Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebudayaan Kuat, Radikalisme Minggir

8 April 2019   12:13 Diperbarui: 8 April 2019   12:20 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rembulan di Balik Belukar karya Biranul Anas Zaman (foto oleh Joko Dwiatmoko)

Sebagai warga negara Indonesia saya sudah sampai  pada tahap ngeri melihat situasi  masyarakat. Pada setiap percakapan di tempat umum saya tidak berani memancing untuk bicara politik. Saya takut akan terjadi perdebatan sengit antara saya dan teman atau dengan orang yang baru saya kenal. Mereka tentu telah terjebak dalam arus pembelahan kecenderungan politik. Bahkan hantu blau. tuyul, kuntilanak diikutkan menjadi kambing hitam yang bisa mempengaruhi suhu politik negeri ini.

Kata Kasar yang Membudaya

Barisan kata- kata kasar muncul menjadi makian khas. dari sontoloyo, Genderuwo, ndasmu, bedhes dengan entengnya diucapkan oleh tokoh politik. Para wakil rakyat sibuk tampil di televisi ikut unjuk gigi berdebat dan memainkan perang kata- kata yang memprovokasi permusuhan. Jangan tanyakan siapa yang benar sebab masing- masing akan merasa benar.

Siapa Ulama yang paling di dengar dan dikagumi. Banyak orang akan mengatakan menurut afiliasi politik saat ini. Ulama yang baik dan berkharismapun jika tidak satu kubu tetap jelek di mata mereka. Saat ini masyarakat tengah dibelah dalam dua kubu. Semakin menjelang pencoblosan suasana semakin panas dan tintrim.

Jika politik tengah mengacak- acak relasi masyarakat bagaimana Indonesia bisa menyambut kegembiraan pesta limatahunan ini. Pemilu semakin hari semakin menunjukkan kedegilan, kedunguan orang- orang yang mendewakan politik. Para elite sadar- tidak sadar telah memungut posisi rakyat sebagai sumber konflik. Rakyat dijadikan kambing hitam dan dijadikan sample bagaimana mereka berteriak dan berjanji akan memberi kesejahteraan pada masyarakat akar rumput yang memang terangah- engah menghadapi betapa sulitnya  mencari sesen demi sen uang, rupiah demi rupiah hanya untuk membayar pajak, membeli pulsa dan paket data.

Hampir semua orang terdikte dengan produk luar negeri, semua peralatan digital mereknya jarang yang lokal. Padahal ada yang lebih urgen jika Indoneisa mau lebih terkenal dan unggul yaitu genjot potensi budayanya. Pernahkah anda jalan- jalan di pedesaan, meresapi kehidupan keseharian masyarakat, terutama mereka yang ketika senja mulai siap siap dengan kegiatan budaya mulai tari tradisonal sampai kreatifitas mereka mengubah akar, mengubah dedauan, kayu bekas menjadi karya seni.

Kekayaan Alam Indonesia adalah Potensi Bangsa

Alam Indonesia menyediakan banyak ide untuk mengembangkan daya kreasi budaya. Kecerdasan mengolah pernik- pernik tidak berguna menjadi barang bernilai tinggi banyak di temui. Lalu mengapa ada tokoh politik yang berteriak- teriak pesimis terhadap potensi negeri ini. Yang harus dilakukan baik elite maupun masyarakat adalah kekompakan untuk memelihara tradisi, melestarikan kebudayaan yang menjadi andalan negeri ini Nusantara.

Agama dan Akulturasi Budaya Lokal

Agama apapun harusnya tidak melupakan kekayaan alam. Agama harus bersinergi  mewujudkan rasa syukur atas kelimpahan potensi alam dengan memanfaatkan tradisi yang baik dari nenek moyang untuk diwariskan kepada anak cucu. Kebudayaan dapat menjadi duta yang baik ke luar negeri. Sebab mereka datang ke Indonesia salah satunya melongok produk budaya Indonesia yang kaya raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun