*Teriring doa untuk Paulus Arswendo Atmowiloto
Tanamkan saja sepohon tabebuya di atas kuburku nanti
Supaya ragaku dipeluk akar-akar tabebuya
Dan guguran bunga tabebuya menebar-sebar di atas pusara
Saat waktu semakin sendiri dan sepi
Bila musim tabebuya berbunga, pekarangan kuburan mungkin akan sedikit lebih semarak
Dengan guguran bunga di atas pusara-pusara
Dan matahari pagi yang menerobos celah pohon-pohon bambu di sisi timur
Oh, tanamkan saja yang berwarna bunga putih
Sepertinya warna putih dapat menanda banyak hal:
Harapan dan doa
Surga dan kerahiman
Keberdosaan dan pengampunan
Bukankah hanya sedikit hal itu yang terbawa mati?
Ah ya, juga penantian mungkin
Tabebuya akan terus tumbuh dan meninggi
Sesekali tanpa bunga dan daun
Lalu semarak warnanya akan membuat kuburan lebih meriah
Mungkin raga tuaku akan dapat sedikit turut merabuk batang tabebuya
Supaya ia terus tumbuh dan meninggi
Bertumbuh tunas dan bunga-bunga yang bergerombol
Saling berpegangan supaya tidak segera digugurkan angin
Malam adalah sepi di kuburan
Selain burung-burung hantu yang menyambangi
Bulan akan tidak pernah lelah menyapa dengan tatapannya yang redup
Sedikit menepikan gelap
Aku tidak tahu, apakah kerinduan boleh kubawa serta
Dan harapan boleh kupeluk bersamanya
Tentang negeri tanpa kebencian
Tentang rumah-rumah tanpa keserakahan
Diisi dengan hati yang seluas samudera
Dengan cinta yang tidak pernah habis dibagikan