Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa Ikhlas, Hanya Ingin Dapat Ridho-Nya

6 Mei 2019   16:27 Diperbarui: 6 Mei 2019   16:48 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puasa Ramadan di sebagian umat Muslim disambut dengan gembira. Mengapa? Karena pada bulan itulah pintu pengampunan terbuka lebar. Ramadan tak sekedar diisi dengan puasa, sayogiyanya juga diisi amal ibadah lainnya seperti shalat taraweh, sadakah dan mendekatkan diri kepada Allah Sang Maha Pencipta.

Puasa di bulan Ramadan lebih tepat dilaksanakan dengan penuh ikhlas. Tidak mengharap apa pun, semata dengan ridho-Nya.  Dengan begitu, ibadah yang dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik karena dilakukan dengan ikhlas.

Karena itu, sejak persiapan memasuki Ramadan yang ditandai dengan Nisfu Sya'ban. Nisfu Sya'ban. Penulis bermohon untuk diberi keteguhan iman dan kesehatan yang prima. Ingat pada malam Nisfu Sya'ban, tepat pada tanggal 15 bulan kedelapan (Sya'ban) dari kalender Islam, banyak umat Muslim bermohon untuk diberi kekuatan melaksanakan amalan-amalan Ramadan.

Sekedar catatan, Nisfu Sya'ban di sebagian negara Islam dikenal sebagai Laylatul Bara'ah atau Laylatun Nisfe min Sha'ban di dunia Arab. Di Afghanistan, Bangladesh, Pakistan, Iran dan India nisfu sya'ban dimaknai sebagai "malam pengampunan dosa", "malam berdoa" dan "malam pembebasan", dan seringkali diperingati dengan berjaga sepanjang malam untuk beribadah.

Di beberapa daerah, malam ini juga merupakan malam ketika nenek moyang yang telah wafat diperingati. Misalnya kita membaca surat Yasin bersama-sama di masjid tiga kali. Sekali untuk orang tua yang telah wafat, kedua untuk anggota keluar dan ketiga untuk diri sendiri agar dipanjangkan usia dan hidup bermanfaat.

Menyambut Ramadan ini, penulis sangat menekankan akan pentingnya kesehatan. Sadar bahwa tanpa kesehatan yang prima, segala sesuatu yang hendak dikerjakan tak mungkin dapat tergarap dengan baik.

Orang bijak menyebut, sehat itu investasi. Betul. Tapi sehat saja belum tentu membuahkan nilai ibadah jika kita tak memberi manfaat bagi orang lain. Karena itu, ketika malam Nisfu Sya'ban, penulis bermohon untuk diberi kekuatan iman, kesehatan yang prima dan usia yang bermanfaat.

Pandangan penulis, Ramadan bukan sekedar penghulu bulan dari bulan-bulan lainnya dalam kalender Islam. Tetapi ia memiliki nilai tinggi mengingat pada pertengan bulan itu turun Alquran yang sekaligus juga sebagai pertanda pembeda mana yang hak dan mana yang batil.

Alquran telah membawa manusia ke peradaban yang demikian maju pesat sampai saat ini.

Kita berharap pada Ramadan ini  - sesuai dengan tuntunan dari para ulama -- esensinya beribadah kepada Allah dengan cara menahan diri dari hal yang membatalkan, seperti makan dan minum, berhubungan badan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.

Jika kita kupas syarat dan ketentuan puasa Ramadan tentu tidak akan selesai dalam satu mata kuliah hari ini. Namun yang jelas puasa di bulan Ramadan, seperti dikemukakan di atas, banyak keistimewaannya. Yaitu pahala yang demikian besar karena meninggalkan segala sesuatu yang disukai demi mengharap keridhoan-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun