Mohon tunggu...
edy mulyadi
edy mulyadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Media Trainer,Konsultan/Praktisi PR

masih jadi jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Reshuffle dan 'Jejak Merah' Sri Mulyani

2 Juli 2017   09:05 Diperbarui: 2 Juli 2017   14:41 1997
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Oleh Edy Mulyadi*

Konon, Presiden Jokowi segera mengocok ulang kabinetnya usai Lebaran ini. Berbarengan dengan itu, entah dari mana sumbernya, gosip Menkeu Sri Mulyani Indrawati bakal menjadi Menko Perekonomian belakangan makin santer saja. Tapi amanya juga gosip, bisa benar bisa juga salah.

Terlepas benar-tidaknya gosip yang ini, saya kok jadi benar-benar khawatir. Saya khawatir bahkan takut kalau gosip Ani, begitu dia biasa disapa, benar-benar akan didapuk menjadi Menko Perekonomian. Di samping, tentu saja, saya tetap berharap seperti gosip-gosip lain, yang ini juga tetap menjadi gosip belaka dan bakal menguap seiring berjalannya waktu.

Sosok perempuan kelahiran Lampung, Agustus 1962 ini memang benar-benar kontroversial.  Di kalangan pendukungnya, Ani adalah Wonder Woman yang gagah perkasa dan sakti mandraguna. Kebanggaan mereka kian membuncah, manakala ibu tiga anak ini diganjar dengan berbagai gelar gemerlap oleh kalangan 'pasar'. Yang terbilang mencorong adalah penghargaan sebagai Menkeu terbaik Asia.

Tapi sekadar mengingatkan saja, yang dimaksud dengan 'pasar' di sini bukanlah pasar tradisional dengan para mbok bakul sayur yang sudah menata dagangannya sejak matahari belum lagi terbit. Jangan juga dibayangkan pasar yang dimaksud area yang umumnya becek dan pengap, dengan hingar-bingar tawar-menawar memperebutkan seribu dua ribu perak selisih harga oleh si pembeli dan penjual. Bukan, bukan pasar yang ini.

Pasar yang memuja-muji Ani adalah lembaga keuangan internasional seperti IMF, Bank Dunia, dan ADB. Pasar di sini adalah para investor, baik lokal maupun, terutama, asing. Mereka inilah yang bermain dan malang-melintang di bursa-bursa internasional, di paper market yang memperdagangkan berbagai komoditas maya, termasuk currency, yang nyaris abai dengan underlyingproduk yang ditransaksikan. Mereka mendikte perekonomian dunia dari pasar-pasar maya. Seolah-olah nasib perekonomian dunia berada di ujung-ujung jemari mereka yang menekan keyboard komputer dan atau laptop belaka.

Tulisan yang membahas bagaimana Ani adalah good girl-nya pasar sudah terlampau banyak. Bagaimana sepak terjangnya selaku Menkeu yang banyak menguntungkan para majikan asingnya, juga lumayan sering diangkat. Salah satu jasa besarnya adalah, dia banyak menerbitkan surat utang negara alias obligasi dengan yield supertinggi sehingga laris-manis diborong asing.

Banyak merugikan negara

Terlepas rekam jejaknya selaku pejuang neolib yang moncer buah polesan media mainstream, rakyat Indonesia juga tidak lupa sepak terjangnya yang merugikan negara. Beberapa di antaranya bahkan ditenggarai berbau aksi kriminal. Namun anehnya, hingga kini kasus-kasus tersebut menguap tanpa jelas nasibnya.

Pada 2006, misalnya, selaku Menkeu dia menyetujui langkah Dirjen Pajak Darmin Nasution yang mengurangi pembayaran pajak Haliburton, perusahaan milik mantan Wakil Presiden AS, Dick Cheney, senilai Rp21,7 miliar. Pada kasus ini, Darmin meneken pengurangan pajak Haliburton haya dalam tempo 12 hari kerja. Padahal, Dirjen Pajak sebelumnya Hadi Purnomo konsisten menolak meng-ACC selama empat tahun berturut-turut.

Sebagai Menkeu di Era SBY, Sri Mulyani pernah meminta pembebasan skandal pajak Paus Tumewu (bos PT Ramayana Lestari Santoso). Paulus dituduh mengecilkan omset Ramayana Lestari dan tidak mengisi surat pemberitahuan pajak (SPT) dengan benar. Akibatnya, negara dirugikan sekitar Rp399 miliar. Kasus pajaknya telah dinyatakan P-21 alias lengkap oleh Bareskrim Mabes Polri dan siap dilimpahkan ke Kejaksaann pada akhir 2005.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun