Mohon tunggu...
dmz
dmz Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Sisi Lain Bitcoin : Gerakan Politik, Inefisiensi dan Dorongan Ekonomi Manusia

5 November 2015   08:34 Diperbarui: 5 November 2015   09:11 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai sebuah inovasi teknologi, Bitcoin memiliki keunggulan-keunggulan yang tidak dimiliki oleh sistem keuangan tradisional. Namun demikian, sistem Bitcoin tidaklah sesempurna yang mungkin dipikirkan banyak orang. Tulisan ini akan mengulas inefisiensi sistem Bitcoin sebagai dampak dari desain terdesentralisasi.

Gambar 1. Logo Bitcoin. Sumber: bitcoin.org

 

Bitcoin dan Pandangan Politis Para Cypherpunk

Bitcoin memberikan pandangan yang baru dalam pemanfaatan kriptografi. Terobosan yang dibuatnya begitu fenomenal, sebab meskipun tidak menciptakan teknik kriptografi baru, Bitcoin berhasil membuktikan bahwa ketiadaan pihak sentral (trusted party) dalam mengatur mata uang tergantika oleh pembuktian matematis yang dikemas dalam berbagai metode kriptografi yang sudah ada. Ide tentang  sistem pembayaran anonim sejatinya tidak muncul dalam sekejap. David Chaum memaparkan konsep tentang sistem pembayaran tanpa jejak (untraceable payment) yang menggunakan teknik blind signature untuk membuktikan keabsahan sebuah cek tanpa mempedulikan identitas penggunanya (Chaum, 1983) dan memperkenalkan konsep pseudonym dalam transaksi perbankan (Chaum, 1985).

Mereka yang menyebut dirinya cypherpunk adalah para pegiat kriptografi yang aktif berdiskusi di dunia maya bahkan sejak Internet pertama kali dikembangkan. Para cypherpunk menyerukan hak untuk bebas dari pengawasan pemerintah, dan sebuah sistem pembayaran anonim diyakini akan mendukung kebebasan ini. Almarhum Hal Finney, Julian Assange (pendiri Wikileaks), dan Phil Zimmermann (penulis perangkat lunak PGP) tergabung dalam komunitas ini (Wikipedia, 2014a). Dalam lingkup cypherpunk inilah Satoshi Nakamoto (siapapun dia) menggodok idenya tentang Bitcoin, menerima masukan dan saran sebelum meluncurkan versi pertama Bitcoin di awal 2009 (Bartlett, 2014). Bahkan Hal Finney merupakan penerima pertama dalam sejarah transaksi Bitcoin (Wikipedia, 2014b).

Bitcoin sebagai produk dari komunitas cypherpunk tidak lepas dari cara pandang mereka terhadap sistem ekonomi dunia. Mereka memahami konsep inflasi sebagai suatu perampokan massal pada para pengguna mata uang, dan sebagai akibatnya, Bitcoin tidak mengenal inflasi dalam sistemnya. Bahwa mereka juga menganggap bahwa uang kertas dapat dicetak dalam jumlah yang tak terhingga oleh mereka yang berkuasa mencetak uang, tercermin dalam sistem Bitcoin yang membatasi jumlah koin yang dapat tercetak, yaitu sejumlah 21 juta. Komunitas ini juga menginginkan kendali perekonomian yang dikembalikan sepenuhnya kepada masyarakat, dan demikianlah Bitcoin menghilangkan konsep sentralisasi dan menggantinya dengan metode desentralisasi. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Bitcoin tidak sekedar terobosan ekonomi, namun juga sebagai sebuah gerakan pembangkangan terhadap aturan-aturan tradisional yang sudah menggurita dalam kehidupan manusia.

Proof-of-Work dan Inefisiensi Energi

Sebagaimana telah dibahas di atas, Bitcoin menggunakan metode desentralisasi dan jaringan peer-to-peer untuk menjalankan sistemnya. Namun demikian, untuk memenuhi prinsip akuntabilitas sistem pembayaran, sebuah metode harus digunakan untuk menjamin bahwa sebuah koin hanya dapat dibelanjakan sekali saja oleh pengguna yang sama (double spending). Di sinilah peran proof-of-work, sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Adam Back dalam hashcash (Back, 2002). Proof-of-work merupakan sebuah metode verifikasi di mana pengguna harus melakukan komputasi yang kompleks sebelum diperbolehkan melakukan sesuatu. Proof-of-work pada awalnya dimanfaatkan untuk mengurangi email spam. Dengan implementasi proof-of-work, pengirim email spam massal harus rela kehilangan sebagian besar kekuatan komputasinya untuk melakukan verifikasi yang diminta oleh sistem, dan pada akhirnya akan mengurangi jumlah spam yang berhasil dikirim secara signifikan. Di dalam proof-of-work, proses komputasinya harus kompleks namun validasinya harus mudah. Di sinilah permasalahan dimulai.

Ben Laurie dalam tulisannya memaparkan bagaimana pemborosan komputasi proof-of-work tidak sejalan dengan konsep efisiensi energi  (Laurie, 2011). Demi melakukan verifikasi atas transaksi Bitcoin, para penambang Bitcoin mesti membuang begitu banyak sumber daya seperti energi listrik dan komputasi mesin yang mereka miliki demi memenangkan sebuah blok. Jika dan hanya jika memenangkan sebuah bloklah para penambang ini akan dihadiahi dengan koin baru sebagai bayaran atas usaha menambang mereka. Walaupun proof-of-work bermanfaat untuk menghindari terjadinya double spending dan aktivitas-aktivitas curang dari penggunanya, teknik ini tidak efisien dalam penggunaan energi. Topik tentang teknis penambangan Bitcoin tidak akan dibahas dalam tulisan ini.

Gambar 2. Fasilitas pertambangan Bitcoin. Sumber : neucoin.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun