Mohon tunggu...
Djohan Suryana
Djohan Suryana Mohon Tunggu... Administrasi - Pensiunan pegawai swasta

Hobby : membaca, menulis, nonton bioskop dan DVD, mengisi TTS dan Sudoku. Anggota Paguyuban FEUI Angkatan 1959

Selanjutnya

Tutup

Politik

Korea Utara: Pemicu Perang Nuklir?

26 September 2017   13:03 Diperbarui: 26 September 2017   13:13 1344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhir-akhir ini situasi di Semenanjung Korea makin panas. Konflik yang berkepanjangan antara Amerika Serikat dan Korea Utara telah membuat negara-negara sekitarnya, terutama Jepang, ketar-ketir. Sikap Korea Utara yang bandel dan keras kepala membuat Amerika dan sekutunya mati daya. Peluncuran peluru kendali jarak jauh (ICBM) Korea Utara tidak bisa dikendalikan oleh negara manapun, termasuk PBB. Amerika sudah mengancam akan menggunakan kemampuan militernya untuk menghentikan aksi Korea Utara yang masih terus saja melakukan percobaan peluncuran peluru kendali dengan hulu ledak bom nuklir. Namun semuanya tidak digubris oleh Korea Utara.

Perang Korea yang berlangsung pada tahun 1950-1953 telah menjadikan Korea terpecah menjadi dua : Korea Selatan dibawah pengaruh Amerika dan Korea Utara yang memilih menjadi negara komunis dengan nama Republik Demokratik Rakyat Korea atau Korea Utara. Pada waktu Perang Korea, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) telah membantu Korea Utara dengan mengirimkan puluhan ribu tentara sukarela. Sedangkan Uni Soviet membantunya dengan mengirimkan pesawat tempur (MIG 15) serta tank T34. Tentara perdamaian PBB pun ikut turun tangan  untuk mendamaikan peperangan tersebut yang dicapai pada tahun 1953.

Hingga saat ini beberapa ribu tentara Amerika masih berada di Korea Selatan sebagai pasukan penjaga perdamaian. Latihan perang dengan tentara Korea Selatan pun sering dilakukan didepan mulut Korea Utara. Hal inilah yang memicu Korea Utara untuk selalu melakukan unjuk kekuatan militer sebagai tandingan atas latihan tersebut. Korea Utara merasa terancam oleh adanya latihan perang tersebut yang dianggapnya sebagai menantang kedaulatannya.

Walaupun kondisi ekonomi Korea Utara masih jauh dibandingkan dengan saudaranya di Selatan, namun tampaknya dengan mengorbankan perekonomian, Korea Utara lebih mementingkan mengembangkan kemampuan militernya sebagai kompensasi atas ketidakberdayaannya dalam menghadapi kekuatan militer Amerika dan Korea Selatan. 

Jadilah, Kim Jong Un yang sekarang memimpin Korea Utara mengendalikan Korea Utara untuk langsung berhadapan dengan Amerika serta sekutunya. Kesejahteraan rakyatnya dikorbankan demi mengejar bargaining position yang sepadan dengan musuh bebuyutannya. Kenekatan Korea Utara ini memang menjengkelkan Amerika, tertapi hal inilah satu-satunya yang bisa dilakukan oleh Korea Utara. Logikanya mungkin mengapa Amerika , Russia, RRT, Inggris, Perancis boleh punya nuklir sedangkan negara lain tidak boleh, bahkan dikenakan sanksi ekonomi yang berat.

Korea Utara praktis telah dikucilkan dalam pergaulan internasional. Sanksi PBB makin keras diberlakukan. Kalau mungkin sih seluruh negara di dunia tidak boleh berhubungan dengan Korea Utara. Namun demikian, sampai saat ini Korea Utara masih menjadi anggota PBB sehingga posisinya masih tetap harus diakui dalam dunia internasional. Kemungkinan yang paling gawat adalah jika salah satu pihak, Amerika maupun Korea Utara, tidak bisa menahan diri, maka akan terjadi bencana internasional yang tidak tertahankan lagi. Jauh lebih dahsyat daripada ledakan nuklir di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945 yang lalu.

Seandainya ada sebuah peluru kendali Korea Utara yang berhulu ledak nuklir lolos dari jangkauan anti peluru kendali, dan jatuh di daratan Amerika, maka jutaan rakyat Amerika akan menjadi korban selama belasan tahun akibat radiasi yang menyebar. Dan tentu saja, rakyat Korea Utara pun sudah lenyap dari muka bumi, di bom habis-habisan oleh Amerika yang memiliki senjadi tercanggih di dunia. Apalagi kalau bom nuklir Amerika dijatuhkan pula di Korea Utara, maka penderitaan rakyat Korea Utara semakin parah. Dan tentu saja akibatnya akan meluas ke daratan Korea Selatan dan Jepang dan sebagian Tiongkok. 

Jika sampai hal ini terjadi, lalu siapa yang menyalahkan siapa ? Korea Utara mungkin berdalih  mereka adalah negara kecil yang tidak berdaya dan dikucilkan yang tidak mungkin melawan hegemoni Amerika seperti juga tabrakan antara mobil dan sepeda motor. Walaupun pengemudi sepeda motor yang salah tetapi karena ia dianggap memiliki posisi yang lebih lemah dibandingkan dengan mobil, maka ia patut dikasihani dan pengemudi mobillah yang disalahkan. 

Sedangkan Amerika menganggap bahwa Korea Utara harus diberi pelajaran yang keras agar mematuhi keinginannya supaya tidak ada negara lain yang memiliki senjata nuklir kecuali dirinya dan sekutunya. Apakah dunia dapat menjamin bahwa Amerika tidak akan menggunakan senjata nuklirnya terhadap negara lain yang dianggapnya sebagai ancaman terhadap superioritasnya ?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun