Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

King Naresuan: Film Thailand Paling Top Sepanjang Sejarah

27 Desember 2011   09:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:42 8145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Nonta, gadis Thailand mahasiswailmu budaya Chiang Mai University itu adalah gadis muda cantik, dan pintar bahasa Inggris. Saya bertemu Nonta ketika sama-sama beli jajanan ketan mangga di pasar Warorot di Chiang Mai, tanggal 14 Maret 2011. Setelah sapa basa-basi saya bertanya di mana saya bisa beli video King Naresuan.

“Wah, hebat, ada juga orang Indonesia yang tertarik kisah King Naresuan. Ia adalah salah satu raja hebat Thailand, simbol perjuangan melawan penjajahan,” tutur Nonta.

“Itulah sebabnya saya cari video-nya,” kata saya. “Kamu pasti tahu banyak tentang Raja Naresuan,” kata saya.

“Setiap orang Thailand tahu, terutama semenjak filmnya meledak di sentero Thailand. Selain itu, saya pernah membuat karya tulis tentang King Naresuan,” jelas Nonta.

Very interesting. Bisa cerita lebih banyak?” tanya saya ragu-ragu, takut kalau mengganggu waktunya.

No problem. Mau sambil duduk makan pad thai di sana?” Nonta menunjuk kedai di bagian luar pasar.

King Naresuan The Great, atau Raja Naresuan yang Agung memerintah Kerajaan Siam dari tahun 1590 sampai 1605 saat beliau mangkat. Kisah hidup Raja Naresuan diangkat menjadi sebuah film kolosal berjudul Tamnan Somdej Phra Naresuan Maharaj atau The Legend of King Naresuan. Ini merupakan film drama historis biografis dan merupakan film Thailand paling top sampai saat ini,” Nonta berhenti berbicara, dan memasan dua pad thai.

Go on,” pinta saya.

Film The Legend of King Naresuan diproduksi oleh Kunakorn Sethi, dan disutradarai oleh Pangeran Chatrichalerm Yukol. Ceritanya ditulis oleh Pangeran Chatrichalerm Yukol dan Sunait Chutintaranond. Film itu diditribusikan oleh Prommitr International Production dan Sahamongkol Film International, produsen dan distributor film-film top negeri ini,” ujar Nonta.

“Pemeran King Naresuan kayaknya tampan banget?” kata saya.

“Benar! King Narseuan diperankan oleh Wachana Sawatdee, yang aslinya bukan aktor, melainkan seorang tentara di kesatuan kavaleri Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand. Ia dipilih karena memiliki postur tubuh yang tegap, cakep, macho dan sedekat mungkin dengan gambaran asli King Naresuan. Selain itu, menurut Pangeran Chatrichalerm, penulis cerita ini, seorang pendatang baru sengaja dipilih untuk menghindarkan citra negatif, karena tokoh pemeran King Naresuan harus bebas dari citra buruk,”

“Keren; bahkan pemerannya pun tak boleh ada cacat cela,” komentar saya.

“Betul, itu agar citra buruk sang actor tidak terinterpretasikan sebagai citra King Naresuan, ujar Nonta.

“Oke, pastinya film ini biayanya besar ya?”

“700 juta baht,” kata Nonta.

“Wuih, sekitar 2,1 milyar uang rupiah,” gumamku.

“Film ini dibagi dalam 5 bagian. Bagian pertama dirilis 18 Januari 2007, dengan judul; King Naresuan Part I : Hongsawadee’s Hostage, menceritakan masa kecil Raja Naresuan. Setelah dilahirkan pada tahun 1555, Naresuan dibawa ke Burma sebagai tawanan. Di negeri ini Naresuan tumbuh menjadi pemuda yang tanggung main pedang dan berubah menjadi ancaman bagi Burma. Film dimulai dengan adegan tahun 1564 manakala Kerajaan Birma menguasai Kerajaan Sukothai. Ayahanda Naresuan, yakni Maha Tammarachathirat menyerah pada Burma, dan Naresuan dikirim ke biara Budha di Hongsawadee (daerah kekuasaan Burma di Thailand) bawah pengawasan ketat Raja Bayinnaung, Raja Hongsawadee. Di padepokan ini ia dididik dan dilatih oleh biksu Kanchong dalam bidang perang dan etika hidup, yang juga pernah mendidik Raja Bayinnaung,” kata Nonta.

“Di padepokan ini pula ia bertemu Meenchan, seorang gadis yang bekerja di biara, dan anak jalanan Thailand bernama Bunthing yang juga kemudian menjadi sahabat Naresuan,”

[caption id="attachment_151596" align="aligncenter" width="267" caption="King Naresuan Part I (Foto : thaiworldview.com)"][/caption]

“Film lanjutannya berjudul King Narseuan Part II Reclaiming Sovereignty, diliris 15 February 2007. Pada bagian awal film ini, Raja Bayinnaung mangkat. Raja Tammaracha, raja boneka Burma di Ayutthaya mengirim Naresuan untuk menghadiri pemakaman Bayinnaung di Hongsawadee. Di Hongsawadee, Naresuan diberi informasi oleh Kanchong bahwa Nanda, Raja Burma telah merencanakan pembunuhan Naresuan. Semua kerajaan boneka Burma hadir dalam pemakaman kecuali kerajaan Krang. Ini dianggap sebagai penghinaan oleh Raja Nanda, dan perintah dikeluarkan untuk menyerang Kerajaan Krang. Naresuan bersama bala tentara Ayutthaya ditugaskan membasmi Kerajaan Krang. Naresuan sukses menaklukkan Krang dan menunjukkan kehebatannya di hadapan pasukan Burma. Dan ini malah membuat bala tentara Burma mulai terancam. Narseuan tahu ia dalam bahaya.

Ia kemudian menyatakan kemerdekaan Ayuttahaya dari kekuasaan Hongsawadee. Raja Nanda berang dan mulai menyatakan perang terhadap Naresuan. Perang di Sungai Sittoung ditandai dengan kemenangan Naresuan karena ia dan tentaranya dilengkapi senjata api yang bisa menembak melintasi sungai, membinasakan banyak panglima perang Burma. Di film kedua ini, Naresuan menang perang dan kembali ke Ayuthhaya dengan satu kalimat semangat penting, “Semuanya ini belum selesai. Masih banyak yang perlu kita lakukan!”

[caption id="attachment_151597" align="aligncenter" width="300" caption="King Naresuan II (Foto : chinesemovie009.com)"][/caption]

Nonta berhenti berbicara dan menyuapi dirinya sendiri dengan pad thai. “Belum bosan dengar ceritaku?” katanya.

“Sama sekali tidak, Ini menarik!”

“Bagian ketiga, berjudul King Narseuan Part III : Naval Battle, dirilis 31 Maret 2011. Bagian Ke empat akan dirilis 11 Agustus 2011 dan bagian ke V akan tayang digedung bioskop tanggal 12 April 2012”

“Lokasi shooting film ini adalah kawasan Surasee Military Base di Provinsi Kanchanaburi dengan dukungan penuh Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand. Untuk special effects, didapatkan bantuan dari ahli-ahli special effect yang terlibat dalam film-film King Kong, Anaconda, Lords of The Rings dan Troy,”

[caption id="attachment_151602" align="aligncenter" width="292" caption="King Naresuan III (foto : thaigolover.blosgspot.com)"][/caption]

“Oh ya, film King Naresuan I dan II sudah beredar di Amerika dan beberapa negara Eropa. King Narseuan II dengan judul King of Fire, dikirimkan sebagai entry Thailand dalam Academy Awards ke-80 untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik. Di Thailand sendiri, film ini disambut dengan baik. Itu karena film ini kisahnya menawan, castingnya bagus, dialognya apik, adegannya heroik dan secara keseluruhan, film ini membawa semangat kemerdekaan bagi rakyat Thailand. Yang mengajari rakyat Thailand untuk tidak tunduk pada penjajah, tidak harus nunduk-nunduk pada bangsa yang menguasai tanah air kita, dan untuk menolak ditakdirkan menjadi bangsa yang tidak merdeka," ujar Nonta.

[caption id="attachment_151604" align="aligncenter" width="200" caption="King Naresuan IV (foto : 24framepersecond.net)"][/caption]

“Sebentar, Nonta, kau belum cerita soal film King Naresuan III : Naval Battle,” kata saya.

“Nah, itu dia. Sekarang film lagi main di bioskop Gimana kalau kita nonton saja di Kad Suan Kaew Studio? Film ini pakai subtitle bahasa Inggris, jadi kau bisa menyimaknya dengan baik, dan aku tak perlu repot-repot cerita,” kata Nonta, “Ayo percepat makannya, film main setengah jam lagi, dan antrian tiketnya panjang”

Sepulang nonton King Naresuan III : Naval Battle, saya jadi berhandai-handai; andaikan ada produser dan sineas Indonesia yang mulai berinisiatif untuk menyemarakkan film Indonesia dengan kisah-kisah Gadjah Mada, misalnya, yang dibesut dengan lebih serius, dan lebih bersemangat mengajari penonton dengan tuntunan cinta bangsa dan memaknai nilai-nilai kemerdekaan sesungguhnya; bukannya dengan film-film hantu, setan, pocong, kuntilanak yang tak mengajak penonton jadi bijak. FYI, Thailand itu juga jago bikin film horror bak film Indonesia; tapi mereka juga bisa bikin King Naresuan dalam 5 sekuel yang diakui dunia. Lalu kita?

Trailer KING NARESUAN III bisa dilihat di sini.

Sumber : www.wikipedia.org

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun