Mohon tunggu...
Donni Desyandono
Donni Desyandono Mohon Tunggu... -

Jakarta, Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hari Bumi

6 April 2011   04:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:05 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

HARI BUMI

Seringkali kita mendengar istilah hari bumi atau jam bumi (earth hour) dimana pada waktu tersebut masyarakat dunia sejenak bersama-sama mengurangi emisi karbon dengan membatasi penggunaan energi, atau dalam bentuk kegiatan lainnya.

Bumi kita ini tidak saja terdiri dari dataran atau lautan saja, melainkan semua penunjuangnya yang selama masih di dalam atmosfir bumi adalah bagian dari bumi yang harus tetap kita jaga.

Kita melihat adanya perubahan iklim yang ekstrim akibat pemanasan bumi secara global, semua ini menurut para ahli sebagian besar merupakan akibat dari berlebihnya kadar emisi karbon di permukaan bumi yang mengakibatkan efek ‘rumah kaca’ dimana panas matahari yang menerpa bumi tidak bisa terpantulkan secara sempurna, sehingga panas tersebut mengakibatkan bencana di muka bumi yang terjadi akhir-akhir ini.

Pemanasan global dapat terjadi diantaranya karena :

-Pemborosan energi yang digerakan dengan cara pembakaran fosil (yang kita kenal sebagai minyak bumi) yang menghasilkan emisi karbon

-Penggunaan alat pendingin udara

-Kebakaran hutan

-Pengrusakan dan penebangan hutan

-Pencemaran udara

-Limbah sampah (plastic, elektronik, dll)

Mari kita mencoba melihat salah satunya sebagai bahan renungan kita. Bagaimana kita menyikapi sampah plastik dalam kehidupan kita sehari-hari.

Berapa banyak limbah kantong plastik kresek yang keluar dari pasar swalayan maupun pasar tradisional yang awalnya sebagai bungkus pada saat kita belanja di sana.

Bahkan SOP (standar operation procedure) dari pasar-pasar swalayan, memisahkan barang yang dibeli sesuai dengan kelompok, misalkan sabun dengan susu kaleng, yang mengakibatkan semakin banyak lagi kantong plastik yang kita bawa pulang.

Dulu ada kampanye dari beberapa pasar swalayan untuk gerakan ‘hijau’ dengan menawarkan tas kepada para konsumen agar tidak perlu membawa kantong plastik setiap habis belanja. Namun gerakan ini kelihatannya saat ini sudah berkurang bahkan mungkin sudah hilang, atau memang masyarakat tidak peduli, toh pikirannya kalau bisa bawa kantong plastik banyak, lumayan bisa disimpan dirumah untuk bungkus sampah atau digunakan lagi untuk bawa barang.

Tanpa disadari perilaku kita ini akan meningkatkan limbah plastik (yang tidak bisa didaur secara alami) dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk hancur.

Kemana sampah-sampah plastik ini harus dibuang?

Jika setiap keluarga mulai menyadari hal ini dan belajar disiplin, setiap akan berbelanja membawa tas khusus yang agak besar sebagai tempat membawa seluruh hasil belanja saat itu, tentunya tidak diperlukan lagi kantong plastik berlembar-lembar. Jika ini dilakukan terhadap misalkan 500 orang yang belanja di pasar swalayan, berapa banyak kita bisa menekan jumlah limbah ini, apalagi dilakukan oleh seluruh warga Negara Indonesia, mungkin bukan tidak mungkin kantong plastik di pasar-pasar swalayan dan tradisional suatu saat tidak diperlukan lagi, hal yang sama juga apabila belanja makanan yang dibungkus (dibawa pulang) kita membawa tempat makan sendiri, berapa banyak limbah Styrofoam yang juga tidak bisa didaur ulang oleh alam dapat dihindari?

Tanamkan budaya ini kepada keluarga, teman-teman dan anak-anak kita, dimana akan pasti akan membantu menyelamatkan bumi kita, dan lebih memberikan arti pada hari bumi yang selalu kita rayakan.

Ini adalah sebagain contoh yang dapat kita lakukan dalam rangka turut menjaga lingkungan dan bumi kita untuk masa depan.

Jangan lupa, “bumi ini bukan diwariskan oleh nenek moyang kepada kita, melainkan kita meminjam dari anak dan cucu kita”.

Selamat Hari Bumi!...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun