Mohon tunggu...
Tadzkira Nadia Tsauri
Tadzkira Nadia Tsauri Mohon Tunggu... -

Santri yang mencintai ibu

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menghakimi Puan: Bukan Menteri Gagal!

22 Januari 2017   10:45 Diperbarui: 22 Januari 2017   10:49 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: news.liputan6.com

Harus diakui, Puan Maharani adalah salah seorang Menteri yang mendapatkan banyak tanggapan miring terkait kinerjanya di Kementerian Koordinator Pembangunan Manusian dan Kebudayaan (Kemenko PMK). Di banyak media dan pemberitaan, ada saja informasi yang tak mengenakkan terhadap Puan Maharani. Mulai dari menteri gagal, tak bekerja, raportmerah, menteri titipan, dan lain sebagainya.

Pandangan yang paling sering dijumpai adalah bayang-bayang Megawati yang oleh masyarakat selalu dilekatkan pada sosok Puan. Hal itu tentu saja “mereduksi” kemampuannya sebagai sosok yang bisa bekerja dan mempunyai kapabilitas.

Tapi, benarkah demikian?

Mari kita pelan-pelan membacanya, untuk kembali membincangkan tema ini secara lebih jernih dan lebih tenang. Jadi begini...

Puan Maharani, adalah tipe Menteri yang tak terlalu heboh di atau dengan media. Ia fokus pada kerja dan tugas yang dibebankan negara olehnya. Kepeduliannya hanya pada kerja nyata, bukan pada berita. Sehingga, Puan lebih memilih diam, daripada hanya ikut meramaikan dunia media agar bisa dikenal dan viral. Praktis, kerja diam-diam itu menjadikannya tak terlalu hebringsoal pemberitaan, dan pada saat yang bersamaan muncullah para hatersyang siap memainkan isu secara lebih liar. Satu sisi, apa yang dilakukan oleh Puan benar, tapi di sisi lain, ia cenderung mempunyai citra yang lumayan buruk. Artinya, ini seperti pembenaran terhadap sebuah adigium,bahwa “sehebat apapun Anda bekerja, tapi tak pernah ditunjukkan secara nyata – apalagi diikuti dengan analisa dan asumsi para pengamat – tetap saja Anda bukan siapa-siapa”.

Menjabat sebagai Menteri Koordinator memang tidak mudah. Selain program kerja yang harus dijalankan, seorang menteri koordinator juga meniscayakan kemampuan mengordinir Kementerian-kementerian yang ada di bawahnya. Ada delapan Kementerian yang berada di bawah koordinasi Puan Maharani, yaitu Kementerian Agama; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; Kementerian Kesehatan; Kementerian Sosial; Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Dari beberapa Kementerian tersebut, kita bisa melihat, ada beberapa Kementerian yang mendapatkan nilai dan apresiasi positif terkait kinerjanya, seperti Kemenag, Kemensos, Kemendikbud. Kemenpora, akhir-akhir ini mendapatkan apresiasi positif seiring semakin berbicaranya Indonesia di dunia olahraga Internasional. Tentu saja persoalan sepak bola yang kini mulai memberi harapan setelah sebelumnya, Kemenpora dianggap sebagai “dalang” kisruh persepakbolaan nasional. Kemensos adalah Kementerian yang bukti dan kerjanya sangat bagus terkait bantuan sosial dan program kreatif yang dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Kemendikbud dan Kemenristek juga mulai menemukan “jalan” menuju arah yang benar dan mendapatkan sambutan yang baik oleh masyarakat luas. Pendidikan sebagai salah satu kunci pembangunan mulai ditingkatkan dan digalakkan.

Tentu tulisan ini tidak ingin mereduksi keberhasilan masing-masing menteri di Kementerian masing-masing. Tapi harus diakui pula, bahwa keberhasilan tersebut juga dikarenakan adanya kesatuan koordinasi yang tepat dan benar, dan itulah yang dilakukan oleh Puan Maharani. Sehingga Menteri-menteri yang berada di bawah garis koordinasinya bisa menunjukkan kinerja yang baik dan mendapatkan pencapaian yang prestisius.

Tidak hanya itu, Tugas Puan Maharani yang difokuskan pada tiga hal, yakni kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan sosial, terbukti menunjukkan peningkatan yang signifikan. Tingkat kemiskinan tahun 2016 turun menjadi 10,8% dari sebelumnya sebesar 11,2% pada tahun 2015. Tingkat pengangguran pun turun menjadi 5,8% pada tahun 2016 dari sebelumnya 6,18% pada tahun 2015. Bahkan kata Johan Budi, angka pengangguran ini terendah sejak era reformasi (liputan6.com/24 Oktober 2016). Tentu ini sebuah prestasi yang membanggakan.

Artinya, ternyata di tengah banyaknya isu-isu liar itu, Puan Maharani adalah sosok menteri perempuan yang cakap bekerja, terutama mengordinasi kementerian-kementerian di bawahnya meski tanpa kehebohan media. Jadi, mari kita ubah persepsi, bahwa Puan Maharani adalah seorang Menteri yang gagal. Itu tidak benar!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun