Mohon tunggu...
Ign Joko Dwiatmoko
Ign Joko Dwiatmoko Mohon Tunggu... Guru - Yakini Saja Apa Kata Hatimu

Jagad kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Patung-patung Itu Salah Apa?

27 Maret 2019   08:34 Diperbarui: 27 Maret 2019   09:32 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Otak dan pikiran manusialah yang membuat persepsi tentang patung ini berubah(tribunnews.com )

Ketika peradaban telah  jungkir - balik  maka patung- patungpun merasa malu tampil di depan manusia. Maka dicarilah kain dan penutup aurat untuk menutupi tubuhnya yang tanpa selembar benangpun. Patung- patung itu merasa aneh dengan manusia sekarang. Benda mati seperti dirinya harus ditutup sedemikian rupa supaya manusia tidak lagi melotot melihat lekuk liku tubuhnya yang dibuat dengan penuh perasaan seni.

"Aku adalah produk kebudayaan, hasil tingginya daya imajinasi manusia sehingga muncul patung yang memberi keindahan pada kota yang bergerak pada peradaban yang lebih maju, " Begitulah mungkin kata patung.

Sejak Manusia Berdosa Maka Manusia Malu dengan Ketelanjangan

Sejak jaman dahulu representasi manusia mewujud dalam karya seni. Puncaknya adalah peradaban Yunani yang mengidentikkan tubuh manusia sempurna mirip dengan gambaran imajinasinya tentang dewa- dewi. Tapi sejak munculnya agama- agama baru mulai ada perlawanan tentang  boleh tidaknya ketelanjangan ditampilkan. 

Hal- hal vulgar (dalam pikiran manusia) diasumsikan produk western (barat). Sedangkan dari sudut pandang moral, religi ketimuran ketelanjangan itu sebuah aib, maka tidak perlu ditampilkan. Harus dibungkus agar manusia tidak semakin bergejolak nafsu birahinya. Keliaran pikiran manusia membuat apapun produk keindahan menjadi merasa bersalah. Sejak manusia berdosa manusia merasa malu melihat dirinya telanjang.

Daya imajinasi manusia itu bukan lahir dari nafsu birahi, tetapi dari penghargaan seniman pada keelokan tubuh manusia. Manusia adalah makhluk sempurna yang punya akal/ pikiran, rasa dan imajinasi. 

Tetapi patung- patung itu kini merasa terhina karena  begitu risi terhadap pemahaman manusia primitif yang memandang dengan sudut pandang kotor. 

Manusia terlalu aneh berpikir ketika patung- patung tidak bernyawa sengaja ditutup hanya karena keliaran pikiran manusia. Keindahan itu dipandang dari sudut rasa, bukan pada hukum adab, agama dan syak wasangka.

Ketika Otak dijejali syak Wasangka

Radikalisme telah menyingkirkan budaya hingga merendahkan kadar seni manusia. Sejak dahulu kala manusia telah diberi keindahan dengan menciptakan perempuan dengan lekukan mempesona. 

Dan manusia telah mengkianati diri sendiri dengan menutup semuanya bahkan duplikat manusia dalam wujud patungpun dilarang dilihat hanya karena keinginan mensucikan lingkungan dari pengaruh kebudayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun