Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kabut Menari di Puncak Lawang

30 Mei 2017   21:05 Diperbarui: 31 Mei 2017   07:12 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Telah lama kabut menyelimuti pohon-pohon tua. Lalu kulihat parasmu muka merah tersipu

Terdiam dalam janji yang  kau tunaikan. Melihat matahari singgah di pucuk pinus dan 

senja mengejar sang kabut karena rindunya yang dalam dan curam. Mencari tenteram

Sampailah jejak kaki pada setiap titik tertinggi, Setelah  berjalan dalam riuh rendah keyakinan

Kabut menari begitu juga jiwa yang dipersunting arjuna dengan menghantarkan semesta hijau

 di depan mata yang dingin dan tubuh membeju hingga hangatlah ia dengan peukanmu

Senyum dan tawa kita tertinggal disitu, Juga setiap jejak yang ditinggalkannya. 

Kabut masih menari di puncak lawang. Namun harapan telah pupus. 

Arjuna lah sang dalang yang sesukanya bermain peran. peran penghianatan

menuju dendam yang sudah terbayarkan. Kabut tipis menjadi terang. Biarkan matahari 

meghangatkan jiwa beku, Biarkan matahari menghangatkan asa yang rapuh. Maka kabut menari

di atas kepala perempuan itu dan air matanya mengirimkan gerimis yang tertahan

Puncak Lawang, Pebruari 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun