Mohon tunggu...
Dokter Kusmanto
Dokter Kusmanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - .

.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Petani Ikan Waduk Cirata Perlu Pertolongan Pemerintah

20 Juni 2013   11:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:42 1687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_261563" align="aligncenter" width="524" caption="Ikan mati di waduk Cirata, foto tanggal 18 Juni 2013, difoto oleh Kusmanto"][/caption] Sejak 7 tahun saya sering wisata ke Waduk Cirata.  Kadang kala saya datang dari arah Bandung atau dari arah Cianjur, maupun dari arah Purwakarta. Saat kunjungan kali ini saya memilih arah Purwakarta, jalannya sudah mulai bagus. Dari Jakarta saya butuh sekitar 4 jam untuk sampai ke waduk Cirata dengan perjalanan yang santai dan dua kali istirahat di tempat yang nyaman. [caption id="attachment_261565" align="aligncenter" width="524" caption="difoto oleh Kusmanto"]

13716952191394553733
13716952191394553733
[/caption] [caption id="attachment_261579" align="aligncenter" width="524" caption="Pemandangan dari atas waduk Cirata. Difoto oleh Kusmanto"]
13716976351188699964
13716976351188699964
[/caption] [caption id="attachment_261566" align="aligncenter" width="524" caption="Bapak Rahmat di foto oleh Kusmanto"]
1371695315885159807
1371695315885159807
[/caption] Sekitar 7 tahun yang lalu, saya mengenal bapak Rahmat di Mesjid Agund Puncak dan terus kami sampai saat ini rutin bertemu dan kami sering berkunjung ke waduk Cirata. Kegiatan seharian bapak Rahmat adalah petani ikan, walaupun sebelumnya pernah hidup lama di Jakarta dan pernah pula aktip dalam cikal bakal film si UNYIL. Tetapi waktu dan siksal telah membawa bapak Rahmat menjadi petani ikan. Tiap kali saya mampir ke waduk Cirata, saya melihat perkembangan yang sangat pesat dalam ekonomi keluarga beliau. Terlihat pula keramahan maupun keberhasilannya beliau sebagai petani ikan di waduk Cirata. Tetapi situasi berubah 180 drajat pada  minggu lalu saya berkunjung. Saat saya datang dari arah Purwakarta dan melewati jembatan bendungan, tampak di tengah danau seperti pulau. Saya pun agak heran, mengapa di musim hujan dengan air danau yang berlimpah, masih terlihat daratan hijau. Dataran itu sangat luas, mungkin ada 10 hektar hamparan hijau di tengah danau.

Tanpa mengerti kondisi itu, saya melaju terus menuju rumah bapak Rahmat. Dan bertemulah kami dengan sukacita, setelah 18 bulan tidak bertemu.

[caption id="attachment_261567" align="aligncenter" width="524" caption="Bapak Poridin Girsang, pensiunan DEPKES. Difoto oleh Kusmanto di lokasi kerambah milik bapak Rahmat."]

1371695455363698245
1371695455363698245
[/caption] Seperti biasanya, langsung kami menuju tengah danau, menuju kerambah milik bapak Rahmat. Tetapi kali ini kecerahan wajah bapak Rahmat berbeda. Sambil berdayung menuju tengah danau, diceritakan tentang kondisi waduk Cirata. [caption id="attachment_261570" align="aligncenter" width="524" caption="Pemandangan kolam ikan di waduk Cirata. Di foto oleh Kusmanto"]
1371696358652857525
1371696358652857525
[/caption] [caption id="attachment_261572" align="aligncenter" width="496" caption="Pemandangan waduk Cirata. Difoto oleh Kusmanto"]
1371696691267895224
1371696691267895224
[/caption] [caption id="attachment_261573" align="aligncenter" width="524" caption="Waduk Cirata yang tercemar limbah dan eceng gondok. Difoto oleh Kusmanto"]
13716970651686325806
13716970651686325806
[/caption] [caption id="attachment_261577" align="aligncenter" width="524" caption="Eceng gondok sudah taraf mengganggu kesehatan waduk. di foto oleh Kusmanto"]
1371697344768011428
1371697344768011428
[/caption] Saat ini banyak kendala di waduk Cirata tetapi bapak Rahmat masih bisa  bergurau ria. Saya melihat eceng gondok sangat banyak sekali. Dan saya baru sadar bahwa pulau hijau di tengah danau adalah kumpulan eceng gondok. Tentu saja kita paham, bahwa eceng gondok sangat cepat berkembang biak dan bisa menutupi permukaan air dan menggangu kesehatan waduk.

Walau katanya sudah ada upaya dari otorita waduk membeli dari pengumpul eceng gondok, akhirnya tidak di lanjutkan. Kewalahan, yah, istilahnya otorita waduk kewalahan bersihkan eceng gondok. Karena pertumbuhannya lebih cepat daripada pembersihan, sehingga eceng gondok makin berlimpa tidak terkendali.

[caption id="attachment_261589" align="aligncenter" width="524" caption="Ikan mati di waduk Cirata. Di foto oleh Kusmanto"]

13716996451783201357
13716996451783201357
[/caption]

Selain eceng gondok, juga kualitas air yang makin buruk. Limbah makin banyak, belum lagi limbah kimia. Seperti yang juga pembuangan limbah warna warni di hulu sungai. Dan lengkap sudah penderitaan petani ikan, terutama saat cuaca mendung dan sirkulasi air waduk menjadi kotor. Air dan kotoran dari dasar danau naik ke permukaan sehingga ikan menjadi mati.

[caption id="attachment_261593" align="aligncenter" width="524" caption="difoto oleh Kusmanto"]

1371700363289244887
1371700363289244887
[/caption] [caption id="attachment_261594" align="aligncenter" width="524" caption="difoto oleh Kusmanto"]
13717005671759825712
13717005671759825712
[/caption]

Saat ini petani ikan di waduk Cirata perlu bantuan pemerintah. Akibat harga ikan yang jatuh harganya, membuat hasil kerja mereka hanya cukup untuk hidup sehari hari saja. Terbukti bahwa anak bapak Rahmat yang biasanya menjaga kolam ikan, telah kembali ke Jakarta untuk bekerja.

Dan pak Rahmat pun sedang berpikir pikir untuk mencari peluang bisnis yang lebih baik di “darat” karena “kolam” makin hari makin sulit. Keputusan yang berat dan masih terus di kaji secara grafik. Sudah diamati oleh bapak Rahmat sejak beberapa tahun terakhir bahwa pendapatan dari waduk Cirata, makin hari makin tidak bisa diandalkan.

Dalam diskusi kami tentang dinas peternakan ikan dan otoritas waduk, memang tampaknya belum optimal.  Apakah petani juga segan membayar iuran nya atau pula pihak berwenang melihat pajak pengolahan keramba ikan sangat tidak mengguntungkan.

Yang pasti saudara saudara kita di waduk Cirata perlu pertolongan dari pemerintah. Kasihan mereka disana, harus bertani secara manual dan mandiri tanpa pengetahuan teknologi maupun ilmu peternakan ikan yang memadai.

Semoga Waduk Cirata bisa segera medapatkan perhatian dari pemerintah. Karena dari satu waduk ini saja terdapat mungkin 500 ribu atau sampai 1 juta kotak kerambah berukuran 7 x 7 meter. Hasilnya panen perharinya sungguh luar biasa, bisa ratusan ribu ton ikan di jual. Sekali lagi saya tulis, ratusan ribu ton sehari. Sungguh luar biasa.

Belum lagi airnya yang berasal dari waduk Saguling, turun ke waduk cirata dan turun lagi ke waduk   Jatiluhur, kemudian melalui Kali Malang menuju sumber bahan baku air minum di Jakarta. Bila saja pencemaran terjadi di perjalanan air menuju Jakarta, pasti pula orang Jakarta mendapatkan sumber air minum yang sudah tercemar. Bahaya segera datang untuk orang Jakarta !.

Setelah kami makan ikan yang langsung dari kolam, maka tak terasa hari sudah sore. Akhirnya kami pulang ke jakarta lewat Cianjur, Puncak dan menuju Jakarta. Kami berangkat dari Jakarta jam 8 pagi dan kembali lagi ke Jakarta pada jam 24. Lain waktu pasti kami kembali ke Waduk Cirata. Semoga waduk Cirata sudah menjadi waduk andalan untuk wisata maupun untuk petani ikan.

[caption id="attachment_261595" align="aligncenter" width="524" caption="difoto oleh Kusmanto"]

13717011331256039241
13717011331256039241
[/caption] [caption id="attachment_261601" align="aligncenter" width="504" caption="Rute Perjalanan, datang dari Purwakarta dan pulang lewat Cianjur. Image milik Kusmanto"]
13717024271267020257
13717024271267020257
[/caption] [caption id="attachment_261602" align="aligncenter" width="509" caption="Rute wisata waduk Cirata, Image milik Kusmanto"]
137170258682852466
137170258682852466
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun