Mohon tunggu...
Gobin Dd
Gobin Dd Mohon Tunggu... Buruh - Orang Biasa

Menulis adalah kesempatan untuk membagi pengalaman agar pengalaman itu tetap hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilgub Jakarta dan Pembelajarannya

17 Februari 2017   08:47 Diperbarui: 17 Februari 2017   09:02 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Target paslon BadJa (Basuki dan Djarot) untuk memenangkan pemilihan satu putaran tidak tercapai. Meski target itu tidak terealisasi, yang terpenting sekarang adalah menganalisa kenapa target itu tidak tercapai. Masih ada putaran kedua dan tentunya ini akan jauh lebih berat. Terlebih lagi bila paslon no 1 mengalihkan total dukungannya ke paslon no 3. Kalkulasi secara matematis tentunya mengarah kepada paslon no 3. Namun kalkulasi secara politik, no 2 mempunyai kesempatan yang sama dengan no 3, pun sebaliknya. Kalkulasi politik selalu mempunyai permainannya sendiri dan itu bisa terjadi di luar jangkauan tim sukses masing-masing paslon.

Tentunya, pilgub putaran pertama mempunyai beberapa kesan. Pertama, jumlah suara dari masing-masing paslon, terutama paslon no 2 dan no 3. Jumlah kedua paslon ini tidak jauh berbeda. Secara kasat mata mereka hampir mempunyai jumlah pendukung yang relatif sama. Bila dilihat, jumlah pemilih mereka bisa menjadi basis menuju putaran kedua. Sekarang tinggal bagaimana mereka bermanuver untuk mendapatkanpendukung paslon no 1. 

Kedua, pemilih yang mempunyai hak, tetapi tidak terpenuhi karena beberapa kesalahan. Entah pendukung siapa orang-orang ini, namun yang pasti KPU dan bahkan tim sukses dari setiap paslon harus berusaha untuk meningkatkan sosialisasi terhadap pemilih di Jakarta. Inilah yang menjadi tantangan terberat ke depan yang dihadapi oleh tim sukses dari masing-masing tim. Tak ayal bahwa keberhasilan pemilihan ini tidak lepas dari campur tangan tim sukses yang bermain dengan cekatan mencari pemilih. Mungkin terasa berat, tetapi inilah konsekuensi logis untuk menggapai target yang diharapkan. Secara sederhana, dalam konteks pemilihan, pemilih adalah bos yang mesti dilayani.

Ketiga, putaran kedua mesti menjadi ajang kompetesi visi dan misi yang sesungguhnya. Pada putaran pertama pilgub DKI, isu primordial, semisal, agama dan suku memboncengi ide-ide tim sukses untuk memenangkan calon mereka. Dari kaca mata demokrasi, ini menunjukkan kalau persaingan seperti itu tidak sehat. Hemat saya dan melihat kenyataan yang terjadi, isu primordial tidak terlalu berpengaruh terhadap pikiran dan suara hati para pemilih. Mungkin ada pengurangan pendukung, yang mana menyebabkan kegagalan untuk mencapai target pemilihan satu putaran. 

Sekarang berhadapan dengan putaran kedua, kalau paslon berpikiran dewasa dan bijaksana mereka duduk bersama dan meluruskan situasi yang terjadi sebelum pilgub putaran pertama. Kedua mesti sepakat kalau putaran kedua adalah murni pertarungan visi dan misi yang bebas dari isu SARA.

Keempat, kualitas pemilih. Jakarta menjadi barometer politik nasional. Apa yang terjadi di Pilgub Jakarta bisa menjadi referensi untuk daerah-daerah lain. Isu SARA bukanlah alasan untuk menggagalkan calon tertentu. Yang terpenting adalah kredibitas dari paslon dan yang utama adalah bagaimana dia bekerja untuk rakyat. Pencapaian paslon no 2, yang merupakan kombinasi Ahok sebagai seorang Tionghoa-Kristen dengan Basuki sebagai Muslim-Jawa menunjukkan kalau latar belakang paslon tidak menjadi satu-satunya alasan bagi pemilih menentukan paslon mereka. Saya percaya yang mereka lihat adalah kualitas dari paslon.

Pilgub DKI menuju putaran kedua. Putaran pertama adalah pembelajaran. Siapa yang belajar dan menganalisa Pilgub putaran pertama dengan jeli, mereka pula yang bisa merengkuh mayoritas suara pada putaran kedua.

Salam Demokrasi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun