Mohon tunggu...
Dody Kasman
Dody Kasman Mohon Tunggu... Administrasi - Manusia Biasa

Wong Ndeso yang bukan siapa-siapa. Twitter : @Dody_Kasman

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Antara Saya, Via Vallen dan Nella Kharisma

24 Desember 2017   08:46 Diperbarui: 24 Desember 2017   15:24 5585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Via Vallen dan Nella Kharisma. Merdeka.com

Siang itu kembali saya duduk di dalam bus Patas antar Kota. Entah sudah berapa macam bus yang saya tumpangi dengan beragam suasana di dalam bus, entah itu kenyamanan kursi, kepenuhan penumpang atau dinginnya AC hampir tak pernah sama antara satu bus dengan bus lainnya.

Ada satu kesamaan yang selalu saya temukan dari sekian banyak perjalanan dengan bus yang berbeda-beda itu. Musik dangdut yang seolah menjadi pengiring wajib perjalanan bus antara kota khususnya di Jawa (Timur) kembali terdengar. Namun setahun terakhir ini telinga saya terjejali dangdut koplo dengan vokal yang itu-itu saja.

Alunan musik dangdut yang rancak dengan vokal khas itu membuat mulut saya spontan ikut berdendang setengah bergumam. Ya, setahun terakhir ini penikmat musik Indonesia, termasuk saya terserang demam dangdut koplo akibat virus yang bikin kecanduan bernama Via Vallen dan Nella Kharisma.

Dua biduan muda asal Jawa Timur itu tetiba melejit dengan lagu-lagu hitsnya. Via Vallen dengan "Sayang" sementara Nella Kharisma dengan "Jaran Goyang." Jujur dua lagu ini yang paling familiar di telinga saya, meski beberapa lagu lainya saya juga suka. Sebut saja "Selingkuh"nya Via Vallen, atau "Ninja opo Vespa" yang dibikin hits oleh Nella Kharisma. Video klip keduanya di youtube kebanjiran viewer bahkan mengalahkan artis-artis senior yang lebih dulu populer sebelum mereka.

Keduanya sama-sama mengusung genre music sejenis yakni dangdut koplo. Begitu pula lirik lagu yang mereka bawakan, sebagian besar berbahasa Jawa Timuran. Meski demikian, penggunaan Bahasa Jawa pada mayoritas lagu tak membatasi segmentasi penggemar hanya pada orang Jawa. Justru sebagian besar penikmat hits mereka bukanlah pengguna Bahasa Jawa aktif, yang mungkin hanya bisa mereka-reka maksud lirik lagu yang didengar.

Tak hanya di bus antar kota, hits Via dan Nella saat ini bisa kita dengar di banyak waktu dan berbagai kesempatan. Lagu-lagu mereka menjadi menu wajib yang harus tersaji di berbagai acara, resmi maupun santai. Begitu juga di beberapa sudut gedung tempat saya berdinas, lagu-lagu mereka juga sering saya dengar. Bahkan saat saya harus mengantri di gerai makan cepat saji, lagi-lagi saya dipaksa untuk ikut berdendang setengah bergoyang mengikuti irama lagu "Sayang" yang diputar saat itu.

Keduanya sukses membuat saya jatuh hati pada dangdut (koplo), aliran musik dangdut yang dulu sebenarnya nyaris tak pernah saya pedulikan. Meskipun bukan penggemar fanatik dangdut, namun sebagai penikmat musik, kehadiran Via dan Nella seolah memanjakan hasrat saya pada sajian musik menghibur dan berkualitas dengan kemasan yang tak norak. 

Sebagai warga pantai utara bagian timur pulau Jawa, mau tak mau dangdut sudah menjadi bagian kehidupan saya sehari-hari sejak masih anak-anak. Ketika itu Rhoma Irama adalah penyanyi dangdut yang saya suka, mungkin karena keseringan nonton filmnya di video maupun bioskop misbar (gerimis bubar) di lapangan terbuka dekat rumah.

Bahkan ketika Inul Daratista belum setenar saat ini saya sudah sering mendengar namanya disebut oleh teman-teman yang pernah menyaksikan langsung penampilannya bergoyang ngebor. Jauh sebelum populer seperti sekarang, Inul sudah sering diundang tampil di berbagai acara di sekitar tempat saya tinggal di Probolinggo. Disusul kemudian beberapa penyayi dangdut pendatang baru dengan beragam gayanya yang atraktif bahkan over demi mendongkrak popularitas.

Selanjutnya seperti bisa kita saksikan belakangan ini, bermunculanlah beberapa penyanyi dangdut dengan aksi panggungnya yang luar biasa. Ya, luar biasa karena memang di luar kebiasaan masyarakat pada umumnya. Kekuatan vokal jadi tak penting dibanding kehebohan aksi yang mengundang. Maka goyangan sensual dan erotis, meskipun katanya relatif, menjadi sah dan harus dimaklumi dengan dalih totalitas dan profesionalisme.

Kemunculan Via Vallen dan Nella Kharisma memberikan warna baru sekaligus merubah image musik dangdut tanah air menjadi semakin elegan. Tak harus berpakaian minim dan sexy, tak perlu menonjolkan lekuk tubuh, tanpa harus banyak bergoyang Via dan Nella mampu membius pecinta musik tanah air dengan kebersahajaan penampilan dan kekuatan vokal mereka. Mengamati fenomena Via dan Nella, saya teringat sosok Fatin Shidqia Lubis yang di awal kemunculannya berhasil menarik simpati penggemar dan penikmat musik tanah air dengan penampilannya yang apa adanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun