Mohon tunggu...
Dedi Dwitagama
Dedi Dwitagama Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pendidik yang bermimpi makin banyak anak negeri yang percaya diri dan berani berkompetisi. Mengajar Matematika di SMKN 50 Jakarta - Blogger sejak 2005: http://dedidwitagama.wordpress.com, http://fotodedi.wordpress.com dan http://trainerkita.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perayaan Kelulusan "Si Putih Abu-abu", Pendidikan Kebiasaan dan Ketertinggalan

9 Mei 2018   12:12 Diperbarui: 9 Mei 2018   12:43 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanyakan kepada "Si Putih Abu-abu" kenapa mereka melakukan corat-coret pakaian sekolah dan konvoi yang membahayakan setelah ujian selesai dilaksanakan, apa jawaban mereka? 

Diajak Teman

Ada yang memulai menentukan tempat berkumpul, membawa cat semprot, menentukan route konvoi, hingga akhir route konvoi disertai dengan ide-ide dadakan yang membuat suasana jadi lebih gembira. Ekses yang dialami dari peristiwa itu seperti tabrakan sepeda motor yang berujung kepada kematian dan kemarahan masyarakat dengan menyiramkan air comberan kepada rombongan "Si Putih Abu-abu" jadi bumbu yang lebih menggembirakan untuk dikenang. Caption foto-foto peristiwa di sosial media menjadi bahan tertawa bersama ketika jumpa teman-teman sekolah setelah lulus.

Meniru Senior

Saat bersekolah, "Si Putih Abu-abu" melihat foto-foto dan video kakak kelasnya terlihat sangat bergembira seperti menjalankan ritual setelah pelaksanaan ujian nasional, yang juga diadakan oleh seniornya "Si Putih Abu-abu" yang telah lulus terlebih dahulu. Sementara di sekolah dan di rumah "Si Putih Abu-abu" merasa tak ada kegiatan yang bisa lebih asik rasanya sehingga pilihannya adalah coret-coret pakaian dan konvoi.

Orang Tua dan Guru Peduli

Guru-guru di sekolah lebih sering melarang kepada "Si Putih Abu-abu" untuk tidak melakukan corat coret pakaian dan konvoi tanpa memberi kesempatan mereka mengungkapkan kegembiraan setelah mengikuti ujian nasional, melewati stress, begadang sering kali dan kepedihan lainnya.

Andai sekolah memberi kesempatan kepada "Si Putih Abu-abu" untuk bergembira dengan cara yang disepakati bersama di sekolah setelah ujian selesai yang akan membuat lelah "Si Putih Abu-abu" yang berfikir sejak pagi dan bergembira bersama teman dan guru di sekolah hingga sore bahkan berakhir saat malam hari, dan tak lagi bergembira di luar sekolah atau berlanjut konvoi di jalan raya, karena kegembiraan bersama teman semua satu angkatan akan lebih heboh dibanding cuma bersama sebagian teman "Si Putih Abu-abu".

Bagi "Si Putih Abu-abu", coret-coret pakaian dan konvoi adalah sebuah kebiasaan yang sudah biasa dia lihat dan ingin merasakan sensasinya agar tak dibilang ketinggalan zaman, jadi pelengkap sekian banyak kebiasaan yang selalu diulang di sekolah dari tahun ketahun tanpa modifikasi merespon perubahan zaman; penataran saat masuk sekolah, upacara setiap hari senin dan hari besar lainnya, mendengarkan guru mengajar  di kelas, mengerjakan tugas, latihan ekskul, ulangan, pembagian raport selama belasan tahun sejak taman kanak-kanak dan saat ujian nasional selesai "Si Putih Abu-abu" merasa kini menjadi manusia yang merdeka lepas dari kungkungan pelaksanaan kebiasaan yang sebenarnya mereka tak sukai dengan cara  coret-coret pakaian dan konvoi kendaraan bermotor.

Proses pendidikan di sekolah sering terlambat merespon perubahan di masyarakat, sehingga ada anggapan alumni sekolah itu siap latih, bukan siap kerja, termasuk dengan kebiasaan "Si Putih Abu-abu"coret-coret pakaian dan konvoi harusnya direspon dengan berbagai upaya untuk mencari alternatif cara baru merayakan kegembiraan setelah ujian nasional yang melibatkan "Si Putih Abu-abu", orang tua, guru, masyarakat dan polisi agar  kebiasaan coret-coret pakaian dan konvoi bisa berganti dengan kegiatan yang lebih baik.

Sekolah dan stakeholder pendidikan lainnya tak boleh tertinggal menyusun rencana kegembiraan sekolah setelah pelaksanaan ujian secara kreatif bersama "Si Putih Abu-abu", sebaiknya tak tertinggal dengan "Si Putih abu-abu" dalam usaha mencari cara penyaluran akhir masa sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun