Mohon tunggu...
Hasudungan Hutasoit (Hts S)
Hasudungan Hutasoit (Hts S) Mohon Tunggu... Sales - Kompasianer abal-abal seperti dulu masih

Kalau tidak bisa peluk ayahmu, peluklah anakmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mitologi Batak Toba: Perang Bintang Sialapariama vs Sialasungsang

21 Juni 2019   14:11 Diperbarui: 21 Juni 2019   14:16 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sialapariama dan Sialasungsang adalah dua bintang bersaudara. Ibu mereka adalah Bulan. Sialapariama bekerja menjadi petani, jujur, serta baik hati. Sedangkan adiknya Sialasungsang tidak memiliki pekerjaan tetap, kegemarannya adalah berjudi. Ganjilnya, Bulan lebih sayang kepada Sialasungsang daripada Sialapariama.

Setiap hari Sialapariama pergi ke sawah mengerjakan sawah mereka. Tapi ibunya Bulan hanya menghidangkan nasi bercampur jagung untuknya serta daun ubi sebagai lauknya. Sementara untuk Sialasungsang, ibunya memberikan nasi pilihan dengan lauk yang lengkap. Tentu ibunya memberikan secara sembunyi-sembunyi. Sengaja diberikan makan Sialapariama agar tidak melihat adiknya makan dengan makanan yang lebih istimewa.

Suatu hari, ketika Sialapariama makan, dia berkata kepada ibunya Bulan. "Bu, janganlah kiranya Ibu terlampau marah terhadap adikku Sialasungsang. Biarkan saya yang mengerjakan sawah-sawah kita itu. Kenapa Ibu tak pernah memberinya makan? Berilah dia makan Ibu, jangan sampai dia sakit. Kalau soal judinya itu, mau diapakan Bu. Biarkan saja, kalau harta bisa kita cari. Pasti perih kalau saya nanti sendiri saja. Nyawa itu sangat berharga, Ibu...". Begitu permohonan Sialaparima karena dia tak pernah melihat adiknya Sialasungsang itu makan.

Ibunya menjawab dengan manis, "Ah anakku hasian, hanya yang bekerja yang berhak makan. Asallah kau kenyang, biarkan sajalah adikmu itu yang kerjanya bikin susah saja..."

Dalam kesendiriannya, Sialapariama bergumam. "Kenapa adikku kelihatan gemuk dan sehat ya. Padahal dia tak pernah kulihat makan? Sedang saya yang diberikan makan oleh Ibu tetap saja kurus begini? Kenapa bisa begitu ya?". Sialapariama mulai curiga melihat kenyataan demikian itu.

Besoknya, Sialapariama memanggul cangkulnya berangkat ke sawah. Setelah hilang dari pandangan ibunya, dia kemudian memutar dari belakang rumah, naik memanjat ke loteng rumah mereka. Di sana dia bersembunyi menunggu kapan munculnya Sialasungsang, adiknya yang gemar berjudi itu. Tak berselang lama, yang ditunggu sudah tiba di rumah. "Ibu, mana nasiku..." teriaknya sambil duduk di atas tikar.

Ibunya tergopoh menyiapkan makan anaknya itu. "Ini anakku hasian. Dari mana kamu kok lama sekali. Pasti kamu sudah lapar. Saya sudah gelisah menunggumu, anakku".

Dari loteng Sialapariama menyaksikan apa yang dilakukan ibunya. Dia melihat makanan yang khusus disediakan ibunya untuk Sialasungsang. Nasi putih tak bercampur jagung dengan lauk ikan lengkap. Dia melihat adiknya itu melahap makanan istimewa itu. Air matanya jatuh, menangis "Inang..., oh inang.... landit salen ma on hape, dalan tu hudukhuduk, hansitna i iba on na so nilehon, mata ma tumulutulut. Sinarbut omaoma do hape dainang i tu hau, rara hulinghulingna, roa pangalahona atikpe uli pangkulingna". Begitu ratapan dari Sialapariama. Dia sangat kecewa ibunya telah pilih kasih, manis di mulut, lain di hati.

Lalu dia menghampiri ibunya dan marah. Dia pun menjadi marah dan kepada adiknya. Setiap hari mereka berkelahi, sejak itu.

Melihat itu, para tetua pun datang dan memberi keputusan. Sialapariama dan Sialasungsang dipisahkan dari Bulan, ibunya yang telah pilih kasih itu. Sialapariama diperintahkan untuk bermukim di sebelah Timur, sedangkan Sialasungsang bermukim di sebelah Barat.

Meskipun mereka telah dipisahkan, tetapi perselisihan mereka tak juga berakhir. Pada hari hurung Sialapariama mengejar ke Barat, lalu Sialasungsang menghindar ke Timur. Di bulan Sipaha Sada Artianinangga Sialapariama kembali ke Timur, tetapi Sialasungsang pun kembali ke Barat. Mereka tak pernah ketemu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun