Mohon tunggu...
Didik Djunaedi
Didik Djunaedi Mohon Tunggu... Editor - Penulis, Editor dan Penikmat Hiburan

Editor, penulis, dan penikmat hiburan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

La La Land: Impian dan Kenyataan Sama Indahnya

24 Januari 2017   15:56 Diperbarui: 24 Januari 2017   17:51 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film La La Land dibuka dengan adegan sebuah kemacetan di Los Angeles. Pemandangan khas sehari-hari di kota besar seperti juga di Jakarta. Yang membedakan adalah adegan itu sendiri dengan kenyataan yang kita hadapi pada situasi yang sama. Di film arahan Damien Chazelle ini mereka yang terjebak di kemacetan keluar dari mobil mereka lalu bernyanyi dan menari-nari bersama. Tentu saja, hal ini hanya terjadi di film dan di film musikal.

Adegan menari-nari kompak di sela-sela mobil sambil bernyanyi Another Day of Sun ini menjadi pembuka yang manis dan menjanjikan film musikal yang ciamik yang pada kenyataannya memang demikian. Di tengah kemacetan tersebut dua sejoli dipertemukan secara random. Sebastian (Ryan Gosling) membunyikan klakson mobilnya, memberi tanda agar  Mia (Emma Stone) yang sedang sibuk menghafal dialog untuk audisi film untuk segera menjalankan mobilnya.

Pertemuan acak tersebut ternyata terulang sampai dua kali. Pertemuan berikutnya ketika Mia tanpa sengaja masuk ke sebuah kafe, di sana Mia menyaksikan permainan piano jazz Sebastian. Sang manajer kafe rupanya tidak suka Sebastian memainkan musik jazz gubahannya sendiri. Ia lebih suka Sebastian memainkan musik standar untuk musim-musim tertentu seperti natal dan sebagainya. Oleh karena Sebastian ngotot memainkan musik jazz, akhirnya sang manajer memecatnya. Mia berusaha menyampaikan rasa empati terhadap kejadian tersebut, tetapi tidak mendapat tanggapan yang baik dari Sebastian yang sedang kesal.

Pertemuan ketiga Mia dan Sebastian terjadi di sebuah pesta musim panas, ketika Sebastian bermain di kelompok band yang memainkan lagu-lagu era 80-an seperti Take on Me dari a-ha. Pada pertemuan ketiga inilah Mia dan Sebastian mulai akrab meskipun keduanya pada awalnya saling sindir tentang profesi mereka. Mia adalah kasir di sebuah kedai kopi di lingkungan Hollywood yang berusaha menjadi bintang film dengan mengikuti audisi-audisi tetapi tak kunjung mendapatkan peran. Sedangkan Sebastian adalah pemain piano jazz berbakat yang bermimpi memiliki kafe yang akan memainkan musik-musik jazz murni.

Sebastian bersikeras memperjuangkan kembalinya kejayaan musik jazz seperti pada era idolanya, Louis Armstrong, Charlie Parker dan kawan-kawan.  Sementara itu, Mia berada di ujung kejenuhan mengikuti ribuan audisi tapi selalu merasa disepelekan. Semangat Mia kembali bangkit ketika Sebastian meyakinkan bahwa ia memiliki bakat akting dan mampu membuat pertunjukan dramanya sendiri.

Mia akhirnya rela meninggalkan kekasihnya, Greg dan memilih Sebastian karena merasa memiliki visi dan misi yang sama dalam menjalani hidup dan kehidupan. Kehadiran Keith (John Legend), teman sekolah Sebastian yang telah sukses menjadi musisi dan mengajak Sebastian bergabung ke dalam grup band-nya mengubah kehidupan mereka.

Masa-masa indah berdua mulai berubah. Sebastian mulai berkompromi memainkan musik jazz yang memasukkan unsur musik kekinian. Di lain pihak Mia yang meyakini nasihat awal Sebastian untuk tidak mempedulikan selera orang lain mengalami benturan kegagalan saat mengadakan pertunjukan monolog perdananya.

Konflik-konflik yang dibangun secara halus hingga mencapai puncaknya ketika Sebastian dan Mia berselisih paham dan bertengkar ini adalah adegan yang layak diacungi jempol. Ryan Gosling dan Emma Stone mampu memainkan perannya dengan baik. Di film ini tidak ada tokoh hitam putih yang jelas seperti kebanyakan film kita yang selalu menampilkan si jahat dan si baik hati dengan gamblang dengan ciri-ciri tertentu. Semua bangunan cerita yang dialami karakter memiliki alasan yang kuat sehingga kita bisa berpihak di kedua karakter yang sedang berseteru.

Mungkin adegan-adegan dalam film ini tidak sampai membuat kita menangis sesenggukan ketika menyelami kesedihan yang dialami karakternya. Akan tetapi, kita dapat merasakan kedalaman peristiwa demi peristiwa. Dan ingat, ini adalah film yang berformat musikal. Nyanyian, tarian, dan akting mereka sungguh meyakinkan, tanpa terlihat berlebihan atau sekadar tempelan adegan nyanyi dan menarinya. Ryan Gosling konon harus berlatih bermain piano dalam waktu lama agar dapat menyelami karakternya. Film ini juga menampilkan gambar-gambar indah dan tarian yang dilakukan Ryan Gosling dan Emma Stone yang rasanya akan membuat tari-menari semakin hit. 

Akhir film ini juga akan memberi kejutan tidak biasa. Kita mungkin akan sedih dibuatnya, tetapi dengan cepat kita akan bisa menghibur diri terhadap kesedihan tersebut. Ah film ini memang membuat kita ingin menyaksikan berulang-ulang sambil ikut bersenandung bersama Sebastian dan Mia. Menonton film La La Land ini  juga menyaksikan kegigihan memperjuangkan mimpi dan cita-cita serta berserah ketika kenyataan tidak sesuai harapan. Khayalan dan kenyataan sama indahnya ketika kita mampu menghadapinya dengan keriangan bernyanyi dan menari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun