Mohon tunggu...
Politik

AHY Harapan Tunggal Generasi Muda di Pilpres 2019?

27 Juli 2017   17:33 Diperbarui: 3 Agustus 2017   23:16 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: Viva.co

Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 masih dua tahun lagi, tapi aromanya sudah tercium sejak sekarang. Terutama pasca pengesahan UU Pemilu oleh DPR, makin kencang pembahasan soal Pilpres. Mulai dari hitung-hitungan siapa yang berkoalisi, berapa kandidat yang bakal muncul, hingga siapa yang akan diusung menjadi calon pemimpin Indonesia mendatang.

Untuk urusan siapa yang berkoalisi rasanya sudah hampir mengerucut pada dua kubu. Satu kubu pro Jokowi atau mendukung UU Pemilu baru (PKB, PDI P, Golkar, Hanura, Nasdem dan PPP), sedangkan satu lagi yang tidak setuju dengan poin di UU tersebut. Poin yang tidak mendapatkan titik temu adalah soal presidential treshold (PT) yang ditetapkan diangka 20-25 persen.

Partai pro pemerintah menginginkan tetap ada ambang batas, sedangkan yang lain menolak karena dianggap melanggar konstitusi dan demokrasi. UU Pemilu akhirnya disahkan setelah empat partai (Demokrat, PAN, Gerindra dan PKS) walk out dalam sidang paripurna. Saat ini gugatan untuk UU tersebut akan dilayangkan berbagai pihak ke MK, jika tidak ada perubahan maka aturan itu jadi acuan di Pilpres mendatang. Jika gugatan dikabulkan MK maka konstelasi politik akan berbeda lagi.

Jika ada dua kubu yang terbentuk karena UU Pemilu, maka kandidat yang akan diusung juga dua calon. Jokowi sebagai petahana tentu akan maju kembali, sedangkan kandidat penantang kemungkinan besar akan diisi oleh sosok Prabowo. Dari empat partai yang tersisa, sosok Prabowo dianggap punya kelebihan. Karena koalisi Koalisi PKS dan Gerindra telah memenuhi syarat untuk mengajukan calon. Sedangkan Demokrat dan PAN jika bergabung tidak memenuhi syarat.

Jika kedua kandidat tersebut maju, maka hampir dipastikan calon presidennya adalah sosok yang telah berusia 55 tahun keatas saat Pilpres mendatang. Sosok yang dipilih nantinya juga kembali pengulangan dari Pilpres 2014. Kemungkinan besar hanya kandidat wakil yang akan berbeda.

Dengan hanya kemungkinan ada dua calon presiden, maka sosok yang mewakili generasi muda menjadi kecil kemungkinan. Jika Capres tidak memungkinkan, maka posisi Cawapres dianggap tempat yang layak diisi generasi muda. Kenapa generasi muda layak diberikan kesempatan, karena mereka punya modal demografi yang cukup besar. Anak puluhan juga anak muda yang punya hak pilih di Indonesia.

Dari sekian banyak nama anak muda Indonesia, siapa kandidat yang dianggap punya peluang untuk dicalonkan. Apakah dengan Prabowo atau Jokowi?. Jika kita mengambil batas usia maksimal 45 tahun, maka sosok muncul adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Puan Maharani, Zumi Zola, Muhammad Romahurmuziy, Nusron Wahid. Sebenarnya masih ada nama Ridwan Kamil dan Fadli Zon, tapi usia mereka melebihi 45 saat Pilpres mendatang.

Dari beberapa nama tersebut siapa paling mempunyai peluang besar untuk tampil mewakili generasi muda?. Kita bicara pertama tentang AHY, putra sulung SBY tersebut sudah punya modal kuat untuk dicalonkan. Popularitas AHY berdasarkan survei bulan Maret telah mencapai angka 70 persen, angka itu jauh lebih tinggi dari kandidat muda lainnya. Lalu dia kemungkinan besar juga mendapatkan dukungan dari partai Demokrat. Secara basis suara, AHY representatif dari tiga daerah besar di pulau Jawa. Dia punya darah kental Jawa Timur, punya keterkaitan batin dengan Jawa Barat karena merupakan tempat lahir dan besarnya. Lalu dia merupakan warga DKI Jakarta dan ikut dalam kompetisi Pilkada Jakarta lalu.

Sedangkan Puan Maharani punya modal partai pemenang pemilu, posisinya sekarang menjadi Menko di kabinet kerja Jokowi, punya basis suara dilumbung suara PDI P. Puan memang tengah disiapkan Megawati untuk mengambil tongkat estafet kepemimpinan di PDI P.

Berikutnya ada nama Zumi Zola, Gubernur Jambi ini cukup populer. Selain menjabat sebagai Gubernur muda nan rupawan, Zumi juga telah dikenal saat masih menjadi artis. Dia merupakan kader PAN, dan dianggap vote getter PAN untuk generasi muda. Tapi basis suara Zumi terbilang terbatas, karena dia hanya memimpin daerah yang pemilihnya tergolong kecil.

Lalu ada nama Nusron Wahid. Politisi Golkar yang kini mendapat jabatan sebagai pembantu Jokowi tersebut terkenal sejak menjadi Ketum GP Ansor. Nusron diperhitungkan di Golkar, buktinya dia menjadi kader Golkar pertama yang diberikan jabatan oleh Jokowi. Tapi citra Nusron dimata masyarakat lebih dominan negatif, selama menjadi Kepala BNP2TKI, prestasi yang diraih Nusron juga tidak terlalu terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun