Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Bahasa Inggris Semudah Itu?

3 Januari 2014   13:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:12 2318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembahasan tentang proses belajar bahasa Inggris seperti tak habis-habisnya. Dari produk-produk tulisan otentik di seputaran kita tersedia fakta bahwa banyak orang menganggap bahasa Inggris itu mudah; yakni cukup menggantikan kata dalam bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris, tak perlu tatabahasa.

Mau bukti? Yuk kita simak hasil jepretan saya dari tempat duduk saya di dalam gerbong kereta api Sancaka jurusan Jogja-Surabaya. Di dinding di bawah meja dekat tempat duduk, ada semacam pengait terbuat dari logam yang digunakan untuk menggantung tas plastik pengumpul sampah. Sebuah stiker berlogo PT KAI ditempel di atas pengait itu. Begini bunyinya :

[caption id="attachment_287995" align="aligncenter" width="538" caption="Ilustrasi 1 : stiker di dekat kursi penumpang KA (Foto : Eddy Roesdiono)"][/caption]

Kita boleh mengelus dada untuk kesalahan yang tampak pada tulisan itu.   GANTUNGAN TEMPAT SAMPAH itu diterjemahkan kata per kata menjadi  HANGER PLACE WASTE.

Saking gelinya melihat stiker itu, teman sebangku, orang Jogja yang kepanasan karena AC gerbong kurang maksimal, berseloroh, “Ya, nih, the hot is not public…”. Maksudnya, ‘panase ora umum’—panasnya luar biasa.

Penulis stiker ini tak terbekali pengetahuan bahwa bahasa lain memiliki sistem dan tatabahasa berbeda dari bahasa Indonesia. Ia tak kenal konsep sederhana dalam bahasa Inggris bahwa modifier mendahului benda, bukannya benda mendahului modifier seperti dalam bahasa Indonesia. Tulisan tersebut harusnya Waste Bag Hanger, alias ‘gantungan tas sampah’.

Stiker di gerbong keretaapi itu ternyata tidak sendiri. Kalau Anda googling dengan kata kunci ‘bahasa Inggris ngaco’, pastilah Anda akan ternganga mendapati luasnya kenekatan berbahasa Inggris seperti itu.

[caption id="attachment_287997" align="aligncenter" width="480" caption="Ilustrasi 2 : Papan semboyan bilingual di sebuah sekolah (foto : www.moi-kusman.blogspot.com)"]

13887277021318370860
13887277021318370860
[/caption] [caption id="attachment_287998" align="aligncenter" width="560" caption="Ilustrasi 3 : Papan Semboyan bilingual di sebuah sekolah (foto : www.moi-kusman.blogspot.com)"]
13887277681221193513
13887277681221193513
[/caption]

Dua gambar berikut ini saya peroleh dari googling. Papan-papan yang berisi semboyan berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris ini diduga dipotret di sebuah sekolah.

Anda pasti berpikir : Amboi! Murid di sekolah ini sehari-hari menatap semboyan yang ditulis dalam bahasa Inggris yang salah! Silakan temukan sendiriitem-item kesalahannya. Siapa yang membuat terjemahan dalam bahasa Inggris itu? Guru bahasa Inggris-kah?

Lepas dari gerbong keretapi dan kawasan sekolah, mari kita beranjak ke kawasan wisata. Saya mendapatkan gambar ini dari sebuah kawasan wisata.

[caption id="attachment_287999" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi 4 : Papan pengumuman di sebuah kawasan wisata (foto : www.imajinar.wordpress.com)"]

13887279101577651595
13887279101577651595
[/caption]

Selain kesalahan tatabahasa, pesan berbahasa Inggris di papan itu juga memuat kesalahan tulis (thangs dan fisiting yang seharusnya thanks dan visiting)

Kemudian saya mencoba beranjak ke laman website lembaga-lembaga resmi pemerintah di bidang pariwisata. Saya tidak terkejut mendapati kenekadan berbahasa Inggris seperti yang Anda simak pada screenshot di bawah ini :

[caption id="attachment_288000" align="aligncenter" width="622" caption="Ilustrasi 5 : website institusi resmi pariwisata Surabaya (screenshot : Eddy Roesdiono)"]

1388728097885525968
1388728097885525968
[/caption]

Silakan perhatikan, kata-kata 'you will provide informations' artinya adalah 'Anda akan memmberikan informasi'. Penulis agaknya kurang memahami konsep bentuk pasif dalam bahasa Inggris. Kalimat yang benar adalah 'you will be provided some information' (tanpa 's' di belakang 'information' karena 'information' adalah uncountable noun). Pada bagian 'Tourism Events' terdapat banyak kesalahan susunan kalimat majemuk, tanda baca dan pilihan kata serta susunan modifier-benda).

[caption id="attachment_288003" align="aligncenter" width="610" caption="Ilustrasi 6 : laman institusi pariwisata resmi Bandung (screenshot : Eddy Roesdiono)"]

13887284671511328304
13887284671511328304
[/caption]

Deretan pertama informasi pada laman ini sudah terpapar kesalahan tatabahasa. Perhatikan kalimat yang saya bundari. Seharusnya kalimat itu adalah 'Where are you from?' atau "Where do you come from?". Apa pula arti kalimat 'if you from several foreign country'? (kalau anda dari beberapa negeri asing, yang--kalau memang mau begitu--harusnya 'if you are from several foreign countries'). Yang benar adalah : You can  directly fly to Bandung's Hussein Sastranegara International Airport or Jakarta's Soekarno-Hatta International Airport...."

Dari sejumlah contoh di atas, kita bisa tarik kesimpulan bahwa upaya berbahasa Inggris sejumlah orang Indonesia tidak disertai dengan kesadaran untuk menampillkan informasi yang benar dari segi diksi dan tatabahasa. PT KAI, penulis papan semboyan sekolah, pengelola website pariwisata dan semacamnya harusnya tak tergesa-gesa mencetak stiker, menorehkan kuas atau mengunggah teks bahasa Inggris. Cari ahlinya untuk minta bantuan proof-reading, second opinion, masukan dan koreksi.

Semua ini mudah dilakukan bila ada kesadaran untuk tidak menuai efek tak nyaman dari kesalahan –kesalahan berbahasa Inggris. Stiker di gerbong kereta api menjadi bahan tertawaan dan menimbulkan pertanyaan apakah PT KAI tak punya karyawan pintar bahasa Inggris; papan-papan semboyan di sekolah berpotensi menginternalisasikan pembelajaran bahasa Inggris yang salah kepada siswa dan menimbulkan kesangsian kompetensi guru bahasa Inggris sekolah; dan website informasi wisata menurunkan keeleganan informasi sekaligus melongsorkan kredibilitas lembaga.

Mencari bantuan ahli sama sekali tidak sulit. Tinggal angkat telepon dan hubungi rekan Anda yang pintar bahasa Inggris, datangi sekolah dan bicaralah pada guru bahasa Inggris, kunjungi kursus bahasa Inggris dan minta advis. Kalau perlu, instansi seperti PT KAI, Angkasa Pura, badan pariwisata daerah dan sebagainya bertekad menampilkan informasi, pemberitahuan, pengumuman dengan benar dan elegan, dengan cara menyewa tenaga ahli bidang copywriting bahasa Inggris untuk memoles tampilan bahasa asing mereka. Bila Anda di Surabaya, silakan kontak Rumah Bahasa Pemkot Surabaya yang menyediakan layanan gratis kursus bahasa asing seperti yangsaya tulis di sini.

Bukankah kemampuan kita berbahasa asing juga menyiratkan kadar intelektualitas bangsa?

Mudah-mudahan, setelah membaca artikel ini, tak ada pembaca yang pasang komentar seperti ini : Don’t follow mix; don’t rich people who smart alone (jangan ikut campur; jangan kaya orang yang pintar sendiri!)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun