Mohon tunggu...
Dwi W Setiorini
Dwi W Setiorini Mohon Tunggu... -

HR Consultant dengan fokus tulisan kepada bagaimana berkarir di dunia industri. https://www.linkedin.com/in/dwisetyorini/

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mampu Bekerja di Bawah Tekanan

15 September 2018   22:29 Diperbarui: 15 September 2018   22:44 1280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak asing dengan kalimat tersebut bukan?

Sebagai HR Consulant, Saya agak terganggu dengan kalimat yang sering di tulis staf HRD pada saat memasang lowongan kerja. Dengan kata lain, Anda akan kami tekan (baca: gencet) abiss kalau bekerja bersama kami. Iya kan? Siapa yang mau bekerja dengan suasana seperti itu? 

Diakui atau tidak, pekerjaan itu adalah salah satu faktor penyebab kita tertekan dan stres dalam hidup. Selain masalah keluarga, teman ataupun percintaan. Tapi mau tidak mau, kita dituntut untuk bekerja demi pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Yang penting untuk kita lakukan adalah mengolah tekanan itu menjadi motivasi dan prestasi. 

Sebenarnya tekanan dalam bekerja itu apa sih? Yang paling nampak adalah deadline dan target. Misalnya deadline produksi, dalam sekian waktu kita harus mampu membuat sekian banyak produk. Atau target penjualan, untuk keseimbangan laba produksi, para sales team ditarget untuk menjual sekian banyak barang dalam sekian waktu. 

Bagaimana caranya mengubah tekanan tersebut menjadi motivasi dan prestasi? Kita perlu memahami dari awal kenapa muncul tekanan tersebut. Faktor yang menjadi dasar tekanan dimunculkan sebenarnya cuma satu, yaitu keharusan perusahaan untuk mendapatkan laba.Jelas, laba adalah hal utama sebuah perusahaan beroperasi. Tanpa laba maka perusahaan harus ditutup. Laba yang harus dihasilkan ini dihitung oleh para peng-operasional perusahaan dengan hati-hati. Bukan hanya dihitung untuk setahun dua tahun kedepan tapi juga perkiraan minimal dalam 5 tahun kedepan.

Dengan memahami bahwa sebagai bagian dari perusahaan (baca: menerima gaji) maka mutlak bagi kita untuk paham bahwa kita wajib untuk turut serta menjaga agar perusahaan tetap beroperasi. Kita harus turut berkontribusi. Setelah paham sepenuhnya bahwa perusahaan harus tetap berdiri maka berikutnya kita harus paham apa peran kita, kontribusi apa yang bisa kita lakukan untuk mengusahakan perusahaan tetap berdiri?

Mudah, kalo sales ya jadi salesman yang cerdas, kalau kebagian tanggung jawab di produksi ya bekerja dengan baik untuk menghasilkan barang produksi yang sesuai standar dan bisa di jual. Kalau kebagian peran sebagai HRD ya rancanglah sistem yang mengatur hubungan kerja dalam perusahaan menjadi menyenangkan. 

Memang tidak semudah menuliskan artikel dalam Kompasiana, untuk bisa memahami peran kita dan memberikan kontribusi yang sempurna kepada perusahaan, banyak faktor yang akan mempengaruhi. Faktor dari dalam yaitu keterampilan kerja  kita secara pribadi termasuk pengalaman bekerja, dan faktor dari luar seperti sistem training perusahaan, siapa leader/manager kita, bagaimana apresiasi perusahaan terhadap hasil pekerjaan kita, dan lain-lain. 

Mari kita ulas sedikit mengenai 2 faktor ini.

1. Faktor dari dalam

Keterampilan bekerja dan pengalaman adalah faktor dasar untuk memberikan kontribusi kepada perusahaan. Bagi para profesional yang belum punya pengalaman bekerja, maka keterampilan diri adalah faktor utama. Keterampilan ini termasuk keterampilan yang kita dapatkan dari pendidikan kita. Keterampilan berbahasa asing, teknik, operasional komputer, ataupun keterampilan lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun