Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

SMS, Selingkuh di Media Sosial

21 Maret 2017   06:56 Diperbarui: 21 Maret 2017   16:00 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Kehadiran internet melahirkan ragam bentuk media sosialisasi. Facebook, Tweeter, BBM, SnapChat dan lain sebagainya. Media sosial menunjang naluri kita sebagai makhluk sosial. Kita gampang berkomunikasi. Yang jauh menjadi dekat, dan harapannya yang dekat tidak menjadi jauh. Awalnya, yang tak dikenal menjadi dikenal dan bahkan menjadi akrab. Kita tidak takut pada kesendirian dan kesepian. Kalau kita merasa sepi atau sendiri, kita hanya gunakan mobile phone kita dan kemudian terhubung dengan orang lain walau belum pernah bertatap muka. Kita juga bisa mengekspresikan perasaan kita, entah itu kepada teman-teman di media sosial atau juga mempostingnya pada dinding halaman media sosial kita.

Namun siapa sangka, media sosial ikut melanggengkan kasus sosial, yakni perselingkuhan. Mengapa bisa? Salah satu sebabnya mungkin karena faktor keamanan dan kerahasiaan. Aman karena tidak mudah diendus dan dilacak oleh orang lain. Rahasia karena tidak gampang diketahui. Tetapi kita harus sadar ini bisa sajadihacker. Faktor-faktor ini bisa menjadi salah satu sebab mengapa orang terjebak pada perselingkuhan di media sosial.

Meskipun demikian, tingkah laku harian tidak bisa menipu. Sepandai-pandainya kita menyembunyikan bau di media sosial, toh orang akan mengamati dan membaca tingkah laku kita. Yang paling tahu pastinya pasangan hidup yang setiap hari selalu bersama kita. Beberapa tingkah laku yang bisa saja muncul antara lain chatting tidak kenal waktu, gonta-ganti pasword untuk media sosial tertentu guna menjamin keamanan, kerap menyembunyikan ponsel saat bepergian, perubahan penampilan dari biasanya dan lain sebagainya.

Menarik mencermati untuk kasus sosial seperti perselingkuhan. Ini bukan hanya soal urusan cinta, tetapi ini mempengaruhi banyak aspek seperti sosial, budaya, ekonomi keluarga. Dari aspek sosial, kita bisa rasakan pada kehidupan keluarga. Anak-anak menjadi korban tak bersalah. Dari aspek budaya, kita bisa berbenturan dengan tuntutan dan sangsi adat yang keras. Dan aspek ekonomi bisa mempegaruhi nasib dari para pelaku yang terlibat. Sebut saja, kalau dia seorang PNS, bisa-bisa ini akan mempengaruhinya kariernya di kantor.

Saya tidak punya data yang akurat mengenai sejauh mana selingkuh di ranah media sosial terjadi dan dampaknya. Catatan saya ini hanya berupa hasil bacaan dari pengalaman orang-orang yang pernah terlibat dan pengamatan pada beberapa kasus selingkuh yang pernah terjadi.

Hemat saya, kasus perselingkuhan bisa berawal dari chatting yang biasa-biasa saja. Namun, entah dorongan apa yang membuat dua insan berlainan jenis bisa terlibat pada pertukaran rasa yang mendalam. Akibatnya, pasangan hidup terabaikan demi pujaan baru yang dikenal di media sosial. Tentu saja, yang nekat dan sudah tidak tahan untuk melampiaskan rasa penasaran satu sama lain, mungkin akan bertemu mata.

Pertanyaannya, mengapa ada perselingkuhan di media sosial?

Saya coba mereka-reka jawabannya. Pertama, ini bisa berawal dari situasi rumah tangga. Hubungan antara suami-istri sudah tidak semesrah semasa pacaran. Yang ada hanya hubungan fungsional. Seorang laki-laki semata-mata memenuhi kewajiban sebagai suami, pun seorang perempuan. Di sini, tidak ada keterlibatan perasaan antara keduanya. Ujung-ujungnya mencari pelampiasan di tempat lain. Yah, media sosial menjadi salah satu instrumen untuk mendapakan itu. Berawal dari chatting dan perkenalan biasa, ini bisa bergerak pada kontak perasaan antara dua orang. Ditambah lagi, ini dibarengi dengan situasi salah seorang teman chat yang haus perhatian dan kasih sayang.

Sebab lain bisa juga karena media sosial itu bersifat privat (rahasia) dan publik. Pada satu sisi, media sosial bisa menyembunyikan unek-unek kita. Ini bisa membantu kita berelasi secara rahasia dengan orang-orang tertentu tanpa diketahui oleh teman-teman media sosial lainnya. Di pihak lain, media sosial juga bersifat umum. Semua orang melihat pergerakan kita di media sosial. Dan dengan ini, kita bisa mengundang orang masuk ke dalam lingkaran pergaulan atau juga kita masuk ke dalam hidup kita. Kalau tidak hati-hati, ini bisa berujung pada relasi terlarang.

Pada dasarnya, media sosial memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk berinteraksi. Menyikapi hal ini yang dibutuhkan adalah bijak dalam menggunakan media sosial dan kontrol diri. Bijak bukan berarti pilih-pilih teman, tetapi kita bisa membedakan motif dari teman-teman yang ada di media sosial. Sikap bijak ini ditopang oleh kontrol diri. Kita mengontrol diri tidak terjebak pada penggunaan yang salah. Tidak salah kita mengekspresikan perasaan kita. Tetapi sebaiknya kita mengekspresikan itu pada tempat yang benar dan orang yang tepat. Sebaliknya media sosial tidak boleh dijadikan sebagai tempat pelarian hingga berujung pada relasi yang salah.

Kita mesti mengembalikan esensi dasar dari media sosial. Ini hanya instrumen untuk berkomunikasi secara positif. Hal positif yang kita dapat adalah menambah jaring pertemanan, mengenal banyak orang dari latar belakang yang berbeda dan menjadi ruang untuk berekspresi sepantasnya. Media sosial bukan sebagai tempat untuk kita melakukan hubungan sosial yang terlarang, yakni selingkuh.***  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun