Mohon tunggu...
Dwi Rahmadj Setya Budi
Dwi Rahmadj Setya Budi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku Suara Rakyat, Suara Tuhan; Mengapa Gerakan Protes Sosial Sedunia Marak?

Jangan risih jika berbeda, tapi waspadalah jika semua terlihat sama.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Ada Kemenangan di Tengah Permainan yang Tengah Berlangsung

16 Mei 2019   15:37 Diperbarui: 16 Mei 2019   16:03 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pertandingan bola, kemenangan diraih apabila peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan ditiup. Terkadang dalam sebuah laga, kemenangan pun harus ditentukan dengan hasil skor laga tandang dan kandang. Hasil laga awal yang memuaskan belum tentu bisa dijadikan patokan kemenangan yang sudah di depan mata.

Contohnya laga yang mempertemukan Barcelona vs Liverpool di ajang Piala Champion. Di laga awal semifinal Liga Champions 2018-2019 yang digelar di Camp Nou, Barcelona sukses mengandaskan perlawanan Liverpool tiga gol tanpa balas. Bintang Barca, Lionel Messi mencetak dua gol. Sementara itu, satu gol lainnya disumbangkan oleh mantan pemain Liverpool, Luis Suarez.

Namun, laga putaran kedua bercerita lain. Barcelona yang dianggap dan diprediksi akan lolos kefase selanjutnya ternyata harus mengubur mimpinya dalam-dalam. Liverpool tampil begitu beringas sehingga berhasil menumbangkan Barcelona dengan skor 4-0 di Anfield. Dengan demikian, Barcelona kalah dengan agregat selisih satu gol.

Begitu juga dengan kemenangan dramatis yang diraih Liverpool atas AC Milan pada saat final UEFA League 2004-2005 silam. Saat babak pertama, gawang Liverpool sudah diberondong pasukan AC Milan dengan tiga gol yang dilesatkan oleh Maldini satu gol dan Crespo dua gol. Disaat semua orang telah memprediksi AC Milan akan keluar menjadi juara, ternyata Liverpool di babak kedua bangkit dengan memaksakan hasi hasil imbang dan meraih kemenangan dari adu penalti. Sejarah mencatat, Liverpool berhasil mengangkat trofi Si Kuping Besar dengan cara yang dramatis.

Ada juga contoh lain kemenangan yang mengejutkan di dalam dunia olahraga. Pelari Indonesia Muhammad Lalu Zohri berhasil menjadi yang terdepan di ajang Malayasia Grand Prix Atletik Open 2019. Padahal di awal start, putra Nusa Tenggara Barat (NTB) ini tertinggal diposisi belakang. Tapi di pertengahan lintasan, Zohri terus merangsek kedepan dan akhirnya keluar menjadi pemenang dengan catatan waktu 10,20 detik.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari ketiga pertandingan olahraga ini adalah kemenangan ataupun kekalahan di tengah pertandingan bukanlah tolak ukur sebuah hasil dalam kompetisi. Begitu juga halnya dengan sebuah kompetisi dalam dunia politik di Pilpres 2019. Kemenangan baru akan terlihat apabila telah keluar keputusan resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Mei 2019 mendatang. Atau jika ada gugatan dari pihak yang merasa dirugikan, maka keputusan resmi kemenangan akan ditentukan melalui keputusan Mahkamah Konstitusi (MK).

Semoga klaim Jokowi-Amin menang atas quick count dan Prabowo atas real count yang masih 50 persen, tidak menjadi klaim kemenangan mutlak untuk menantang hakim pertandingan. Apalagi kemenangan yang masih samar ini digunakan untuk memprovokasi massa untuk masuk ke tengah lapangan layaknya sepak bola liga tarkam (antar kampung). Hal itu sungguh dan sangat tidak mendidik.

Semoga juga rakyat Indonesia juga bisa menahan diri untuk tidak memaksa masuk ke tengah lapangan membuat kegaduhan, menyerang pemain lawan, dan bahkan menghakimi wasit yang bertugas. Mari kita dewasa berkompetisi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun