Mohon tunggu...
DUDUNG NURULLAH KOSWARA
DUDUNG NURULLAH KOSWARA Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

History Teacher in SMANSA Sukabumi Leader PGRI Sukabumi City

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Presiden Bangga dan Menghormati PGRI, Anda?

26 Juli 2017   14:34 Diperbarui: 16 Agustus 2017   10:24 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rakorpimnas II PGRI di Jogjakarta adalah bagian dari kisah sukses organisasi. Mengapa  dapat dikatakan sukses? Hadirnya seorang Presiden adalah sebuah prestasi luar biasa. Menghadirkan seorang kepala negara dalam sebuah acara organisasi adalah sebuah hal yang cenderung mustahil. Mengingat jadwal seorang kepala negara begitu padat dan ribetnya birokrasi kepresidenan.

Lantas apa yang membuat seorang kepala negara hadir dalam sebuah kegiatan organiasi PGRI? Kemungkinan karena tiga hal, pertama Ketua Umum PB PGRI Dr. Unifah Rosyidi memiliki kedekatan dan kemampuan dalam "merayu" Sang Kepala Negara. Kedua, Sang Kepala Negara memandang kehadiran dirinya di PGRI adalah strategis untuk membangun sinergi demi prioritas pendidikan. Ketiga Sang Kepala Negara menganggap PGRI adalah masih organiasi profesi guru terbesar dan layak dihormati.

Sahabat PGRI di seluruh tanah air,  saya ingin katakan bahwa kehadiran Presiden  dalam Rakorpimnas II adalah simbol kehadiran negara dalam organisasi kita. Simbol kehormatan PGRI dimata kepala negara. Simbol diperhitungkannya PGRI sebagai organisasi terbesar di negeri ini. Bukankah hanya di Rapimnas organisasi  PGRI seorang Presiden hadir? Maaf di organisasi profesi guru yang lain belum pernah seorang Presiden hadir.

Melihat fakta sejarah terkini seorang Presiden hadir dalam "hajatan" PGRI maka sebaiknya kita "balas" penghormatan  seorang Presiden ini dengan gerakan, perjuangan dan prestasi organisasi. Ucapan lantang  Presiden yang menyatakan  "Hidup Guru! Hidup PGRI! Hidup Solidaritas!  Dihadapan ribuan guru adalah representasi bahwa Sang Presiden sudah larut dalam "rasa ke PGRI an".

Bila PGRI menjadi mitra strategis kepala negara dalam membangun pendidikan nasional maka sebaiknya kita terus berupaya membenahi prestasi organisasi. Profesionalisme dan solidaritas  guru dalam tubuh PGRI menjadi sebuah keniscayaan yang harus terus dikuatkan. Hindari menjadi guru yang malas mengajar, hindari menjadi guru yang apatis terhadap PGRI, hindari menjadi guru asal kerja.

Guru anggota PGRI sebaiknya terus melecut diri untuk meningkatkan kemampuan dalam bekerja, berorganisasi dan menjadi  pelayan masa depan terbaik bagi peserta didiknya. Ungkapan Presiden Jokowi agar para guru dapat menjadi aktor utama dalam pendidikan, menjadi teladan dan panutan bagi anak didik kita. Jangan sampai anak didik kita dididik oleh medsos. Masifisme dunia maya sebaiknya diimbangi oleh agresifitas kekompakan dan semangat belajar para guru yang terhimpun dalam PGRI.

Selain pesan dari Presiden,  Gubernur DIY, Sultan HB X Jogjakarta berpesan "Jangan berhenti berkarya atau akan segera menjadi tua dan tak berguna". Ungkapan ini memberikan motivasi pada guru dan anggota PGRI agar  terus berprestasi dan berkarya. Bila tidak maka para guru yang terhimpun dalam PGRI hanya bertambah tua, tak diperhitungkan dan tergeser oleh kekuatan organisasi lain yang lebih muda dan terus berkarya. Artinya Organisasi ada karena berkarya, bukan karena jumlah atau lamanya umur organisasi.

Sahabat PGRI, hadirnya utusan organisasi guru negara tetangga  Brunai Darusalam, Malaysia, Singapura dan Turki, merupakan saksi dan motivasi bagi PGRI. Apakah PGRI akan semakin solid, berprestasi dan terus membenahi diri? Atau hanya menjadi kekuatan "tertidur" yang indolen dan impoten? Katakan tidak! Bawah sadar kolektif anggota PGRI harus dibangun dengan semangat juang yang tinggi.

Dengan kaki yang terluka karena "insiden"  persiapan Rakorpimnas yang luar biasa sibuknya, Ketua Umum PB PGRI Dr Unifah Rosyidi tetap berdiri tegak memberikan sambutan demi kebesaran PGRI. Ini sebagai simbol penderitaan PGRI yang gonjang-ganjing saat ini namun kita semua harus tetap tegak berdiri saling menyokong. Lawan kita sebenarnya bukanlah "seseorang" yang berusaha membonsai PGRI, melainkan lemahnya soliditas, lemahnya prestasi dan karya.

Rekomendasi PGRI dalam Rakorpimnas yang terdiri dari sembilan butir  adalah wujud jawaban langsung terhadap Presiden Jokowi yang dalam sambutannya "meminta" rekomendasi apa yang akan disampaikan PGRI kepada pemerintah. Sembilan butir rekomendasi setidaknya menjadi masukan dan bahan pertimbangan pemerintah dalam merespon aspirasi para guru.

Kita berharap semoga pasca Rakorpimans II Jogjakarta tanggal 21 s.d 23 Juli 2017, pemerintah semakin memahami "derita" guru dan upaya guru dalam tubuh PGRI yang benar-benar serius mendukung pendidikan nasional yang merupakan agenda besar pemerintah dalam wajah pendidikan karakter dan revolusi mental kolektif  bangsa. Jokowi Presidenku, PGRI Dihatiku adalah simbol sinergis yang harus dipelihara demi NKRI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun