Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menjadi Beradab dengan Menjaga Tuturmu, Berbahasa Indonesia yang Santun

14 Mei 2019   08:30 Diperbarui: 14 Mei 2019   10:08 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak 1928 pemuda -- pemuda cerdas berkumpul untuk menyerukan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Dipilihlah bahasa Melayu, bukan Bahasa Jawa, bukan Bahasa Sunda. Bukan karena bahasa Jawa dan Sunda lebih sulit. Rasanya semua sepakat Bahasa Melayu mampu menjembatani perbedaan bahasa. Ratusan bahasa dari berbagi pelosok Nusantara sepakat menggunakan bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia yang diambil dari sebagian bahasa Melayu.

Bahasa Indonesia Menyatukan Sekat -- Sekat Bahasa Daerah

Sampai saat ini KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) terus dibaharui. Tidak perlu repot - repot membeli buku cetakan yang harganya 500 ribu lebih, bisa download lewat aplikasi Playstore gratis. Keberadaan Bahasa Indonesia memberikan kematangan berbahasa dan bisa saling berkomunikasi meskipun beda suku, etnis, keturunan, ras dan agama. Kesepakatan pemuda pemuda yang datang dari berbagai suku dan pulau menguatkan bahwa Indonesia bisa membangun komitmen untuk hidup dalam satu negara Kesatuan yaitu Indonesia.

Dengan bahasa Indonesia kendala komunikasi sudah bisa diatasi. Bahasa tulis, dialog dengan saudara- saudara sebangsa menjadi lebih mudah. Tidak ada lagi celah untuk saling mengejek dan mengunggulkan bahasa masing- masing karena sudah ada bahasa pemersatu yang bisa digunakan untuk berbicara atau lisan atau bahasa tulis untuk memahami secara detail pengetahuan yang kita dapatkan setelah membaca dan berlatih menulis lebih giat.

Pemuda Jangan Lecehkan Bahasa Persatuan

Para pemuda itu gigih untuk melupakan perbedaan. Mereka sering beda pendapat, beda sudut pandang dalam pemikiran tetapi mampu berpikir jauh ke depan untuk melanggengkan sebuah simbol pemersatu berupa bahasa.

Sayangnya saat ini mulai muncul pelecehan bahasa. Bahasa media sosial banyak diselewengkan untuk menarasikan rasa benci, menebarkan hoax. Kebencian tersulut karena politik identitas. Agama menjadi komoditi utama dengan serapan- serapan bahasa asing yang sangat kacau.

Manusia telah terjebak dalam kotak- kotak kecil yang membuat masyarakat terbedakan. Padahal agama adalah pemersatu, pelindung  bagi disintegrasi bangsa. Berbicara yang santun jelas penting, bicara dengan serius tidak dilarang tetapi memaki- maki simbol negara, menonjolkan identitas, melecehkan pengetahuan dan lembaganya adalah sebuah kemunduran telak. Bagaimana pendidikan kewarganegaraan tidak mampu membendung paham- paham yang ingin memecah belah bangsa. Bahasa yang susah payah diperjuangkan pemuda pencetus kemerdekaan mulai tergerus bahasa preman yang muncul dari serentetan komentar - komentar di media sosial yang tidak lagi memperhitungkan makna kebersatuan antar  suku etnis dan bahasa. Politik telah membuat pembedaan- pembedaan, menghambur- hamburkan kata - kata kasar yang berpotensi merusak tatanan pergaulan.

edukasi.kompas.com
edukasi.kompas.com

Manusia telah diperas oleh kekuatan identitas. Ketika berbeda itu dulu mulia sekarang berbeda itu adalah aib, melanggar, dan membuat jarak pertemanan, tidak nyaman berbicara karena ada ketakutan menimbulkan sengsara. Demi kemenangan, Cina dan Jawa saling ejek, mengeksplorasi perbedaan dengan bahasa yang vulgar dan kasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun