Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bukaan 8: Kala Seleb Sosmed Menghadapi Kelahiran Anak Pertama

26 Februari 2017   15:49 Diperbarui: 26 Februari 2017   15:55 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukaan 8: Kala Seleb Sosmed Menghadapi Kelahiran Anak Pertama

Film-film komedi keluarga buatan Hollywood yang mengisahkan tentang suka-duka pasangan muda dengan istrinya yang sedang bunting dan hendak melahirkan mungkin sudah banyak. Sebut saja Nine Months dan Junior.  Tetapi kalau di Indonesia, mungkin baru Bukaan 8 yang mengisahkannya. Tentunya, dengan humor dan kultur khas Indonesia.

Adalah Alam Merdeka (diperankan Chicco Jericho), seorang idealis dan bintang sosmed yangfollower-nya mencapai 40ribu lebih di twitter dan Instagram, yang harus menghadapi kelahiran anak pertama buah cintanya dengan Mia (dimainkan oleh Lala Karmela). Mungkin kalau pasangan tersebut adalah keluarga kaya-raya yang didahului proses pernikahan normal, proses persalinannya tidak akan membawa masalah. 

Tetapi, Alam yang menggantungkan hidupnya dari menulis blog dan posting status di sosmed, harus berjibaku dengan kenyataan bahwa kelahiran anak pertama, terutama di ibukota, tidak semudah yang dibayangkan. Apalagi Alam selalu menjanjikan Mia, yang hamil duluan sebelum nikah, akan kehidupan mapan, termasuk memasukkan istrinya ke kamar VIP di rumah sakit swasta bertaraf internasional di kawasan Semanggi, Jakarta.

salah satu adegan Bukaan 8: Alam sebagai selebtwit sempat-sempatnya upload status foto di rumah sakit saat sedang registrasi kamar rumah sakit untuk istrinya. (foto sumber: youtube)
salah satu adegan Bukaan 8: Alam sebagai selebtwit sempat-sempatnya upload status foto di rumah sakit saat sedang registrasi kamar rumah sakit untuk istrinya. (foto sumber: youtube)
Dari berhutang ke lintah darat, menggadaikan mobil dan laptop yang menjadi sumber penghasilannya, hingga nyaris disomasi oleh politikus gara-gara twitnya yang berani. Belum lagi Alam harus menghadapi ibunya Mia yang super bawel, dan bapaknya Mia yang benci terhadapnya karena telah menghamili anaknya sebelum menikah. 

Untungnya, Alam masih punya ibu yang tegar dan bijaksana. Di tengah-tengah menghadapi kemelut menjelang proses kelahiran anak pertamanya, sang ibu selalu mendukung dan percaya pada Alam bahwa putranya itu dapat menjadi kebanggaan keluarga.

Meskipun masalah yang dihadapi Alam sebenarnya pelik (khas anak-anak muda dan pasangan-pasangan muda ibukota yang belum mapan secara ekonomi tapi terpaksa bergaya hidup seolah-olah berkecukupan), tetapi kisah yang dibawakan selalu dibalut dengan unsur-unsur komedi, yang untungnya tidak slapstick. 

Misalkan adegan kejar-kejaran antara Alam dengan ayah mertuanya, yang dimainkan sangat apik oleh Tio Pakusadewo sebagai orangtua yang terkena stroke. Juga dialog saling berbalas yang dilontarkan ibunda Mia dalam bahasa Sunda (sepertinya teteh Sarah Sechan cocok banget deh dengan peran ibu-ibu cerewet, ha ha..) dengan ibunya Alam. Biasalah, calon nenek rebutan calon cucu.

adegan-bukaan-8-58b2953ab79373b80605b0fd.jpg
adegan-bukaan-8-58b2953ab79373b80605b0fd.jpg
Selain itu, banyak juga adegan yang sebenarnya merupakan sindiran terhadap situasi politik yang tengah memanas saat ini di ibukota, namun dibuat secara komedi. Misalkan khutbah Jum’at di dalam masjid kampung yang mengusung muatan politis. Atau tweet war antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. 

Namun, uniknya film ini juga sepertinya hendak menunjukkan, terutama bagi orang-orang yang masih menganggap kegiatan ng-eblog dan nge-twit tidak membawa manfaat, ternyata di zaman sekarang hidup sebagai seleb sosmed pun bisa menghasilkan. Asalkan ya itu tadi, harus lebih bijak dalam menggunakannya, supaya nyaris tidak terkena somasi seperti Alam.

Angga Dwimas Sasongko (kanan) dalam sambutannya sebelum film Bukaan 8 diputar di Love Philosophy Film Festival, 24 Februari 2017, Plaza Indonesia, Jakarta. (foto: dokpri)
Angga Dwimas Sasongko (kanan) dalam sambutannya sebelum film Bukaan 8 diputar di Love Philosophy Film Festival, 24 Februari 2017, Plaza Indonesia, Jakarta. (foto: dokpri)
Film yang diproduseri Chicco Jericho dan disutradarai Angga Dwimas Sasongko ternyata merupakan refleksi dari kehidupan sang sutradara ketika hendak menyambut kelahiran anak pertamanya. Proses syutingnya sendiri hanya memakan waktu 16 hari yang ber-setting di kawasan sekitar Semanggi. 

Tayang di bioskop sejak 23 Februari 2017 lalu, Bukaan 8 juga menjadi salah satu dari serangkaian film bertemakan cinta dalam rangka festival Love Philosophy yang digelar Plaza Indonesia sejak hari Rabu, 22 Februari dan berakhir 24 Februari kemarin. Di awal pemutaran disambut dengan sekelumit sambutan dari Angga sendiri yang biasa menyutradarai film-film drama dengan riset mendalam seperti Filosofi Kopi dan Surat dari Praha, untuk film Bukaan 8 ia ingin menghadirkan sesuatu yang lebih ringan namun tetap memberi hikmah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun