Mohon tunggu...
David.R.H
David.R.H Mohon Tunggu... Lainnya - Berbagi Ilmu dan Pengalaman Hidup

Menulis dikala senggang atau ketiban ide menarik untuk dibagikan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

"Urban Farming", Solusi Pertanian di Perkotaan

4 Maret 2018   08:59 Diperbarui: 4 Maret 2018   10:07 5240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.designboom.com/

Indonesia memiliki banyak kota-kota besar yang tersebar diseluruh provinsi. Bangunan-bangunan megah dan menjulang tinggi yang menjadi ciri khas dari sebuah kota. Masyarakat perkotaan terus bertambah seiring angka kelahiran yang meledak. Migrasi penduduk juga menjadi faktor lain dalam penambahan populasi masyarakat diperkotaan.

Luasnya lahan diperkotaan tidak membantu dalam bidang pertanian karena akan dialokasikan dalam pembangunan kota. Setiap tahun, lahan kosong untuk kegiatan bertani semakin merosot karena besarnya dampak dari bangunan-bangunan kota. Hal ini menyebabkan jumlah petani di Indonesia semakin berkurang akibat hilangnya lahan pertanian. Namun, kita harus mencermati permasalahan tersebut dengan menghadirkan solusi baru. Urban farming merupakan teknik pertanian di perkotaan dan dapat dijadikan solusi bagi permasalahan tersebut.

Urban farming merupakan teknik pertanian yang cocok diterapkan di area perkotaan. Memanfaatkan area yang ada dan tidak memerlukan area yang luas menjadi salah satu keunikan dari konsep pertanian ini. Pemakaian urban farming sebenarnya sudah banyak di kota-kota besar di luar negeri, namun di Indonesia sendiri masih sedikit dan banyak yang belum mengetahui teknik pertanian ini. Urban farming cocok diterapkan dalam penanaman berbagai jenis sayuran seperti sawi, brokoli, selada, bawang, wortel, kentang, dan semua jenis sayuran yang ada.

Urban farming tidak hanya dapat diterapkan oleh para petani namun juga para masyarakat yang tinggal di perkotaan. Kualitas kesegaran yang menjadi nilai lebih dari teknik pertanian ini karena menanam di rumah sendiri dan langsung dipetik untuk diolah menjadi bahan makanan. Tentunya penggunaan bahan-bahan organik dalam proses kegiatan urban farming sangat diperlukan karena menjaga kualitas produksi agar aman dikonsumsi, contohnya dalam pemakaian pupuk organik dan pestisida alami. Urban farming dalam penerapannya memiliki beberapa jenis yaitu vertikultur, hidroponik, aquaponik, dan wall gardening.

Vertikultur merupakan teknik bercocok tanam secara vertikal dengan menyusun tanaman dari bawah ke atas. Teknik vertikultur sangat cocok diterapkan dalam area yang sempit dan tidak terlalu luas. Sebenarnya, teknik ini sama dengan penanaman konvensional pada umumnya yaitu memakai tanah sebagai media tanamnya. Peletakan secara vertikal yang membedakan teknik vertikultur dengan teknik pertanian konvensional lainnya. Wadah media tanam dapat digunakan dari bahan yang mudah ditemui seperti botol yang sudah tidak terpakai (botol bekas), pipa paralon, pot, polybag atau wadah yang lainnya.

Hidroponik adalah teknik bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Media tanam yang digunakan dapat berupa arang, sekam, pasir, pecahan batu bata, dan lain-lain. Bahan utama dari hidroponik adalah air. Hidroponik sangat bergantung pada air sebagai pemenuh nutrisi pada tanaman. Pemenuhan nutrisi tanaman dalam hidroponik dapat diberikan dalam bentuk larutan yang mengandung unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Media tanamn yang digunakan biasanya botol plastik bekas atau pipa paralon. Tentunya hidroponik dapat diletakkan pada area mana saja karena mudah untuk dipindahkan dan tidak memerlukan area yang luas.

Aquaponik merupakan teknik budidaya tanaman yang digabungkan dengan budidaya hewan air seperti ikan. Pada teknik ini, kotoran ikan yang dikeluarkan akan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai pupuk untuk memenuhi nutrisinya. Tempat untuk menampung ikan pun menjadi bersih dari kotoran. Akuaponik menjalin simbiosis mutualisme dimana tanaman dan ikan saling menguntukan. Media tanam yang digunakan adalah tanah. Namun, dalam akuaponik tidak perlu diberi pupuk lagi karena sumber hara yang digunakan berasal dari kotoran ikan yang dibudidaya.

Wall gardening merupakan teknik budidaya tanaman secara vertikal yang memanfaatkan dinding sebagai model pertanaman. Teknik ini hampir sama dengan vertikultur, yang membedakan adalah pada teknik wall gardening biasanya berpusat pada tanaman hias bukan tanaman sayuran. Banyak gedung-gedung perkantoran atau pusat pembelanjaan yang sudah memakai teknik budidaya ini. Media tanam yang digunakan adalah tanah, sehingga pemupukan dalam pemenuhan unsur hara perlu diperhatikan dalam teknik ini agar tanaman hias tetap cantik untuk dipandang.

Itulah beberapa teknik dalam urban farming yang dapat diterapkan dalam perkotaan. Bagi para ibu-ibu yang suka memasak juga dapat memanfaatkan urban farming karena bahan masakan berupa sayuran yang sudah ditanam dapat dipetik langsung tanpa harus pergi ke pasar untuk membeli dan tentunya masih segar. Indonesia perlu segera mengaplikasikan urban farming sebagai langkah dalam penghijauan dikota dan mengatasi permasalahan pemanasan global yang dikarenakan berkurangnya tumbuhan di bumi. Selain tidak memerlukan area yang luas, urban farming juga tidak memerlukan biaya yang cukup mahal dalam pengaplikasiannya. Mau mencoba?

Daftar Pustaka

http://jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/artikel/639-konsep-urban-farming-sebagai-solusi-kota-hijau

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun