Mohon tunggu...
Adisiana
Adisiana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Orang Bodoh

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kau, Sajak dan CYMK/RGB

10 Desember 2016   23:09 Diperbarui: 10 Desember 2016   23:25 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Satu, dua kuhitung hari-hari yang akan datang. Sudah sekitar sebulan lebih hal ini terus aku lakukan. Entah, belum ada rasa bosan. Hari demi hari masih terasa menyenangkan. Masih membuatku gila penasaran. Gilanya masih sama seperti saat pertama kali kau bilang, “ayo ikut bersamaku.” Dan aku melompat, kegirangan, seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan kabar gembira “Es krim milikmu akan segera tiba.” Atau barangkali “aku punya banyak permen buatmu.”

Ah, kalau dipikir-pikir, dulu aku tidak pernah seriang ini. Bisa dibilang hidupku datar-datar saja, flat. Bahagia ya tentu. Hampir setiap hari aku bahagia. Di setiap aku mengawali hari yang ternyata aku masih terus diberi kesempatan untuk tetap hidup di dunia ini. Bahagiaku hanya kuekspresikan lewat gurat wajah. Sekedar sapaan yang kuhias senyum di atasnya. Hanya itu saja biasanya. Tidak lebih.

Akhir-akhir ini, aku makin giat mengekspresikan kebahagiaanku lewat kata-kata. Lewat majas-majas serta larik-larik dalam sajak di beberapa secarik kertas. Kadang juga lewat lukisan dan gambar dalam nirmana. Entah pewarna apa yang tumpah di kepalaku hingga seakan-akan semuanya penuh warna-warni. Sampai aku sendiripun bingung, bahkan pusing. Sesuatu yang datang dengan tiba-tiba dan kehadirannya dipenuhi banyak warna. Sulit bagiku untuk terbiasa dengan situasi ini. Sebab selama ini aku hanya melalui hari dengan nuansa monokrom, dengan nuansa yang tidak banyak kata-kata dan tanpa basa-basi. Kalau tidak hitam gelap, ya terang putih. Kadang kombinasi antara keduanya, abu-abu tidak jelas.

Warna-warni yang belakangan ini mewarnai seisi kepalaku rupanya melahirkan banyak kata-kata. Bisa jadi ini adalah sebuah anugerah yang diperuntukkan bagi imun-imun tubuhku yang satu per satu mulai mati. Bak kekuatan atau energi baru yang sengaja dikirimkan oleh Tuhan buatku. Sel-sel di tubuhku, semua sistem saraf hingga setiap sendi dan otot-ototku yang biasanya kendur, loyo tanpa gairah, semuanya mendadak aktif, bergerak dan kencang. Aku merasa darah di sekujur tubuh ini mengalir begitu hebat. Semua bagian dalam diri ini hidup kembali setelah lama kubiarkan mati.

Betapa hebatnya warna. Kau hadirkan merah menyala-nyala dalam setiap hariku akhir-akhir ini. Aku seperti selalu dibakar untuk terus hidup nyata, hidup nyala, hidup penuh cinta. Tidak hidup sekedarnya seperti sebelum-sebelumnya. Lalu kau hadirkan biru. Dimana kedamaian yang selalu dihadirkan disitu. Betapa kesejukan dapat aku rasakan di setiap serat, partikel atau tetes di warna biru yang melekat di sendu bola matamu. Kujumpai pula segarnya hijau di setiap kata-katamu. Di setiap kalimat yang keluar dari mulutmu. Tentang panorama, tentang sabana, tentang puncak gunung yang mampu dan menjanjikan kesegaran kala mata memandang, kala kau hirup udara yang ditemani desis suara ilalang. Juga warna kuning, oren hingga jingga. Kau hadirkan sebuah nuansa senja yang mampu melepaskan semua lelah. Seakan aku disambut oleh secangkir teh hangat dengan warnamu yang lebih dulu menghangatkan.

Betapa hebat kuasa Tuhanku ini. Warna-warni indah sudah penuhi hari-hari. Ia hadirkan hanya dalam satu paket, seorang lelaki yang bertubuh tegap tinggi, dengan senyum manis dan lesung pipit di pipi.

Kalau saja setiap hari adalah kanvas, pasti telah jelas terlukis tiap-tiap celah dan sisinya. Karena sejak kedatangannya, warna-warni ini terus menyala-nyala, terus bekerja, terus menumpahkan rona dan pesonanya di tiap langkah dan nafasku.

Semoga saja warnamu ini tidak hilang dihela waktu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun