Mohon tunggu...
Dita Utami
Dita Utami Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga

ibu rumah tangga yang peduli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perbedaan untuk Disyukuri, Bukan untuk Dipanasi

4 Juli 2019   01:09 Diperbarui: 4 Juli 2019   02:44 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pixabay.com

Media sosial kerap menjadi medan berdebat. Sayangnya, kebanyakan, debat yang dilakukan sebatas debat kusir. Dalam arti, debat yang tidak ada ujungnya. Debat yang hanya ingin menang-menangan belaka. Tidak solutif. Sekadar pamer kemampuan retorika atau dengan semangat mengejek, menghujat, bahkan mencaci-maki lawan debat.

Ilmu yang dibawa, ternyata bukan untuk diuji kebenaran dan kemapanannya. Melainkan, sebagai senjata buat pintar-pintaran saja. Yang terjadi kemudian, kebuntuan dan kebencian. Tentu ini berbahaya. Mungkin bahaya yang ditimbulkan tidak secara langsung. Namun, bisa menjadi bibit-bibit gesekan horizontal antara masyarakat.

Bila diperhatikan, materi debat beragam bidangnya. Ada yang tentang agama. Apalagi, para pendakwah belakangan ini, adalah mereka yang sudah khatam pendidikan di luar negeri. Latar belakang pendidikan yang berbeda, afiliasi ormas yang berbeda, melahirkan perbedaan dalam pemahaman agama.

Perbedaan itu yang kemudian dijadikan bahan bakar perdebatan. Sayangnya, dalam sejumlah kesempatan, perdebatan yang muncul ternyata receh. Cuma buat menjatuhkan lawan. Persoalannya, masing-masing pendebat, tak mungkin mau jatuh. Yang terjadi, justru saling merasa tidak jatuh. Ya itu tadi, menang-menangan saja.

Fenomena ini harus disudahi. Apalagi, sekarang momentumnya tepat. Yakni, pasca Pilpres yang berlangsung panas tempo hari. Panas karena banyak yang berdebat dan saling mencemooh.

Sekarang waktunya rekonsiliasi. Pahamilah, bahwa perbedaan itu adalah hal yang patut disyukuri. Perbedaan membuat jagat raya menjadi indah. Perbedaan jangan dipanas-panasi dan dijadikan alasan untuk saling baku hina. Karena, kalau itu dipaksanakan, tidak akan ada habisnya. Pasalnya, Tuhan memang menciptakan kita dalam perbedaan.

Bukankah perbedaan ini adalah semboyan bangsa. Masih ingat dengan bhineka tunggal ika, kan? Dulu, nenek moyang kita begitu bangga dengan perbedaan ini. Bahkan, perbedaan inilah yang menyatukan mereka. Sehingga, sanggup meraih kemerdekaan bagi negeri pertiwi.

Pesan-pesan menyejukkan tentang pentingnya kebersamaan dalam perbedaan ini layak terus dikobarkan melalui media sosial. Dengan demikian, para warganet terus terjaga pada mimpi mewujudkan bangsa yang adil, makmur, aman, dan penuh rasa persaudaraan.

Ayo, jangan banyak berdalih lagi. Segera mulai memviralkan konten-konten indahnya kebersamaan bangsa demi Indonesia yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun