ajudan dan rombongan.

Ada ajudan, ada pengamanan pribadi, ada orang pembawa songkok, ada pembawa naskah pidato. Ada intel yang kerap memamerkan pistol. Wuih, kata orang Betawi, pokoknya rempong deh menyaksikannya.

Kala pergi ke daerah, dapat dipastikan orang daerah dibuat "kelabakan" lantaran anggota rombongan akan banyak bicara "pritikiwil" ketimbang urusan pekerjaan.

Karena itu, Irjen dari kementerian bersangkutan kerap menggelengkan kepala kala menyaksikan rombongan sang menteri itu. Tak perlu rasanya disebut siapa menteri bersangkutan. Tak elok. Ini sebagai perbandingan saja.

Sungguh berbeda jauh dengan tampilan sosok Wiranto. Bila dibandingkan, ya bagai langit dan bumi.

Ini tak bermaksud melebih-lebihkan. Sebab, realitasnya memang demikian adanya.

Begini, kala penulis bersama isteri tengah duduk antre menunggu panggilan petugas apotik, tiba-tiba masuk ke Apotik Bregas Pak Wiranto. Ia datang seorang diri. Apotik ini lokasinya tak jauh dari Jalan Raya Gempol, ya jika diukur sekitar 2 km dari kediaman sang jenderal ini.

Naluri jurnalis muncul. Pikir penulis sang jenderal pasti bisa memberi informasi seputar isu kekinian. Tanpa sadar, penulis pun memanggil Pak Wiranto dengan sebutan jenderal.

"Jenderal, apa kabar?" sapa penulis sambil mendekat. Bersalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun