Ada empat lembaga survei yang melakukan survei calon presiden (capres) yaitu Indobarometer, Jaringan Survei Indonesia (JSI), Lembaga Survei Indonesia (LSI) dan Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) dengan hasil yang cukup mengejutkan. Ternyata nama Prabowo Subianto memiliki potensi untuk menjadi capres yang diunggulkan (Kompas 7/6/2012).
Hasil survei Indobarometer, JSI dan LSI menunjukkan bahwa Prabowo menduduki posisi kedua setelah Megawati, sedangkan menurut survei SSS justru Prabowo berada diatas Megawati, walaupun dengan persentase yang tipis (25,8 % berbanding 22,4 %). Lebih mengejutkan lagi adalah ternyata Prabowo lebih unggul daripada Jusuf Kalla (JK) dan Aburizal Bakrie (ARB).
Pada umumnya menjelang pemilu atau pilkada pasaran lembaga survei semakin ramai. Ada banyak pesanan dari para kandidat untuk lebih meyakinkan publik bahwa pencalonan mereka memang layak. Apakah hasil survei itu betul-betul valid, hanya merekalah yang mengetahuinya. Tetapi keempat lembaga survei ini tampaknya bukanlah lembaga survei sembarangan. Reputasi serta integritas mereka dipertaruhkan sehingga validitas hasil surveinya bisa dipertanggungjawabkan.
Tetapi kembali masalahnya adalah masalah waktu, yaitu pemilu presiden masih dua tahun lagi. Hasil survei capres tersebut hanya merupakan indikasi awal belaka. Mungkin sepanjang waktu berjalan menjelang 2014 akan terjadi kejutan. Siapa tahu akan muncul seorang capres unggulan baru yang mendadak muncul, yang mengalahkan capres-capres yang disurvei tersebut.
Rupanya para responden keempat lembaga survei tersebut masih menganggap bahwa capres dari kalangan militer masih merupakan pilihan yang masih layak untuk dipertimbangkan. Pengalaman selama 10 tahun memiliki presiden yang juga seorang jenderal ternyata tidak membuat mereka mengalihkan kepada "orang sipil" alias non-militer. Mungkin mereka berpendapat seseorang dengan latar belakang militer memiliki disiplin yang kuat serta wibawa yang lebih kuat.
Pilihan kepada Prabowo tampaknya diadasarkan atas kepribadiannya yang terkenal tegas dan berani. Bahkan, seorang sopir taksi pernah mengatakan kalau Prabowo ini orangnya sangat tegas. Kalau ada anak buahnya berbuat salah, maka ia tak segan-segan untuk menamparnya. Tentu saja kebenaran kata-kata seorang sopir taksi sulit untuk direkonfirmasi. Tetapi setidak-tidaknya masyarakat akar rumput memandang Prabowo sebagai orang yang tegas.
Yang masih mengganjal adalah masa lalu Prabowo yang belum clear menyangkutbeberapa isu. Konon masalah yang masih gelap antara lain isu keterlibatannya dalam hilangnya beberapa orang aktivis pada era Orde Baru, isu kudeta pada tahun 1998, isu peranannya dalam kerusuhan Mei 1998. Namun, semua isu tersebut hingga saat ini tetap masih merupakan isu belaka karena tidak ada yang bisa membuktikan tentang keterlibatannya.
Kalau mau berandai-andai, maka orang yang paling cocok untuk mendampingi Prabowo adalah JK. JK memiliki pengalaman sebagai wakil presiden selama 5 tahun. Mungkin dengan karakter Prabowo yang tegas dan berani disertai dengan pengetahuan serta pengalaman JK dalam pemerintahan maka diharapkan citra RI akan meningkat dan tidak melempem seperti sekarang.
Yang perlu dijaga adalah agar Prabowo tidak kebablasan sehingga menjadi seorang diktator yang otoriter. Demikian pula dengan JK. Perlu dijaga agar JK juga jangan menjadi pengusaha yang berkuasa sehingga menghalalkan segala cara demi keuntungan pribadi dan grup perusahaannya. Sebab, kata orang, salah satu sumber korupsi terbesar di Eropa adalah karena para politisi selalu berpikir dan bertindak sebagai pengusaha.