Marhaba
Gultik = Gule di Tikungan. Sudah umum dan menjadi “ritual”, siapapun jika mudik maka “must to do” urutan no. 1 adalah sungkem kepada ibu-bapak, sowan kerabat-handai tolan, bercengkerama-bercanda kepada teman dan sahabat yang dijumpai dimanasaja-kapan saja. Selanjutnya “things to do” no.2; urusan perut bin jajan a.k.a wisata kuliner. Hasrat menggebu untuk melampiaskan kerinduan akan makanan favorit sepanjang masa. CM 2- kali ini saya akan membawa anda ke tempat gule daging dan jeroan sapi khas tikungan yang sohor se-antero Jakarta bahkan se-Jawa sekalipun; Gultik Blok M-nya Mas Agus; monggo pinarak mas,..taal.
[caption id="attachment_251270" align="alignnone" width="475" caption="Lapak Gule Tikungan, di belakang Blok M Plaza Jakarta"][/caption]
Gultik Mas Agus Blok M – Reunian
Aslinya saya bukan anak Jakarte, mantan pacar aje yang orang Jakarte. Doi-lah yang memperkenalkan Gultik Blok M awal dulu medio tahun 95‘an, saat itu kita udah mulai pada gawe. dimana jaman udah kelar urusan sekolahan. Nah, satu minggu sore kami JJS-lah diseputaran Blok M Plaza, bosen dengan tongkrongan fast food dalam plaza, kami pun beralih menyusuri tongkrongan kaki 5 alias amigos-agak minggir got sedikit. Blas..! didepan mata kok muda-mudi juga pada asik menyantap itu gule yang pikulan-nya pada berjejer rapi di tikungan belakang Blok M Plaza, glek(liur menetes ncrit), coba ah.
[caption id="attachment_251271" align="alignnone" width="475" caption="sepiring nasi plus kerupuk, menyendok gule"]
Ooooh mak, enak kali rasa gulenya, dari gule yang enak, mengalirlah darah pergaulan. Kami pun mengobrol kepada yang jualan alias pemilik lapak. Mas Agus namanya, asli Solo. Sambil ngobrol saking asik dan enaknya, sepiring gule-pun tandas tak bersisa. Cengar-cengir; tambah lagi dong Mas, hehehe.
Sejak saat itu saya pun rutin menyambangi Gultik Mas Agus, utamanya kalo pulang kantor dari Sudirman, mampir makan gultik di Blok M, terus lanjut ke rumah mantan pacar di bilangan Kebayoran.
[caption id="attachment_251273" align="alignnone" width="584" caption="harum semerbak rempah dan jeroan gule"]
Dulu Rp 1,500/sepiring, Kini Rp 7,500
Kalo tidak salah ingat, dulu tahun ‘95an itu sepiring gule seharga Rp 1,500 plus teh botol Rp 500, komplit dah kepuasan jajanan kaki 5. Liburan Maret 2013 lalu, saya sempatkan mampir ke Gultik Blok M – lapaknya Mas Agus.Mas Agus tak berubah dalam bentuk fisik, yakni tetap slim dan tidak bertambah gemuk selayaknya pertambahan usia dan kemakmuran. Kini, sepiring gule (modifikasi volume) dihargai Rp 7,500, gimana fair gak?
[caption id="attachment_251275" align="alignnone" width="475" caption="Mas Agus in action, menyetir piring sajian gultik"]
Gule Daging Sapi Campur Jeroan, Ditanak Dalam Gentong
Saya menduga, barangkali asal kelezatan gule ini berasal dari olahan daging sapi dan jeroan, dengan rahasia rempah racikan terus dimasak lama dengan arang bakar sehingga menghasilkan tekstur daging-jeroan gule yang empuk-gurih-lumer dalam kunyahan yang menagihkan, hahahaha (rasakan lu pada..).
[caption id="attachment_251280" align="alignnone" width="621" caption="tampilan lengkap, dijamin nambah maning mas..."]
Tempo hari ketika menyambangi Gultik Mas Agus, cuaca mendung sedikit hujan sungguh mendukung. Alhamdulillahirobil'alamin, nostalagia lama usia remaja bahagia berdua bersama si dia serasa memanggil, Jakarta so romantic, Jakarta emang surga makanan, top bgt!
Salam Kompasiana
CM 1 - Mimpi Terbang With Garuda Airlines