Sebentar lagi kita akan merayakan Hari Ibu, yang jatuh pada 22 Desember 2018. Ini berarti para lelaki harus introspeksi dari mana asal dirinya hingga besar dan sukses.
Perjuangan ibu tak sebatas kasih sayangnya kepada anak sepanjang masa, tetapi lebih dari itu. Ibu juga merawat sejak dalam kandungan yang jauh lebih berat dalam takaran pandangan mata. Belum lagi jika ditengok proses persalinan. Di situ ada pertarungan antara hidup dan mata bagi seorang ibu.
Sungguh hingga Allah pun menjelaskan dalam Alquran, Surat Maryam. Disebut, Kemudian rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata: Wahai, betapa baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan. (QS:19: 23)
Betapa sakitnya perempuan ketika melahirkan. Belum lagi, bagi Maryam, ada rasa cemas pasca melahirkan. Cemas lantaran warga sekelilingnya mencemooh lantaran anak yang dilahirkan tanpa ayah, sementara dia sendiri tak pernah bersentuhan dengan seorang lelaki.
Kelahiran anak manusia tanpa seorang bapak, yang menurut logika, tak masuk akal.
Di sini, penulis tak membahas lebih jauh perihal ini, tetapi lebih menyoroti dan membayangkan proses persalinan sebagai pertarungan antara hidup dan mati. Sayangnya, kaum lelaki masih saja mengabaikan hal ini. Bahkan, tak mengindahkan nasihatnya.
Hari Ibu, 22 Desember, ditetapkan Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959. Pada tanggal tersebut pertama kalinya diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia yang dilangsungkan di Yogyakarta tahun 1928. Peristiwa ini dikenang sebagai awal mula perjuangan kaum perempuan di Indonesia.
Pada tanggal itu pula berbagai pemimpin dari organisasi perempuan di seluruh Indonesia berkumpul, bersatu dan berjuang untuk kemerdekaan serta perbaikan nasib kaum perempuan.
Dalam perspektif kenabian, sungguh tepat di negeri ini memiliki hari Perempuan. Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah. Ditegaskan, takutlah kepada Allah dalam bersikap kepada kaum perempuan.
Sebab, kamu (para lelaki) telah mengambil mereka (menjadi istri) dengan amanah Allah dan kehormatan mereka telah dihalalkan bagi kamu sekalian dengan nama Allah.
Pesan ini disampaikan ketika Rasulullah pada haji Wada, haji perpisahan. Pesan itu mengandung makna agar perempuan diperlakukan secara terhormat, mengingat pada masa sebelumnya diperlakukan tidak semena-mena. Â