Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kok Bisa Tikus Ditakuti?

5 September 2018   10:24 Diperbarui: 5 September 2018   11:45 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamparan sawah ini terbebas dari hama tikus. Penyebabnya, petani tak membunuh ular. Justri dijadikan sahabat untuk membuhuh tikus. Foto | Dokpri

Kaum hawa tergolong paling takut dengan mahluk yang namanya tikus. Tapi itu tentu tidak semua perempuan takut, loh? Coba perhatikan, kaum ibu yang sehari-hari bekerja di sawah, ketika melihat tikus tidak lantas berteriak-teriak dan minta tolong.

Petani yang bekerja di sawah pun jauh lebih tenang ketika menghadapi tikus yang kadang datang "bejibun" menyerang sawah tengah menguning. Petani juga tidak panik ketika menghadapi ular besar di pematang sawah, karena kehadirannya dianggap berkah. Ular dianggap dapat membantu petani lantaran dapat menyantap ratusan ekor tikus rakus di sawah.

Tikus dan ular di sawah memang sudah ditakdirkan bermusuhan. Kedua mahluk ini bersaing ketat memperebutkan rejeki yang ditebar para petani di kawasan petakan sawah.

Petani pun gembira dengan hasil panennya. Foto | Dokpri
Petani pun gembira dengan hasil panennya. Foto | Dokpri
Bagi petani, tikus juga kadang dianggap memberi berkah. Pasalnya, ratusan ekor tikus yang tertanggap lalu dikuliti. Tikus satu per satu disembelih, lalu kulitnya diambil, diawetkan kemudian dijadikan bahan kerajinan berupa topi hingga jaket meski dalam proses pengerjaannya membutuhkan waktu lama dan ketelitian.

Di lingkungan petani dan pedesaan, tikus sekalipun menjadi ancaman karena merusak pohon padi tetapi masih bisa memberi berkah. Karenanya, tikus tidak perlu ditakuti.

Berbeda di kota-kota besar, entah mengapa, orang makin merasa jijik dengan tikus. Coba saksikan, ketika anda melintas di gang atau jalan raya dan menyaksikan binatang itu mati tergeletak, kebanyakan orang menyingkir sambil menutup hidung berjalan melinas.

Tidak hanya perempuan, lelaki hingga anak sekolah takut dengan bangkai tikus yang mengeluarkan aroma tak sedap. Petugas kebersihan pun, dengan berat hati dan keterpaksaan menyingkirkan lalu membuang bangkai mahluk itu jauh-jauh.

Tikus, diam-diam, baik dalam keadaan mati mapun hidup tetap mendapat perlakuan khusus. Diperlakukan demikian karena dapat diposisikan sebagai musuh, karena dapat mengurangi rejeki petani di desa. Namun ia pun memberi berkah bagi ular sawah, sebagai santapan untuk menggemukan tubuhnya.

Di kota, hampir semua warga, membencinya. Baik dalam keadaan hidup maupun bangkainya.

Pengendali tikus. Foto | Dinas Pertanian DIY
Pengendali tikus. Foto | Dinas Pertanian DIY
**

Belakangan ini popularitas tikus tengah naik daun. Ia pupuler bukan dikarenakan dijadikan salah satu shio dalam hitungan tahun atau kalender bagi etnis Tionghoa dengan segala karakternya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun