Mohon tunggu...
Sa'id Djazuli
Sa'id Djazuli Mohon Tunggu... -

Pribadi yang masih membutuhkan dedikasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Detik-detik Berkibarnya Merah Putih

16 Agustus 2014   04:20 Diperbarui: 4 Agustus 2017   00:20 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menjelang HUT kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke-72 tiang-tiang tinggi dan setengah jangkung berikatkan Sang Saka merah putih telah mewarnai disepanjang pinggir jalanan kota hingga plosok-plosok desa, dengan gagah tegak berjejer dan berkibar. Ya tanggal 17 Agustus merupakan tonggak terangkatnya harkat dan martabat bangsa Indonesia, terdongkraknya moral dan eksistensi bangsa yang telah lama terusik dan penuh penindasan, menuju tatanan dunia baru dan gemah ripah loh jinawi tata tenteram kerto raharjo, masyarakat yang sejahtera adil dan makmur.

Mengingat sekilas potret sejarah yang begitu panjang serta pergulatan hebat yang ditorehkan oleh putra-putri bangsa yang memperjuangkan bumi Indonesia dari kekangan imprealis Belanda yang bercokol kurang selama lebih satu setengah abad, berjingkrak di atas penderitaan bangsa Indonesia, menjilat dan memloroti harga diri dan martabat bangsa, namun waktu terus bergerak dengan pasti ke masa kehancuran, kedigdayaan Belanda diambang pintu kehancuran, tahun 1942 tentara Dai Nippon (bala tentara pasukan Jepang)mendarat di Indonesia tepatnya di Palembang pada tanggal 14 Februari, tiga hari sebelum melakukan pendaratan ke pulau Jawa dengan misi mengambil alih kekuasaan pemerintahan Hindia-Belanda.

Hal tersebut tidak luput dari seputar pengasingan sang proklamator yakni Ir. Soekarno yang pada waktu itu diletakkan di Bengkulu, namun pihak Belanda mengetahui Jepang telah mendarat di Palembang segera Soekarno akan diangsikan ke Australia dengan dalih khawatir dimanfaatkan pihak Jepang, tapi nyatanya rencana pemindahan tersebut tidak berjalan semulus yang diharapkan karena kapal yang akan mengangkutnya tenggelam di dekat pulau Enggano, dengan demikian pemindahan telah gagal. Perlahan namun pasti Jepang terus melakukan pendaratannya ke beberapa tempat, hanya dengan durasi kurang lebih tiga tahun setengah Indonesia beralih kepemerintahan Jepang, sistem bergerak dengan spirit Jepang termasuk pendidikan bahasa dan pendidikan militer, bahkan Jepang membentuk pasukan tentara sukarela yang bernama PETA (Pembela Tanah Air) yang didedikasikan bagi para pemuda sebagai politik Jepang memperkuat benteng  pertahanan apabila sewaktu-waktu diserang oleh sekutu.

Kendatipun demikian tahun 1944 resistensi kepemerintahan Jepang di Indonesia mulai goyah disebabkan beberapa faktor termasuk pemberontakan yang dilakukan oleh PETA di kota Blitar Jawa Timur, kemudian menyusul gencatan senjata yang dilakukan oleh Amerika berhasil memukul mundur diberbagai pangkalan dan pulau-pulau kekuasaan Jepang sehingga menyebabkan runtuhnya kekuatan Jepang di Pasifik. Pasca peristiwa tersebut kepemerintahan Jepang di Jawa mengumumkan akan memberikan kemerdekaan dalam waktu dekat sehingga pada tanggal 1 Maret 1945 dibentuklah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau yang dikenal dengan sebutan Dokuritsu Junbi Cosakai.

Badan tersebut beranggotakan 60 orang yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat, BPUPKI menyelenggarakan dua kali sidang rapat, sidang rapat pertama tanggal 29 Mei-1 Juni perumusan undang-undang dasar, kemudian sebelum sidang rapat yang kedua berlangsung tanggal 22 Juni pra masa reses laporan hasil kerja panitia kecil berhasil membuahkan dokumen yang disebut dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Sidang rapat yang kedua tanggal 10-16 Juli mengenai rancangan undang-undang dasar beserta dengan pereduksian panitia kecil yang berjumlah tujuh orang, bekerja sebagai perancang UUD yang menghasilkan tiga hal yaitu pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan UUD dan batang tubuh UUD yang menyangkut masalah wilayah negara, bentuk negara kesatuan, pemerintahan republik, bendera nasional dan bahasa nasional.

Tidak lama lagi kemerdekaan selangkah lagi menjadi kenyataan, hasil kerja keras BPUPKI yang dibubarkan pada tanggal 7 Agustus 1945 berbuah manis yang berujung pada terbentuknya Dokuritsu Junbi Linkai atau PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pasca Soekarno dan Hatta memenuhi panggilan Jendral Terauchi di Saigon pada tanggal 9 Agustus, panggilan tersebut memberi signal positif bagi proses kemerdekaan Indonesia dengan menyetujui pembentukan PPKI beserta terpilihnya Soekarno sebagai ketua panitia. Sekembalinya ke Indonesia tanggal 14 Agustus terbentuknya PPKI diumumkan. Janji Jepang memberikan kemerdekaan tidak lepas juga dengan usaha keras bangsa Indonesia, meski disisi lain disebabkan faktor melemahnya kekuatan Jepang di berbagai wilayah kekuasaan maupun di negara induk, mengingat tanggal 6 dan 9 Agustus kota Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak dengan bom atom sekutu.

Menjelang kemedekaan bumbu-bumbu perjuangan selalu melengkapinya dengan adanya peristiwa Rengasdengklok (Kabupaten Karawang, Jawa Barat) yang ditandai dengan penculikan terhadap Soekarno-Hatta dilakukan oleh kalangan muda dan PETA, desakan proklamasi terjadi tumpang-tindih antara kalangan tua dan muda, kalangan tua mengambil langkah lambat dengan mengikuti apa yang ditentukan Jepang tanggal 24 Agustus karena khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan jika proklamasi dilakukan sebelum jatuh temponya meskipun secara hak sudah berada ditangan bangsa sepenuhnya, namun kalangan muda justru sebaliknya, dengan semangat yang menyala mendesak agar supaya proklamasi kemerdekaan dilakukan dengan secepatnya maka terjadilah peristiwa tersebut.

Namun hal itu tidak berlarut lama, dua polarisasi yang bertentangan mereda setelah Soekarno dan Hatta bersedia memproklamasikan kemerdekaan setelah kembali ke Jakarta. Tanggal 16 Agustus 1945 Soekarno dan Hatta tiba pada waktu petang, dengan waktu yang bersamaan mereka mengundang anggota PPKI dan kalangan muda untuk menyelenggarak rapat proklamasi kemerdekaan yang berlangsung di kediaman Laksamana Tadashi Maeda, seorang kepala perwakilan Angkatan Laut Jepang. Setelah semuanya berkumpul, di situlah sejarah teks proklamasi kemerdekaan digoreskan di atas secarik kertas oleh Soekarno yang akan diumumkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di depan kediaman Soekarno yang terletak di Jl. Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.

Jam 10 pagi suasana pun riuh tumpah dengan segenap suka cita rakyat, teks yang menjadi mimpi bangsa Indonesia telah dikumandangkan oleh Soekarno "Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dll,, diselenggarakan dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya." Tak lama berselang berita pengumuman proklamasi kemerdekaan dengan hitungan menit sudah terdengar di berbagai penjuru.

Sebagai bangsa yang besar dan terjajah maka sekarang mimpi bangsa Indonesia menjadi nyata, menatap kehidupan yang lebih progres sebagai bangsa yang merdeka. Soekarno pernah mengatakan "Di seberang jembatan emas ini, baru kita leluasa menyusun rakyat Indonesia merdeka yang gagah, kuat, sehat dan kekal."

Dirgahayu Indonesia yang ke-72 dan,,,, MERDEKA!!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun