Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jalan-jalan ke Bangkok

11 September 2018   04:16 Diperbarui: 11 September 2018   12:06 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Melalui Dwidaya Tour, saya dan isteri mengatur perjalanan ke Bangkok dengan tujuan utama mengunjungi Ayutthaya, sebuah destinasi wisata bersejarah  kerajaan Thailand. Demikianlah, kami berangkat ke Bangkok pada tanggal 6 September 2018 dengan penerbangan  GA 866 pada pukul 9.15. Kami akan menginap di Hotel Movenpick, Sukhumvit Soi 15 sampai dengan tanggal 9 September 2018. 

Jalan menuju hotel ternyata macet betul sehingga baru sampai disini sekitar pukul 16.00, lebih daripada 3 jam. Antrian taksi di bandara diatur oleh mesin yang menggunakan nomor sehingga tidak berebutan. Kami naik taksi sesuai dengan nomor yang keluar dari mesin. Puluhan taksi telah menunggu dibawah nomor urut yang menyala.

Keesokan harinya, kami mengikuti tour satu hari yang diatur oleh hotel dengan biaya 1.600 Baht (ekuivalen Rp 800.000,-) per orang dengan menggunakan bus dan akan dijemput pada pukul 6.30 setelah sarapan pagi. Kami dibawa ke sebuah "terminal" mini bus khusus tour, dimana beberapa mobil Toyota Commuter (HiAce) telah parkir di tempat ini. Sementara  itu, puluhan turis pun telah menunngu di sekitar tempat itu. 

Kemudian masing-masing travel bureau mengatur para turis tersebut untuk ikut rombongan sesuai dengan tujuan yang sama. Masing-masing turis ditempelkan stiker kecil berwarna kuning, atau biru dan atau merah untuk menunjukkan asal travel bureau mereka..

Kami berangkat pukul 8.00 dengan Toyota Commuter berisi 12 penumpang yang berasal dari berbagai negara, yaitu dari Meksiko, Perancis, Italia dan Portugis. Kami tiba di Ayutthaya sekitar pukul 10.00 dan mulai mengunjungi berbagai candi dan stupa dengan dipandu oleh seoorang tour leader perempuan yang memimpin para turis dari 3 buah mobil, kurang lebih 36 orang. Nama panggilan tour leader tersebut adalah Rupha atau Pha saja.

Kami mengunjungi Wat Mahathat, Wat Na Prha Mane dan lain-lain bangunan candi kuno yang sebagian masih dalam tahap renovasi. Yang masih utuh adalah patung Reclining Buddha raksasa yang masih dipuja.Dan yang unik adalah arca kepala Buddha yang berada di tengah akar sebuah pohon yang dianggap suci sehingga jika memandangnya harus jongkok. Di sekitar lokasi masih berserakan arca Buddha yang sudah tidak lengkap lagi.

Kebanyakan bangunan candi, cedhi,dan stupa terbuat dari batu bata merah. Disinilah lokasi kerajaan Thailand pada beberapa abad yang silam karena Ayutthaya adalah ibukota kerajaan yang dibangun pada tahun 1374. Dibandingkan dengan Candi Prambanan atau Borubudur, masing-masing memiliki keindahan serta misteri yang berbeda.

Sebelum kembali ke Bangkok, rombongan kami diatur kembali sesuai dengan kelompok tujuan hotel masing-masing. Rombongan satu bus pada saat berangkat akan  berbeda  dengan rombongan yang sekarang pulang ke Bangkok. Destinasi akhir adalah menuju ke Bang Pa-In  Summer Palace. SummerPalace ini didirikan pada abad ke 17 oleh Raja King Prasat Thong (1629-1656) dan kemudian direnovasi oleh Raja Rama IV yang dikenal sebagai Raja Mongkut (1851-1868). 

Istana tersebut sering digunakan oleh almarhum Raja Bhumibol Adulyadey (Rama IX) dan Ratu Sirikit sebagai tempat istirahat dan resepsi dan banquet. Untuk mengelilingi kompleks istana ini dibutuhkan waktu 30 menit dengan mengendarai golf car yang disewa dengan tarif 400 Baht apabila mengendarai sendiri atau 500 Baht dengan sopir. Dalam kompleks ini terdapat bukan saja beberapa istana raja selain Summer Palace, yaitu Golden Palace, Inner Palace,  Outer Palace, Ruang Pertemuan untuk keluarga Raja, Tower Withun Thasana yang dibangun pada tahun 1881 guna melihat pemandangan sekeliling istana dari atas menara, Royal Floating House, dan lain-lain.

Hari ketiga, kami mengunjungi Jim Thompson House and Museum yang diberi nama sama dengan seorang Amerika yang lahir di Greenville, Delaware, pada tahun 1906. Ia adalah seorang prajurit Amerika pada saat Perang Dunia Kedua dan pernah dikirim ke Bangkok sebentar dan kemudian jatuh cinta dengan Thailand. Setelah pensiun, ia ia memutuskan untuk kembali dan menetap disini secara permanen.

Disinilah ia mengumpulkan barang-barang antik serta peninggalan sejarah Thailand seperti rumah aseli penduduk Thailand yang dibangun kembali di tempat yang sekarang jadi musium lengkap dengan isinya yang tidak ternilai harganya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun