Mohon tunggu...
Doni Hermawan
Doni Hermawan Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Kepretan Pengejar Kekuasaan

10 September 2018   18:05 Diperbarui: 10 September 2018   18:20 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Dalam sebuah wawancara via telepon, dengan percaya diri Rizal Ramli menuding biang kerok pelemahan rupiah belakangan ini adalah importasi bahan pangan yang dilakukan Kementerian Perdagangan. Ya, dengan istilah "biang kerok". Bukan yang lain. Tanpa analisis komprehensif, dia langsung tebas. Memang, di tahun politik ini, apapun bisa dijadikan bahan serangan kepada pemerintah. Walau dengan asumsi yang paling cupet. Asal bisa populer dan menghebohkan, segala cara dihalalkan.

Entah apa target Rizal, namun dia telah menunjukkan kelasnya sebagai orang yang asal omong.  Lumayan, siapa tahu nanti bisa dapat bagian roti kekuasaan setelah kemarin gagal menjadi wapres. Kekuasaan memang legit, sehingga layak dikejar. Sayangnya, Rizal Ramli salah dua kali ketika melempar pernyataan tersebut.

Pertama, keputusan impor komoditas strategis seperti beras, garam, dan gula, tidak mungkin diputuskan oleh satu kementerian. Dalam hal ini, Kementerian Pertanian dan Kementerian Perindustrian, Kementerian Negara BUMN, juga Perum Bulog turut serta pula dalam rapat koordinasi yang dipimpin oleh Kemenko Perekonomian. Sehingga impor yang diputuskan dalam rapat tersebut lebih tepat dikatakan ‘dilakukan oleh pemerintah’.

Rizal sebenarnya paham betul prosedur pemutusan impor itu. Dia pernah menjabat sebagai menteri pada masa pemerintahan Gus Dur dan Joko Widodo. Sebab jika tidak paham, artinya dia bodoh. Kan, tidak mungkin presiden menunjuk orang bodoh untuk menduduki kursi menteri?

Kedua, bila pasokan beras dalam negeri sangat aman dan melimpah hingga akhir tahun, apakah mungkin pemerintah menggelar rapat bersesi-sesi untuk memutuskan perlu atau tidak impor? Kurang kerjaan sekali mengimpor beras jika pasokan melimpah dan harganya murah?

Harga beras melonjak sejak akhir 2017. Bahkan hingga seperempat warsa pertama tahun 2018, di beberapa daerah, beras medium dijual seharga Rp14.000/Kg. Padahal berita panen raya sudah bergelora sejak Februari. Jika hasil musim panen pertama begitu melimpah, seharusnya harga beras medium berangsur turun signifikan dalam waktu singkat.

Sekarang pemerintah kembali membuka keran impor sebanyak 1 juta ton. Tentu saja, bukan tanpa alasan. Cobalah mencari tahu musim panen padi di Indonesia. Kuantitas produksi pada panen ketiga biasanya tak banyak. Belum lagi ada potensi puso, sebab pada akhir tahun ini, kita memasuki musim hujan. Selama kuartal akhir 2017, kita sudah mendapati laporan puso di berbagai daerah. Disusul serangan hama wereng pun pada pertengahan tahun yang sama.

Semua itu, pola berulang yang hingga kini tak juga dapat diatasi Kementerian Pertanian. Apakah pemerintah harus diam-diam saja dan tetap mengandalkan pasokan dalam negeri dengan resiko harga beras melonjak? Tentu tidak. Antisipasi tak populis dan berisiko diberondong kritik, yakni impor, lantas dilakukan demi mencukupi kebutuhan dasar rakyat. Pemerintah tak mau main-main dengan urusan perut orang banyak.

Sama halnya dengan keputusan impor garam. Apakah kementerian perdagangan selaku instansi yang berwenang atas izin impor pada rantai akhir bisa menambah jumlah komoditas impor sesuka hati tanpa permisi pada kementerian terkait? Tidak bisa. Menteri perdagangan harus menyerahkan keputusan pada Menteri Perindustrian.

Saat itu pun, berita tentang industri yang nyaris mogok akibat pasokan garam tak juga terpenuhi seliweran di mesin pencarian. Apakah pemerintah mestinya mendiamkan saja keluhan-keluhan pelaku industri?

Bagaimana kesiapan sektor hulu dalam memenuhi kebutuhan dalam negeri benar-benar luput dari kritik pedas Rizal. Mustahil dia tidak tahu bahwa persoalan ada di Kementerian Pertanian. Hanya dia lebih memilih untuk menyampaikan kritik berat sebelah untuk kepentingannya sendiri. iseng-iseng berhadiah. Siapa tahu kursi menteri di pemerintahan mendatang bisa diduduki kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun