Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pembobolan Bank

31 Maret 2011   22:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:14 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Headlines Kompas 31/3/2011 mengungkapkan tentang pembobol bank yang telah digulung oleh Polri. Selama tahun 2009 telah dibobol uang sejumlah Rp 227.4 milyar dari BII, Bank Mandiri, BRI dan Bank Mega. Tahun 2010 tidak ada laporan pembobolan. Tetapi pada tahun 2011 selama 3 bulan terakhir  secara berturut-turut telah terjadi pembobolan  bank dengan jumlah total Rp 43,7 milyar dari BCA, Bank Mandiri, Bank Danamon dan Citibank.

Meskipun jumlah uang yang dibobol tahun 2011 jauh lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2009, tapi intensitasnya sangat mengejutkan. Jumlah kerugian paling besar adalah Bank Mandiri yaitu Rp 200 milyar pada tahun 2009. Sedangkan kerugian paling kecil adalah BRI  yaitu "hanya" Rp 2,4 milyar.

Dan yang masih hangat adalah Citibank, sebuah bank internasional yang kena bobol juga sebesar Rp 17 milyar. Reputasi Citibank yang terkenal excellent ternyata tidak berdaya menghadapi pembobolan yang dilakukan oleh karyawannya sendiri. Tak dapat disangkal bahwa sebagian besar pembobolan bank dilakukan  oleh "orang dalam" sendiri atau "orang dalam" bekerja sama dengan "orang luar".

Sesungguhnya jumlah serta intensitas pembobolan yang tidak dilaporkan oleh bank kepada Polri jauh lebih banyak daripada yang diberitakan. Banyak bank yang enggan melaporkan tindak kriminal yang terjadi di dalam banknya. Hal ini dilakukan untuk menjaga citra bank tersebut. Jika terlampau sering jadi pemberitaan mengenai pembobolan yang terjadi pada banknya, maka kepercayaan masyarakat akan menurun.

Apabila kepercayaan masyarakat menurun, maka orang tidak akan mau menyimpan uangnya pada bank tersebut. Jika dana masyarakat menurun, maka kemampuan bank untuk memberikan pinjaman pun menurun. Jika pemberian pinjaman menurun, maka pendapatan bunganya juga menurun. Jika pendapatan bunganya menurun maka bank tersebut akan mengalami kerugian atau labanya makin kecil.

Salah satu faktor utama terjadinya pembobolan adalah karena perbuatan "orang dalam" , bagaikan pagar makan tanaman. Karyawan bank yang seharusnya menjaga citra banknya justru melakukan pembobolan. Seketat apapun pengawsan internal, secermat apapun sistem operasional yang diterapkan, kalau menyangkut hati manusia siapapun tidak akan dapat menyelaminya. Kata orang bijak " dalam lautan dapat diduga, tapi hati manusia lebih sulit diraba".

Semakin besar sebuah bank, semakin besar risiko terjadinya pembobolan karena semakin banyak orang yang terlibat didalamnya. Semakin banyak "orang dalam" semakin sulit manajemen bank "meraba hati manusia".  Namun demikian, risiko itu memang layak ditanggung  karena bank adalah bisnis berisiko. Kalau tidak mau menanggung risiko janganlah menjadi pemilik bank.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun