Mohon tunggu...
Dwi Klarasari
Dwi Klarasari Mohon Tunggu... Administrasi - Write from the heart, edit from the head ~ Stuart Aken

IG: @dwiklara_project | twitter: @dwiklarasari

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Takut Pikun? Cegahlah dengan Menulis

30 Oktober 2018   22:20 Diperbarui: 4 November 2018   12:34 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Free-Photos - Pixabay.com

Beberapa waktu lalu saat bertandang ke rumah seorang kawan, aku disadarkan oleh satu situasi yang sedikit lucu tetapi memprihatinkan. Ketika itu aku menyapa bapak kawanku dengan sangat akrab, tetapi penuh kesopanan. Maklum, aku "sok merasa" sudah dianggap saudara oleh keluarga kawanku ini.

Alih-alih mendapat sambutan yang sama akrabnya, bapak kawanku malah bertanya panjang lebar tentang siapa aku, tinggal di mana, dan seterusnya. Ku kira beliau bercanda karena sudah lama aku tak mampir ke rumahnya. Dengan iseng kuperkenalkan diri dengan menyebut nama anaknya. Beliau malah menjawab, "Kok sama dengan nama anakku?" Alamak! 

Selidik punya selidik, ternyata bapak kawanku ini sudah beberapa waktu mengalami penurunan daya ingat yang relatif drastis, padahal usianya belum beranjak jauh dari tujuh puluh. Masih bagus bila cuma lupa saudara atau kawan anaknya, beberapa jam sesudah sarapan pun beliau tak ingat lagi pernah sarapan. Aku merasa prihatin, terlebih karena beliau pun sudah tak ingat denganku.

Bicara tentang kepikunan, berarti kita bicara tentang fungsi otak. Selain fungsi ingatan, otak juga berperan dalam fungsi pengenalan, emosi, gerak motorik, dan sebagainya. Otak merupakan pusat sistem syaraf, pusat kendali tubuh. Aktivitas seluruh bagian tubuh kita ada di bawah kendali otak.

Otaklah yang mengkoordinir dan mengatur sebagian besar gerakan, perilaku tubuh, juga keseimbangan dalam tubuh--tekanan darah, detak jantung, suhu, dan sebagainya. Betapa pentingnya keberadaan organ yang satu ini dalam tubuh kita.

Oleh karena itu kondisi otak harus dijaga agar tetap prima hingga kita lanjut usia. Menjadi seorang lanjut usia yang tidak pikun tentu akan membahagiakan keluarga dan orang-orang tercinta. Ketahuilah, orang yang kurang sabar cenderung mudah emosi bila menghadapi orang pikun.  

Ada banyak cara disarankan oleh para ahli untuk menjaga otak tetap prima, termasuk di dalamnya memperlambat proses kepikunan dalam usia lanjut. Banyak ahli menyarankan agar kita rutin melakukan berbagai aktivitas ringan dan sederhana, seperti menulis, membaca, mendengarkan atau bermain musik, mengisi TTS, berolahraga, melakukan hobi baru, mengunjungi tempat baru, bersosialisasi, dan melakukan berbagai permainan strategi (catur, otelo, ludo, dll.).

Aku tertarik dengan satu aktivitas yang selama ini sudah menjadi keseharianku, yaitu menulis. Bahagia juga mengetahui bahwa aktivitas menulis--yang senantiasa berpasangan dengan aktivitas membaca--ternyata berpotensi mengantisipasi kepikunan. Kalaupun tidak dapat mencegah sama sekali, setidaknya dapat menurunkan risiko kepikunan atau memperlambatnya. Kukira banyak orang telah mengamini pendapat ini.

Menurut Ratna Dewi Pudiastuti dalam bukunya Meretas Badai Lebih Sehat Jika Menulis (Elex Media Komputindo, 2015), satu dari 17 tujuan menulis adalah mengurangi demensia atau kepikunan dan juga dampak fisik stres terhadap daya ingat. Masih menurut Ratna, selain asupan makanan, stimulasi otak, maupun pengobatan medis, risiko kepikunan dapat diperkecil dengan menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak.

Aktivitas menulis (dan membaca) yang berpotensi untuk mengoptimalkan fungsi otak ini harus dilakukan setiap hari. Menulis akan menstimulasi otak dan mental. Jika sejak muda seseorang rutin dan konsisten melakukan kegiatan menulis (dan membaca) berarti secara konsisten pula otaknya terstimulasi dengan baik. Semakin intens stimulasi otak dilakukan, semakin kecil pula risiko kepikunan pada masa tua kelak.  

Jika kegiatan menulis dan membaca terus dilakukan hingga masa tua menghampiri, risiko kepikunan akibat penurunan fungsi memori pun dapat diminimalkan atau diperlambat. Menurut Ratna, menulis juga menjadi salah satu terapi nonmedis yang berpotensi untuk menyembuhkan berbagai penyakit, termasuk memperlambat terjadinya kepikunan.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun