Mohon tunggu...
Edward Simanungkalit
Edward Simanungkalit Mohon Tunggu... -

Selama ini terus belajar menulis yang dimulai sejak tahun 1993 hingga sekarang. Belakangan belajar menulis buku dan telah berhasil menulis buku: "ORANG TOBA: Asal-usul, Jatidiri, dan Mitos Sianjur Mulamula" (2015). Aktivitas menulis ini didasari satu keyakinan bahwa "kebenaran itu memerdekakan". Ternyata belajar itu tak ada hentinya, karena belajar di Sekolah Kehidupan tak ada habis-habisnya. All Truth is God's Truth.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

MENGGUGAT HARI KARTINI: Kartini di Antara Para Wanita Luar Biasa

21 April 2016   01:04 Diperbarui: 25 April 2016   00:22 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="news.roteonline.com"][/caption]INDONESIA memiliki banyak wanita luar biasa di sepanjang lintasan sejarahnya. Para wanita luar biasa ini perlu dikenal untuk dikenang dan dihargai perjuangannya. Mereka bukan sekedar memperjuangkan harkat dan martabat kaumnya, tapi -- sadar tidak sadar -- sudah menjabarkannya dalam kenyataan hidup mereka sehari-hari. 

Dalam konteks ini, kita akan melihat di mana seharusnya tempat RA. Kartini, yang tanggal lahirnya (21 April), seolah sudah “dilantik” sebagai harinya kaum wanita Indonesia. Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar sudah pernah menulis artikel dengan nada gugatan berjudul: “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita” dalam buku: “Satu Abad Kartini (1879-1970)” (1990). 

Pengkultusan R.A. Kartini dikritik sebagai pahlawan nasional Indonesia. Berikut ini  dikemukakan sebagian dari wanita-wanita luar biasa yang pernah dimiliki bangsa Indonesia di masa lalu.

Ratu Shima (memerintah sekitar 674-732 M) adalah penguasa Kerajaan Kalingga yang terletak di Pantai Utara Jawa Tengah. Ia menerapkan hukum yang keras dan tegas untuk memberantas pencurian dan kejahatan, serta mendorong agar rakyatnya senantiasa jujur. Berdasarkan Naskah Wangsakerta, Ratu Shima berbesan dengan penguasa terakhir Tarumanegara.

Ratu Tribhuwanatunggadewi (memerintah pada 1328-1350), adalah puteri dari Gayatri Rajapatni, salah satu isteri dari Raden Wijaya. Tribhuwanatunggadewi naik tahta menggantikan Jayanegara yang meninggal pada 1328. Tribhuwana mengangkat Gajah Mada menjadi Mahapatih pada 1336, dan selama kekuasaannya Majapahit berkembang semakin besar dan luas. Ia digantikan putranya, Hayam Wuruk, setelah ibunya, Gayatri, meninggal pada 1350.

Puteri Lindung Bulan yang juga disebut Puteri Sri Kandee Negeri adalah puteri Raja Muda Sedia yang memerintah Negeri Benua Tamieng (negara bagian dari Kerajaan Islam Perlak) dalam tahun 1353-1389 M. Sekalipun tidak memegang salah satu jabatan dalam pemerintahan, namun Puteri Lindung Bulan telah membantu ayahnya dalam berbagai urusan kerajaan, sebagaimana layaknya seorang Perdana Menteri.

Ratu Kusuma Wardhani (memerintah pada 1389-1426), adalah puteri mahkota dari Hayam Wuruk yang meninggal pada 1389. Dia menikah dengan sepupunya pangeran Wikramawardhana dan bersama-sama menghadapi konflik perebutan kekuasaan dengan Wirabhumi. Dalam Perang Paregreg (1405-1405), Wirabhumi dikalahkan, tetapi setelah itu Majapahit semakin melemah.

Ratu Nahrasiyah (memerintah sekitar 1405-1428), seorang ratu dari Kerajaan Samudera Pasai. Ratu Nahrasiyah adalah puteri dari Sultan Abidin putera Sultan Ahmad putra Sultan Muhammad putra Sultan Al Malikul Salih. Makam ratu ini sangat indah dan istimewa terbuat dari batu pualam yang menunjukkan kebesarannya di situs purbakala Kerajaan Samudera Pasai dekat Lhok Seumawe. 

Dari literatur Tiongkok kuno diberitakan bahwa pada Laksamana Cheng Ho mengunjungi Samudera Pasai pada tahun 1415. Diceritakan juga Sekandar, kemenakan suami kedua ratu ini, bersama pengikutnya merampok Cheng Ho, sehingga pasukan Cheng Ho dengan bantuan Ratu Samudera Pasai dapat mengalahkan Sekandar dan dibawa ke Tiongkok.

Ratu Suhita (memerintah pada 1426-1447), adalah puteri Wikramawardhana dari selirnya yang juga putri kedua Wirabhumi. Majapahit sudah sedemikian merosot kejayaannya pada masa kekuasaan Ratu Suhita hingga dia meninggal pada tahun 1447 dan digantikan olek adik lelakinya.

Ratu Kalinyamat (memerintah sekitar 1508-1579) dengan nama asli Retna Kencana adalah puteri dari raja Demak Trenggana (1521-1546) yang menjadi bupati di Jepara. Ia terkenal di kalangan Portugis sebagai sosok wanita pemberani. Meninggal sekitar tahun 1579 M.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun