Mohon tunggu...
Edhi Setiawan
Edhi Setiawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tadinya hanya suka membaca, lama-lama jadi ingin menulis. Semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kolektor Gadget

7 Juli 2012   08:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:13 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah anda menemui orang dengan multi gadget seperti ini : duduk bekerja di depan laptop, namun sesekali melirik ke blackberry nya yang berbunyi kalau-kalau ada BBM yang masuk. Sesaat menerima menelpon dengan HP lainnya. Sejenak melemaskan otot dari depan laptop, tangan beralih mengelus Ipad atau tablet android untuk memainkan game kesayangan, sambil menikmati lagu yang mengalun lembut dari Ipod yang terpasang manis di docking speakernya. Lengkap sudah kebahagiaan sang kolektor gadget, yang hidup dikelilingi oleh bermacam gadgetnya. Sebagian orang yang praktis, tentu berpikir bukankah semua fungsi yang dibutuhkan itu tadi dapat dipenuhi oleh maksimal 2 gadget saja ? Satu buah komputer/laptop untuk bekerja, terima dan kirim email, browsing internet, menghibur diri dengan game, musik atau video dan sebuah HP dengan koneksi internet yang dapat digunakan sebagai modem sekaligus menelpon, SMS, texting (BBM dengan BB atau chat dengan Android), mendengarkan musik, memutar video secara mobile, dan bermain game. Lalu mengapa harus punya banyak gadget ?

Ada orang yang punya alasan lifestyle, dimana status sosial haruslah didukung dengan tentengan gadget terbaru. Dengan demikian, kehadiran sebuah HP, blackberry, Ipad atau tablet menjadi tuntutan penampilan. Tak heran kalau kita melihat banyak orang memiliki dan berlangganan layanan blackberry yang sesungguhnya ditujukan untuk aplikasi perkantoran karena kecanggihan push email dan BBM-chat justru lebih banyak dimanfaatkan sebagai social media, alias media rumpisari. Yang penting kalau pas makan bareng diluar, gadget yang ditaruh di atas meja nggak jauh beda dengan rekan semeja. Apalagi kalau ditanya tidak punya PIN BB, apa kata dunia ? Atau, sudah umum kan, kita melihat anak-anak kecil yang menenteng tablet PC atau Ipad yang peruntukan utamanya adalah bermain games. Ada juga orang dengan alasan praktis, memiliki berbagai macam gadget dengan alasan apa boleh buat. Memiliki HP adalah suatu keharusan, karena masih menjadi komunikasi utama, namun tidak suka digabung dengan Iphone atau Blackberry nya dengan alasan batere yang cepat habis, atau lebih baik ada 2 supaya aktifitas browsing atau texting tidak terganggu telepon. Lalu mengapa selain HP masih harus punya blackberry dan ipad atau tablet android sekaligus ? Nah, ini biasanya didahului dengan keluhan, keduanya punya fungsi berbeda yang tidak asyik bila disatukan. Di satu sisi harus punya blackberry karena tuntutan rekanan bisnis yang maunya ber BBM ria, dan menolak karena tidak mau (tidak bisa) chatting dengan software chatting lain seperti ping chat atau whatsup. Celakanya aktifitas browsing dan entertainment di BB nggak akan se asyik menggunakan tablet android atau Ipad. Hehehe

Inilah potret konsumen kelas menengah atas kita. Tidak heran kalaupun orang bilang di dunia ini blackberry sedang stress kehilangan market share, tapi tidak demikian di Indonesia. Mengapa ? Di dunia blackberry banyak dimakan android dan iphone, namun di Indonesia, mereka dapat hidup berdampingan dengan damai. Hal ini menjadi cermin betapa luar biasanya daya beli dan nafsu belanja kelas menengah ke atas di Indonesia. Oleh karenanya tidak heran Indonesia menjadi pasar yang sangat diperhitungkan oleh produsen-produsen kelas dunia. Kita melihat bukan sekedar soal gadget, namun produk-produk fashion kelas dunia pun berjejer di mall-mall Indonesia, seperti Gucci, Luis Vuitton, Mont Blanc, dan sebaginya.

Kembali soal gadget, berapa banyak gadget di saku anda hari ini ?

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun