Mohon tunggu...
Edukasi Pilihan

POLYCYSTIC OVARY SYNDROME (PCO’S), oleh Dr. Caroline Tirtajasa SpOG(K)

12 Januari 2014   20:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:54 12833
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

PCO atau yang dikenal dengan Ovarium Polikistik adalah suatu kondisi ketidakseimbangan hormonal yang menyebabkan sel telur tetap kecil, tidak ada yg berkembang menjadi sel telur besar dan matang untuk bisa dibuahi oleh sel sperma. Dengan kata lain, peristiwa Ovulasi atau pecahnya sel telur yang matang tidak terjadi, sehingga tidak mengherankan penderita PCO datang ke seorang ahli Fertility dengan keluhan sulit hamil dan mens yang tidak teratur.

Ketidakseimbangan hormonal yang terjadi menyangkut interaksi berbagai hormon antara lain hormon-hormon reproduksi seperti LH, FSH, Prolactin, Estrogen dan Testosteron, juga menyangkut hormon Insulin dan Leptin (hormon yang dihasilkan oleh lemak). Kondisi ini selain menyebabkan sel telur yang tidak dapat berkembang juga menurunkan kualitas sel telur.

Ketidakseimbangan hormon yang sering terjadi pada penderita PCO adalah peninggian hormon LH dan testosteron, resistensi terhadap kerja hormon Insulin dan resistensi terhadap hormon Leptin.

Hormon Insulin bekerja dengan menjaga agar kadar gula darah tidak terlalu tinggi dengan memasukkan gula darah ke dalam sel. Pada penderita PCO sering didapat tingginya kadar hormon insulin meskipun kadar gula darah masih normal, dibuktikan dengan rasio gula darah puasa dengan insulin puasa yang kurang dari 10. Kondisi ini disebut dengan resistensi Insulin dimana diperlukan Insulin yang lebih tinggi dari yang seharusnya untuk menurunkan kadar gula darah atau menjaga agar gula darah tetap normal. Kondisi resistensi Insulin yang berkepanjangan akan menyebabkan seseorang jatuh ke dalam kondisi Diabetes atau penyakit kencing manis.

Jadi penderita PCO dengan resistensi insulin, meskipun tidak ingin hamil tetap harus diterapi karena dalam waktu beberapa tahun ke depan akan bisa jatuh ke dalam kondisi Diabetes. Selain diabetes, sindroma metabolik lain yang dapat diderita pasien PCO yang tidak diterapi antara lain kondisi hipertensi ( tekanan darah tinggi), hiperkolestrolemia (kolestrol tinggi), hipertrigliseridemia (trigliserida atau lemak darah tinggi) dan obesitas.

Peninggian hormon LH dan testosteron menyebabkan beberapa penderita PCO mempunyai tanda-tanda hiperandrogenik seperti tumbuhnya bulu halus di atas bibir, dada, kaki, tangan, perut atau sekitar dagu, punggung dan payudara, adanya jerawat berlebih di wajah maupun dada dan punggung, kulit wajah dan kepala yang berminyak.

Dua pertiga pasien PCO mempunyai indek massa tubuh berlebih atau gemuk. Lemak yang berlebih ini memproduksi hormon Leptin. Pada orang normal, adanya hormon Leptin yang berlebih akan mencegah seseorang makan berlebih saat kondisi kecukupan kalori sudah tercapai. Lain halnya dengan PCO yang menyebabkan kondisi resistensi leptin yaitu kondisi dimana leptin tidak dapat bekerja sehingga pasien PCO cenderung makan terus meski kecukupan kalori telah tercapai. Dengan kata lain kondisi resistensi leptin ini menyebabkan ambang rasa kenyang yang tinggi atau sulit merasa kenyang. Hal ini juga yang menyebabkan pasien PCO jatuh dalam obesitas atau kegemukan dan diabetes.

Interaksi antara hormon reproduksi dengan Insulin dan Leptin inilah membentuk kondisi ketidakseimbangan hormonal yang kompleks yang harus diterapi satu demi satu agar kondisi hormon yang optimal dapat tercapai sehingga sel telur mau berkembang dan pecah (ovulasi). Hal ini tentunya membutuhkan waktu berbulan-bulan, kadang bertahun-tahun, tergantung seberapa berat kondisi ketidakseimbangan hormonal yang terjadi, yang tentunya berbeda-beda pada setiap pasien PCO.

Pasien PCO umumnya datang ke Ahli Fertility dengan keluhan mens yang tidak teratur atau sudah lama menikah tapi tidak kunjung hamil. Diagnosis PCO ditentukan berdasarkan ditemukannya 2 dari 3 gejala klinis sebagai berikut yaitu mens yang tidak teratur, tanda-tanda hiperandrogen dan gambaran indung telur yang polikistik pada pemeriksaan USG. Setelahnya akan dilakukan pemeriksaan profil hormon untuk menentukan apakah ada resistensi Insulin, peninggian hormon LH atau kelainan hormon reproduksi yang lainnya.

Terapi yang dilakukan akan bergantung pada keluhan dan gejala klinis yang ditentukan serta kelainan hormon yang didapat dari hasil pemeriksaan laboratorium.

Terapi lini pertama adalah perubahan gaya hidup dan pola makan (Life style Modification). Pasien PCO dianjurkan berolahraga teratur misalkan jalan pagi atau bersepeda 30 menit setiap hari atau 3-4 x per minggu. Pasien PCO disarankan menurunkan berat badan 10 % dengat berolah raga dan memilih makanan sehat. Hidup seorganik mungkin dengan menghindari junk food (makanan instan, fried chicken, burger) dan daging olahan yang mengandung zat pengawet dan pewarna (misalnya sosis, bakso, siomay). Hindari juga makanan dengan kadar gula atau garam yang tinggi. Hindari polutan lingkungan dan zat kimiawi dalam makanan. Perbanyak makanan berserat yaitu buah-buahan dan sayuran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun