Mohon tunggu...
Dizzman
Dizzman Mohon Tunggu... Freelancer - Public Policy and Infrastructure Analyst

"Uang tak dibawa mati, jadi bawalah jalan-jalan" -- Dizzman Penulis Buku - Manusia Bandara email: dizzman@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Pilihan Raya Malaysia, Antara Harapan dan Kenyataan

9 Mei 2018   22:58 Diperbarui: 10 Mei 2018   13:51 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan perdana menteri Malaysia sekaligus pemimpin oposisi Mahathir Mohamad (tengah) merayakan kemenangannya dalam pemilu bersama rekan koalisinya dalam konferensi pers, di Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (10/5/2018) dini hari. (AFP/Manan Vatsyayana)

Pada 9 Mei 2018 negeri tetangga Malaysia baru saja menyelesaikan perhelatan pemilu parlemen alias Pilihan Raya yang berlangsung hingga pukul lima sore tadi. Terdapat sekitar 27 partai politik yang mengikuti pemilu, dengan 4 besar yang merajai hampir seluruh daerah yaitu koalisi BN (Barisan Nasional), PKR (Partai Keadilan Rakyat) dengan koalisinya Pakatan Harapan (PH), dan PAS (Partai Islam se-Malaysia) dengan koalisinya Gagasan Sejahtera, serta calon independen yang disebut Bebas. 

Pilihan raya Malaysia memperebutkan 222 kursi parlemen dan 505 Dewan Undangan Negeri dengan DPT sekitar 14,9 juta jiwa dari 32 juta penduduk Malaysia.

Ada yang menarik dari ajang pemilu kali ini ketika mantan PM Malaysia terkenal Datuk Mahathir Mohammad kembali turun gunung untuk bertarung memperebutkan kursi parlemen. Beliau rupanya sudah sangat geram dengan perkembangan Malaysia mengalami penurunan di masa pemerintahan Najib Razak yang masih merupakan keturunan Bugis. 

Apalagi ditengarai penanganan kasus 1MDB yang sempat menyeret PM sekarang seperti lenyap ditelan bumi. Uniknya, Mahathir Mohammad bersekutu dengan partainya Anwar Ibrahim yang notabene pernah dijebloskan ke penjara pada masa pemerintahannya.

Sebagian rakyat Malaysia sendiri sebenarnya sudah bosan dengan partai pemenang pemilu yang itu-itu saja, seperti halnya Golkar pada masa Orde Baru. Kondisi Malaysia kini nyaris seperti orde baru, keterbukaan informasi masih terbatas dan demokrasi masih sebatas jargon. 

Mereka sebenarnya iri melihat tetangganya Indonesia yang sudah sangat demokratis, bebas menyuarakan pendapatnya tanpa takut dilenyapkan dalam sekejap, paling mentok di-bully atau di sidang dalam kasus pencemaran nama baik. Bahkan pimpinan negarapun kerap dinyinyiri oleh sebagian rakyatnya dan tetap tegar bekerja tanpa peduli omongan orang.

Namun sayangnya, belum ada tokoh muda yang bisa menandingi kharisma Najib sehingga Mahathir Mohammad terpaksa turun tangan untuk kembali berjuang di usianya yang sudah sangat senja, 92 tahun. Seharusnya umur segitu beliau lebih tepat momong cucu daripada harus berkeringat kembali ke jalan untuk bertarung memperebutkan kursi parlemen. 

Kharisma Anwar Ibrahim, istrinya Wan Azizah Wan Ismail atau putrinya yang cantik Nurul Izzah belum mampu mendongkrak suara oposisi untuk bertarung di pilihan raya kali ini sehingga harus ditopang oleh kehadiran mantan PM tersebut.

Ketiadaan tokoh muda membuat sebagian pemilih masih enggan memilih partai oposisi untuk berkuasa di negeri jiran karena calonnya tidak jauh berbeda karakternya dengan yang ada sekarang. 

Jadi harapan tinggallah harapan, kenyataannya tidak akan banyak perubahan yang terjadi di negeri jiran siapapun pemenangnya. Apalagi hasil survei seperti dikutip disini masih mengunggulkan BN sebagai koalisi yang diusung Najib daripada PH yang diusung Mahathir, walau selisihnya semakin tipis dibandingkan pilihan raya lima tahun lalu.

Jadi wajarlah kalau sebagian netizen negeri tetangga berseloroh untuk  membawa Jokowi ke Malaysia. Daripada dinyinyiri sebagian warga di negerinya sendiri, mending pindah ke selimut tetangga yang lebih menaruh harapan besar daripada rumput di halaman rumah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun