Mohon tunggu...
Dudun Parwanto
Dudun Parwanto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Traveler

Owner bianglala publishing, penulis, komika sosial media dan motivator/ trainer penulisan,

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

UKP Pancasila, di Antara Surga dan Neraka

10 Juni 2017   06:41 Diperbarui: 10 Juni 2017   08:28 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jaman saya sekolah dulu, dari SD hingga kuliah mendapat “siraman kebangsaan” yang berjudul Penataran P4 (pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila). Program yang digulirkan oleh rezim Orde baru dibawah payung BP7 ini setiap tahun dilaksanakan untuk siswa baru. Jadi generasi yang pendidikan sekolahnya masa 1980-an hingga awal 1990-an masih merasakan penanaman doktrin Pancasila.

Sekarang jaman sudah berubah. BP7 sudah dibubarkan dan tak ada lagi lembaga yang secara masif mensosialiasikan pancasila di sekolah. Pancasila kini hanya diberikan dalam bentuk mata Pelajaran PKn (Pancasila dan kewarganegaraan) yang durasinya 2 jam seminggu. Tak ada lagi Penataran P4 untuk siswa baru, tak ada cerdas cermat P4 di layar kaca dan tak ada lagi Forum Negara Pancasila di corong RRI.

Era Reformasi telah mengubah paradigma bangsa. Ditambah globalisasi yang mencengkeram dunia. Semua paham yang ada di belahan dunia manapun dapat diakses dengan mudah oleh anak bangsa melalui saluran internet. Tak ada sekat lagi antar bangsa. Akibatnya paham-paham luar yang berbau liberal, radikal dan yang tak sesuai dengan nilai Pancasila masuk ke setiap dinding rumah semua masyarakat.

Nilai-nilai karakter Pancasila yang dulu ditanamkan dan menjadi filter sudah tak ada lagi. Harapan penanaman karakter bangsa kini hanya bertumpu pada pendidikan PKN di sekolah dan orang tua di rumah. Namun dua tumpuan tersebut terlalu lemah untuk menggembleng karakter bangsa yang berjiwa Pancasila. Faktanya paham dan ideologi luar mampu mempengaruhi karakter anak muda ditengah terpinggirkannya pancasila.

Kini setelah Pancasila terkubur di bumi kelahirannya, carut marut karakter bangsa mulai kentara. Budaya kekerasan berbau sara dan radikalisme menyeruak menjadi tontonan sehari-hari di layar kaca. Seolah Pancasila sebuah dasar Negara yang tanpa makna. Pancasila hanya pandangan hidup yang tanpa arah dan pancasila menjadi pondasi bangsa yang terkubur dalam-dalam.

Lahirnya eraReformasi diikuti dengan keluarnya Tap MPR RI Nomor XVIII/MPR/ 1998 tentangPencabutan Tap P-4. Dicabutnya ketetapan tentang P-4 (Pedoman Pelaksanaan danPengamalan Pancasila) tidak terlepas dari suasana batin kebangsaan saat ituyang menganggap bahwa pelaksanaan P-4 sudah mengalami distorsi. Anggapan inimuncul karena pada kenyataannya, teori-teori dalam P-4 berbeda jauh denganpelaksanaan di lapangan.

Sejakdiberlakukannya ketetapan ini, kita sempat “alergi” terhadap Pancasila, sebuahideology yang kita sepakati berdasarkan amanat dalam Pembukaan UUD 1945. Sejakdiberlakukannya ketetapan ini juga muncul berbagai wacana untuk mencariideology baru pengganti Pancasila. Cara berpikir kita menjadi terbalik, kitamenyalahkan Pancasila dan bukan manusia yang harus melaksanakan nilai-nilaiyang ada pada Pancasila.

Persoalanmuncul ketika reformasi disikapi secara berlebihan. Sosialisasi kewaspadaannasional dituduh sebagai maneuver pemerintah untuk kembali pada cara Orde Barudalam mengendalikan perpolitikan nasional yang bergaya indoktrinasi sehinggasebagian masyarakat alergi mendengar kewaspadaan nasional. Padahal, sejatinyakewaspadaan nasional adalah bentuk upaya pemerintah mengajak masyarakatbangsanya agar lebih waspada terhadap ancaman yang ada yang memengaruhi tatakehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Bahaya Pengabaian Pancasila

Salingbermunculannya modernisasi, globalisasi, menimbulkan dampak baik positif maupunnegatif. Salah satu contoh dampak negatif yang kini sangat signifikan terlihatadalah mulai pudarnya rasa cinta Pancasila dan selalu mengamalkan danmenghayatkan Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung dalam pengamalan danpenghayatan pancasila kurang menjadi perhatian yang penting bagi kalanganremaja. Nilai-nilai pancasila dianggap kurang menarik untuk diterapkan, bahkanyang lebih parahnya lagi, remaja semakin mengarah kepada paham kebebasan yangsebebas-bebasnya. Seolah-olah mereka telah lupa memiliki dasar negara, pedomanhidup berupa pancasila.

Pengabaian terhadap Pancasila juga menimbulkan ancaman itu berasal dari luar dan dalamnegeri. Misalnya yang terjadi saat ini seperti : Timbulnya konflik horizontaldan vertical serta konflik yang bernuansa politis, munculnya aksi-aksi terroryang dilakukan oleh kelompok tertentu, timbulnya disintegrasi bangsa danmunculnya dukungan internasional secara terselubung kepada kelompok separatis,meningkatnya sentiment keagamaan, kedaerahan, kesukuan, ego, sektoral, dankepentingan kelompok dan tidak harmonisnya hubungan kemitraan dan komunikasiantara pemerintah dan legislatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun