Mohon tunggu...
Donny Candra
Donny Candra Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perjuangannya Belum Selesai

25 April 2017   21:51 Diperbarui: 26 April 2017   07:00 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pbs.twimg.com/profile_images/842602376221536256/LxD8J3Px.jpg

Pada tanggal 21 April kemarin, Indonesia telah merayakan sebuah hari yang spesial. Sebuah hari yang mengingatkan kita kembali bahwa pendidikan merupakan hak semua orang tanpa memedulikan gender, ras, maupun status. Hari yang dimaksud tersebut tentu saja tak lain dan tak bukan adalah hari Kartini. Sebuah hari yang inspirasi namanya diambil dari seorang pejuang emansipasi wanita Indonesia bernama Raden Ajeng Kartini. Seorang pejuang pemberani yang mau menentang budayanya yang keliru dan meluruskannya.

Pada tahun 2017 ini, untuk memperingati hari Kartini, Legacy Pictures dan Screenplay Films bekerjasama untuk memproduksi sebuah film berjudul “Kartini” yang digarap oleh Hanung Bramantyo. Seorang sutradara berbakat yang namanya memang sudah terkenal dalam dunia perfilman. Dalam filmnya ini, ia mengambil beberapa aktor/aktris berbakat Indonesia untuk bermain dalam filmnya seperti Dian Sastrowardoyo, Acha Septriasa, Reza Rahadian, Adinia Wirasti, Ayushita dan masih banyak lagi. Latar yang dipakai untuk syuting pun cukup beragam. Mulai dari Jepara, Yogyakarta, Jakarta, hingga Belanda   

Untuk filmnya sendiri, Kartini merupakan sebuah film biografi yang menceritakan cerita hidup Raden Ajeng Kartini sejak ia masih kecil sampai dewasa. Berbeda dengan film biografi lainnya yang cenderung memberikan rasa bosan, film ini disuguhkan dengan alur maju mundur yang dapat membuat para penonton berdecak kagum sekaligus terkesima dikarenakan beberapa alurnya yang tidak dapat ditebak.

Pada awal film, dihadirkan sebuah adegan dimana Kartini menerima gelar sebagai Raden Ajeng dengan ekspresi raut wajah yang masam dan tak rela. Adegan langsung berpindah ke masa lalu saat Kartini masih kecil dan sedang menangis. Memohon dan memberontak dikarenakan ia ingin tidur bersama dengan ibunya, Ngasirah yang kala itu berstatus sebagai asisten rumah tangga dan tidur dirumah belakang.

Seiring berjalannya waktu, tibalah saat dimana Kartini harus dipingit. Dimana ia harus dikurung dalam rumah sampai ada seorang lelaki yang mau melamarnya. Dalam film ini, kesukaran, kebosanan, dan rasa enggan Kartini untuk dikurung dalam rumahnya sendiri sangat terlihat. Ekspresi yang ditunjukkan oleh Kartini (Dian Sastrowardoyo) saat melakukan semua upacara dan latihan kebudayaan selama dipingit cukup merepresentasikan ketiga hal tersebut. Ia merasa bahwa dirinya terpenjara dalam rumah tersebut.

Namun, sebuah harapan mulai muncul bagi Kartini ketika kakaknya, Kartono yang diperankan oleh Reza Rahadian memberikannya sebuah kunci menuju lemari berisi buku. Kakaknya ingin Kartini untuk membaca karena dengan membaca, ia percaya bahwa pikiran kita akan bebas meskipun tubuh kita terpenjara. Sejak saat itu, Kartini rajin membaca buku- buk yang diberikan oleh kakaknya.

Cerita semakin seru ketika tiba saatnya adik-adik Kartini yang bernama Roekmini (Acha Septriasa) dan Kardinah (Ayushita) untuk dipingit. Mereka ditempatkan di kamar yang sama dengan Kartini. Tak perlu waktu lama, mereka bertiga menjadi akur dan saling mendukung satu sama lain. Hobi Kartini untuk membaca pun ia bagikan kepada saudara-saudaranya tersebut.

Selanjutnya cerita diisi dengan berbagai perjuangan, masalah, dan kesempatan- kesempatan yang dialami oleh Kartini dan ketiga saudaranya. Seperti masalah dimana salah satu saudaranya, yaitu Kardinah harus meninggalkan masa pingitan dikarenakan sudah dijodohkan oleh ayahnya yang terikat janji masa lampau, perjuangannya untuk membuat usaha industri kayu di Jepara yang awalnya diragukan, pembuatan sekolah bagi rakyat dirumahnya sendiri, dan kesempatannya untuk bertemu dengan seorang Belanda yang mau dan bersedia untuk menerbitkan tulisannya di sebuah surat kabar.

Untuk mengetahui cerita selengkapnya, kalian dapat menyaksikan filmnya di bioskop terdekat ataupun membeli DVD original film Kartini.

Singkat cerita, film ini diakhiri dengan adegan Kartini yang bersedia untuk menikahi seorang lelaki dan mengakhiri masa pingitannya dengan empat syarat khusus. Syarat yang pertama dimana ia tak mau membasuh kaki suaminya saat pernikahan, kedua dimana ia tak mau dibebani dengan peranakan sopan santun yang rumit, ketiga dimana ia mau suaminya membantu dirinya untuk membangun sebuah sekolah khusus perempuan agar para wanita dapat bersekolah selayaknya pria, dan yang keempat dimana ia mengharuskan ibunya, Ibu Ngasirah untuk tinggal dirumah depan dan dipanggil selayaknya orang yang pantas dan bukan seorang asisten rumah tangga.

Hal yang patut diacungi jempol dari film ini adalah bagaimana cara Hanung Bramantyo selaku sutradara memberikan pemahaman kepada penonton ketika Kartini sedang membaca, baik surat maupun buku. Seakan- akan kita diajak untuk masuk kedalam pikiran seorang Kartini ketika sedang membaca. Bercengkrama dan bercerita bersama sang penulis di sisi lain dunia. Yang tak kalah hebat adalah angle pengambilan gambar yang dipilih. Melalui angle pengambilan gambar tersebut, kita dibuat serasa sedang berada diposisi tersebut bersama Kartini dan untuk beberapa adegan, kita dibuat dapat memahami secara emosional apa yang terjadi dengan Kartini kala itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun