Mohon tunggu...
Eddy Mesakh
Eddy Mesakh Mohon Tunggu... Wiraswasta - WNI cinta damai

Eddy Mesakh. Warga negara Republik Indonesia. Itu sa! Dapat ditemui di http://www.eddymesakh.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hai Perempuan, Jangan Mau Jadi Caleg!

20 April 2013   22:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:52 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

BESOK, 21 April 2013, adalah Hari Kartini, kan?Kita kembali memperingati 134 tahun Raden Ajeng Kartini (Lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun - Wikipedia). Dia seorang pahlawan nasional, tokoh emansipasi di Indonesia, pejuang bagi kaum perempuan.

Bagaimana sebaiknya kita memperingati hari bersejarah bagi kaum perempuan Indonesia itu? Tak cukup berkebaya dan memakai konde tebal di belakang kepala. Lebih dari itu adalah ikut melakukan gerakan politik, yakni bagaimana perempuan bersikap terhadap perpolitikan di negeri kita yang kian amburadul.

Sekarang! Ini momentum sejarah yang sangat tepat bagi Anda yang berjenis kelamin perempuan untuk unjuk “kuasa”.Momentum yang tepat karena tahun ini, 2013, merupakan persiapan jelang pemilihan umum yang rencananya digelar pada 9 April 2014. Dan kita tahu bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) mensyaratkan setiap partai politik wajib memenuhi kuota 30 persen keterwakilan perempuan sebagai calon legislatif (caleg).

Berdasar jadwal yang dikeluarkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), bulan April 2013 ini, semua Parpol peserta Pemilu sudah harus mengajukan nama-nama calegnya ke KPU. Artinya waktu yang dimiliki Parpol cukup sempit jika belum mampu memenuhi kuota tersebut di atas. Dengan demikian, ini saat tepat bagi perempuan “jual mahal” terhadap parpol.

Perempuan jangan mau diperalat oleh para (politisi) lelaki demi memuaskan berahi politik mereka meraih kekuasaan. Karena kita telah melihat bukti manakala libido itu terpenuhi dengan diraihnya kekuasaan, maka para lelaki itu mulai menunjukkan tabiat buruknya, yakni memaksakan kehendak dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan publik. Lebih buruk lagi, tidak sedikit elite parpol tersangkut kasus korupsi dengan memanfaatkan pengaruh dan kekuasaan di tangannya.

Dengan demikian, saya menyarankan agar perempuan jangan mau jadi caleg! Tolak tawaran Parpol kepada Anda untuk dijadikan caleg mereka. Tentu saja bukan menolak mentah-mentah setiap tawaran itu. Tetapi Anda wajib menolak apabila parpol tidak sanggup memenuhi persyaratan yang Anda ajukan. Ya, perempuan harus berani menyodorkan daftar persyaratan kepada parpol bila menginginkan Anda menjadi caleg.

Di antara daftar persyaratan Anda, cantumkan cita-cita perjuangan Anda sendiri untuk kemaslahatan bangsa apabila menjadi caleg. Ini sesuai amanat UU No 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik. Pada Bab III Pasal 5 ayat 2 UU tersebut menyebutkan bahwatujuan khusus Partai Politik adalah memperjuangkan cita‑cita para anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Cantumkan syarat-syarat misalnya: Bila Anda (parpol) membutuhkan saya (perempuan) sebagai caleg, maka parpol ini (1) Setiap kader harus senantiasa menjaga wibawa parpol dengan tidak melakukan korupsi atau penyelewengan kekuasaan lainnya seperti jual beli pasal undang-undang; (2) Tidak boleh mengajukan caleg yang pernah dan/atau sering disebut-sebut tersangkut (terindikasi) kasus korupsi tapi selalu lolos dari jeratan hukum lantaran pandai berkelit; (3) Elite parpol tidak menjadikan parpol tersebut sebagai “perusahaan” pribadi; (4) Parpol harus menjadi saluran yang benar-benar bersih bagi aspirasi rakyat secara umum alias tak terbatas pada pendukungnya; (5) Parpol harus secara terbuka menjelaskan kepada publik mengenai sumber-sumber pendapatan dan pembiayaannya; (6) Silakan tambahkan sendiri…. (*)

*) Maaf, tulisan ini hanya ditujukan untuk menyindir politisi lelaki bermental korup dan suka curang. Memang, ada juga politisi perempuan tersangkut korupsi, tapi jumlahnya minor dibanding lawan jenisnya yang suka mendominasi. Anda tak perlu tersinggung kalau Anda seorang laki-laki, politisi, dan tidak korup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun