Mohon tunggu...
Bahasa

Penyalahgunaan Kata "Wacana"

11 Juli 2018   10:09 Diperbarui: 11 Juli 2018   13:13 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Dalam masyarakat yang terbuka, bahasa mudah sekali diterima. Bahasa adalah suatu cara seseorang untuk berkomunikasi. Menurut para ahli, salah satunya Kridalaksana (1983, dan juga dalam Djiko Kentjono 1982) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk berkerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. 

Bahasa adalah sebuah kesepakatan, maka masyarakat akan menerima bahasa sesuai dengan apa yang disepakati. Sesuai dengan pembahasan ini, dewasa ini masyarakat sering sekali menggunakan bahasa yang jelas bukanlah makna dari pengucapan bahasa itu sendiri. Maksudnya adalah bahasa yang sering digunakan tapi masyarakat justru salah mengartikannya. Disambung lagi dengan banyaknya penggunaan bahasa di media sosial yang tidak sesuai.

Kata 'wacana' adalah salah satu bentuk kata yang justru tidak sesuai dengan maknanya. Menjamurnya media massa cetak maupun media elektronik, saat ini telah menjadi hitam diantara putih yang menekankan tentang penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan maknanya. Membahas menenai kata 'wacana' banyak sekali kita jumpai di media massa atau di artikel-artikel yang mengartikan kata 'wacana' adalah sebuah bahasa yang diartikan sebagai 'rencana yang tidak terlaksana'. 

Seperti pada artikel yang pernah saya kunjungi yang terdapat kalimat seperti ini : "Jika sudah begini, rencana untuk menabung liburan hanya akan jadi wacana abadi". 

Terlihat dalam kutipan artikel tersebut menjelaskan bahwa paradigma yang menuturkan kata 'wacana' adalah sesuatu rencana yang tidak terlaksana. Sebenarnya jika kita lihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-V, kata wacana itu sendiri memiliki arti komunikasi verbal, percakapan atau keseluruhan tutur yang merupakan satu kesatuan'. 

Sekalipun jika mau kita lihat dalam kamus Tesaurus, kata wacana bersinonim dengan artikel, bacaan, ceramah, dialog, diskusi, khotbah, komunikasi, lektur, percakapan, pidato, pustaka, surat, teks. Arti dari KBBI dan tesaurus tersebut sudah jelas, bahwa wacana itu bukanlah rencana  yang tidak terlaksana, namun banyak sekali yang menyalahgunakan kata wacana itu sendiri.  

Jika kita lihat dalam bukunya Adul Chaer, yaitu Linguistik Umum ada yang menyebut mengenai kesesuaian Semantik dan Sintaksis. Bahwa berterima tidaknya sebuah kalimat bukan hanya masalah gramatikal, tetapi juga masalah semantiknya. Dalam kasus ini, ketidakberterimaan kalimat "Jika sudah begini, rencana untuk menabung liburan hanya akan jadi wacana abadi" terletak pada kata wacananya.

Walaupun sudah begitu tetap saja kata wacana di masyarakat menjadi bahan acuan, untuk menggambarkan sesuatu rencana yang tidak terlaksana. Biasanya hal tersebut dikarenakan pemahaman maupun kesepakatan bahasa yang memang sudah disepakati. 

Namun  jika ingin dibenarkan, kata wacana tidak perlu digunakan. Seharusnya tetap menggunakan kata 'rencana yang tidak terlaksana'. Maka kalimat seperti "Jika sudah begini, rencana untuk menabung liburan hanya akan jadi wacana abadi" menjadi " Jika sudah begini, maka rencana untuk liburan tidak akan terlaksana"

Daftar Pustaka

Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta. PT. Rineka Cipta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun