Â
Menyaksikan Calon Presiden Prabowo Subianto berpidato di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, melalui siaran televisi, penulis jadi ingat khotbah Jumat di salah satu masjid yang mengangkat isu Suku Agama Ras dan Antargolongan (SARA) saat Pilgub DKI Jakarta tempo lalu.
Mobilisasi massa luar biasa. Pergerakan fisik umat dari beberapa wilayah demikian hebat. Hebatnya lagi, sang khotib mempengaruhi alam bawah sadar umat. Jemaah digiring dan dipengaruhi untuk menolak warga Jakarta tidak memilih Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk menduduki kursi DKI -- 1, Gubernur Jakarta.
Menariknya, khotib Jumat leluasa memanfaatkan forum shalat Jumat itu. Meski ulama sepakat bahwa masjid dan rumah ibadah lainnya diimbau tak menggunakannya sebagai tempat kampanye, tetapi toh realitasnya hal itu berjalan terus.
Menarik lagi, tak satu pun anggota dari jemaah Jumatan unjuk tangan ke atas sebagai tanda interupsi untuk mengingatkan sang khotib menghentikan kampanyenya itu.
Boleh jadi, tak ada umat yang melakukan interupsi lantaran dalam aturan main kala khotib naik mimbar dilarang keras bercakap-cakap. Apa lagi melakukan interupsi. Ini ada hadisnya, loh!
Saat khotib naik mimbar, semua menjadi otoritas dia. Mau menyampaikan maki-maki, rasa kebencian atau sebagainya. Terserah. Urusan hukum mungkin dipertimbangkan baru berjalan usai shalat Jumat. Gitu kali, ya?
Lalu, bagaimana kala Prabowo itu yang banyak disebut-sebut oleh pendukungnya adalah calon presiden hasil ijtima (ijtimak) ulama kala menyampaikan tausiyahnya di SUGBK, pada Minggu (7/4/2019) pagi.
Prabowo dan Sandiaga S Uno hadir pada acara kampanye akbar dengan didahului shalat Subuh berjamaah. Di hadapan ulama dan para pendukungnya, Prabowo mengangkat isu yang sudah disampaikan di berbagai tempat. Yaitu, soal penurunan tarif listrik yang harus direalisasikan jika terpilih menjadi presiden RI ke depan.
Tampilan Prabowo di hadapan pendukungnya agak beda dengan kehadirannya di beberapa tempat. Ia seperti sosok yang tengah memberi tausiyah kepada umat. Apa lagi pidatonya berisi tentang penurunan tarif listrik. Itu menjadi penting, karena ujungnya diharapkan dapat meringankan beban rakyat kecil di tengah kesulitan.