Mohon tunggu...
Dwi Ajeng Vye
Dwi Ajeng Vye Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crafter @DafaCreartive (www.dafacreartive.com)

.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Anak-anak Butuh Tempat Bermain

30 September 2015   15:14 Diperbarui: 30 September 2015   15:20 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Suatu siang, sekitar sebulan yang lalu, saat saya melewati jejalanan Yogyakarta yang sangat macetnya, saya melihat beberapa anak kecil seusia SD yang sedang bermain di trotoar jalan. Mereka bermain dengan asiknya tanpa merasa terganggu oleh banyaknya kendaraan yang sedang terjebak dalam kemacetan. Melihat mereka bermain, ingatan saya beralih ke sebuah masa ketika saya masih kecil. Dulu, di tempat tinggal saya, di Blitar-Jawa Timur, saya bisa menikmati waktu bermain dengan bebas dan leluasa. Namanya juga di desa sehingga masih lekat dan dekat dengan alam. Mandi di sungai yang airnya masih cukup jernih, menyusuri sawah dengan beragam tanaman sayur dan buah, bermain pasar-pasaran dan rumah-rumahan bersama teman-teman di desa saya. Betapa pengalaman itu sangat menyenangkan untuk saya, yang notabene usia anak-anak adalah usia emas untuk berekspresif dan bermain, sehingga saya merasa masa kecil saya cukup menyenangkan.

Akan tetapi, melihat anak-anak di trotoar jejalanan Yogyakarta sebulan yang lalu, muncul beragam rasa yang bercampur. Di sisi lain, saya sangat bersyukur karena masa kecil saya ternyata masih lebih menyenangkan dengan segala pengalaman bermain di alam terbuka secara leluasa. Namun, di lain sisi saya turut sedih karena anak-anak tersebut atau mungkin juga banyak anak generasi sekarang memiliki ruang bermain di alam terbuka yang sangat minim. Menurut saya hal itu tak lepas dari pengaruh berkembangbiaknya pembangunan fasilitas publik seperti: mall, hotel, toko, dan bangunan lain yang berprospek pada bisnis dan uang. Meski juga telah ada wisata bermain yang dibangun seperti: taman bermain, taman pintar, timezone dan sebagainya, tetapi menurut saya hal itu tetap kurang maksimal. Meski secara fasilitas fisik terpenuhi, tetapi secara psikologi dan rasa menjadi kurang peka. Secara mental pun kian menipis, dengan semakin individualnya anak-anak bahkan hingga orang dewasa. Apalagi pertumbuhan dan kemajuan teknologi seperti gadget dengan penawaran fasilitas yang super dan canggih sangat mendukung anak untuk semakin anti-sosial.

Masih tentang pembangunan fasilitas publik, secara kemajuan fisik memang menunjang kemajuan sebuah kota atau negara, tetapi di sisi lain itu juga sangat berpengaruh negative untuk pertumbuhan anak-anak.  Bagaimana nasib generasi 100 tahun ke depan jika saat ini sudah hampir di mana-mana didirikan bangunan beton, dan lahan hijau semakin minim. Bahkan semakin banyak juga investor yang mulai merambah pembangunan di daerah kecil yang masih banyak memiliki lahan hijau. Padahal anak-anak adalah generasi masa depan yang akan meneruskan perjuangan dan keberlangsungan negara. Perlu “asupan”dengan kualitas baik agar kualitas negara juga demikian. Belum lagi beban pelajaran sekolah yang bertumpukan yang membuat anak-anak kelelahan fisik dan otak. Jika sudah demikian, di sini lah ruang publik berupa tempat bermain begitu sangat dibutuhkan.

Jika harus mecari pembenaran tentang menjamurnya bangunan beton sebenarnya semua pihak yang terlibat dalam pembangunan pun tak ada yang bisa dibenarkan dan disalahkan secara mutlak. Sebab, semua pihak saling terkait dan berhubungan. Tidak hanya investor yang mampu membeli tanah milik warga, tetapi warga desa atau kota setempat pun tergiur atas tingginya harga yang ditawarkan. Jika bukan keduanya, maka pihak pemberi izin juga perlu dipertanyakan. Ya, masalah ini memang sangat kompleks karena jika dirunut satu-persatu maka akan terus terkait. Semua saling mempengaruhi.

Jika sudah demikian, perlu tindakan kerjasama dari semua pihak. Tidak hanya pihak yang terlibat dalam pembangunan tetapi juga setiap orang yang merasa peduli terhadap kemajuan bangsa. Bahkan saat merangkai kalimat dalam tulisan ini pun sebenanrnya saya juga sedang berpikir tentang kontribusi apa yang bisa saya berikan dan lakukan untuk masalah yang kompleks tersebut. Menyoroti sebuah masalah menurut saya terkadang semacam menghakimi atas masalah tersebut. Saya tidak terlibat tetapi saya mempermasalahkan. Oleh karena itu lah tulisan ini saya hadirkan agar orang lain bisa membaca atas apa yang saya rasakan dan saya pikirkan. Setidaknya apa yang pernah saya lihat dan saksikan bisa saya tunjukkan kepada anda dan mereka yang mungkin belum pernah melihat dan menyaksikannya secara nyata, dengan harapan bahwa mata dan hati semua orang bisa terbuka. Semakin terbuka semakin tumbuh kepeduliannya untuk meminimalisir pembangunan dan memperbanyak tempat bermain untuk anak-anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun