Mohon tunggu...
Diannova Noor A. A
Diannova Noor A. A Mohon Tunggu... Administrasi - pencari keabadian

hanya terkadang merasa perlu menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tentang "A Tribute to KLa Project"; Orang Awam Bicara

7 Februari 2012   23:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:56 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1328656890807480937

Tidak asing dan tindak heran apabila sebagian besar kita pernah menemui album ini. Mungkin setidaknya satu kali. Yang entah kita awas, ataukah justru adanya begitu luput dari perhatian kita. Suatu trik marketing yang hebat memang, dimana copy album ini tidak dijual seperti biasanya di toko-toko kaset konvensional, namun justru dipajang di gerai-gerai minimarket yang saat ini kian menjamur di negeri kita. Faktanya demikian, karena tidak setiap hari orang akan datang ke toko kaset, namun bisa jadi setiap hari atau setidaknya 2 kali dalam selang waktu yang tidak lama orang akan mendatangi minimarket.

Terlepas dari kenyataan lain bahwa di jaman digital ini kebanyakan bentuk fisik karya seni tidak lagi banyak diminati karena justru bentuk digitalnya yang laris manis. Disamping karena kemudahan akses, nyaris bebas biayalah salah satu kelebihannya. Meskipun yang demikian seringkali mengabaikan hak cipta atas karya tersebut. Banyak alasan memang, namun selalu ada saja yang loyal dan justru lebih terpuaskan dengan melakukan tradisi lama. Ditengah hiruk pikuk kemodernan jaman, selalu saja ada yang tetap berpegang pada tradisinya. Terbukti untuk ukuran jaman sekarang penjualan album ini terbilang sukses karena mampu terjual sebanyak 30.000 copy dalam 3 pekan pertama album ini dirilis menurut situs indomaret. Angka yang sukses untuk ukuran penjualan sekarang ini.

Tentu dengan demikian sampai saat ini sudah begitu banyak review yang ditulis kaitannya dengan album ini. Akan ada banyak komentar sehubungan dengan hadirnya album ini. Ketika kita searching via google maka akan kita temukan banyak blog, web, situs-situs berita yang menyajikan berita maupun ulasan mengenai album ini. Bisa dibilang tanpa harus saya mereview sudah ada para pendahulu yang review. Namun justru disini, dalam posisi saya sebagai penikmat baru karya-karya KLa Project saya akan mencoba sedikit mereview dari sudut pandang awam saya.

Lucu memang kedengarannya, lancang mungkin. Awam namun bermaksud mereview suatu album. Yang secara normatif review seharusnya dilakukan oleh orang yang kompeten, sesuai, alias menguasai bidang bersangkutan yang akan direview. Karena bagaimanapun di dalam review dibutuhkan pengetahuan sebagai pisau bedahnya. Apa jadinya sesuatu yang dibedah tanpa pengetahuan yang sesuai? Tidakkah begitu. Memanglah begitu. Akan tetapi dalam keyakinan saya hanya ada satu, bahwa sebenarnya tidak ada seseorang yang benar-benar tidak memiliki pengetahuan mengenai suatu hal. Kecuali hal itu berada diluar bidang yang digelutinya, maka untuk tahu ia jadi berkewajiban untuk mencari tahu. Dan pada masa sekarang ini hampir-hampir seluruh informasi mengenai suatu begitu mudah kita dapat. Dengan mencari pada sumber-sumber informasi yang dapat dipercaya untuk kemudian disampaikan kembali. Melalui keyakinan inilah saya tetap berkeras hati untuk menulis review ini.

KLa Project pertama kali muncul pada 1988. Dengan formasi Katon Bagaskara pada vokal, Lilo pada gitar, Adi Adrian, serta Ari Burhani yang kemudian ditengah perjalanannya memilih untuk mundur dari formasi KLa. Sehingga tinggallah tiga orang yang terus melanjutkan berkarya. Melalui singel andalannya yang bertajuk “Tentang Kita” mereka mulai menguasai tangga lagu tanah air. Mereka merangkak naik menjadi salah satu band yang cukup digandrungi kawula muda saat itu. Disamping corak musikalitas mereka yang mengusung genre pop alternatif sangat jarang pada saat itu dan merupakan alternatif baru ditengah pasar musik indonesia. Keistimewaan lain mereka adalah jalinan lirik-lirik yang mereka nyanyikan yang terasa begitu berbeda. Lirik-liriknya tidak secara lugas menyiratkan maksud ucapan, melainkan jalinan kata penuh makna. Begitu bernuansa sastrawi karena apabila dibaca begitu saja lirik-lirik mereka akan lebih menyerupai sebuah puisi yang kemudian dilagukan. Begitu indah dan mengalir.

KLa besar di saat saya kecil. Dimana saat itu di masa kecil saya tidak banyak lagu-lagu KLa yang saya dengar. Meskipun nomer-nomer seperti Kidung Mesra, Saujana, Terpurukku Disini, dan yang paling legendaris Yogyakarta sering saya dengar lewat radio yang disetel oleh bapak sepulang kerja. Terkadang juga di televisi yang ketika itu belum banyak stasiun televisi sebagaimana saat ini. Lagu-lagu mereka hanya melintas sejenak dan saya justru akan sibuk menirukan lagu-lagu anak yang dinyanyikan Trio Kwek-kwek, Maisy, Enno Lerian, dan Joshua, artis-artis cilik masa itu. Tak heran demikian karena itulah tempatnya lagu-lagu saya ketika itu. Kemudian seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, bertahun kemudian, kini, lagu-lagu anak itu sudah digantikan dengan lagu-lagu yang lebih sesuai dengan usia saya sekarang.

Tribute to KLa Project, demikian tittle album ini. Merupakan proyek daur ulang lagu-lagu yang pernah hits dari KLa Project. Diproduseri sendiri oleh Lilo, salah seornag peronel KLa. Dan diaransemen dan dinyanyikan kembali oleh seniman musik masa kini. Maka kehadiran album ini bisa berfungsi sebagai pengobat rindu bagi para KLanis, sebutan untuk fans KLa Project, maupun album perkenalan bagi para gerenasi baru termasuk saya. Tidak main-main. Yang dilibatkan dalam pembuatan album ini merupakan musisi-musisi papan atas tanah air. Ada bos RCM (Republik Cinta Management) Ahmad Dhani dalam Terpurukku Disini. Kemudian Maliq & The Essentials dengan Prasangka, RAN menyanyikan Tentang Kita, Babas dengan Sudi Turun ke Bumi, Violet dalam Bahagia Tanpamu, Pongki Bharata di nomor Meski Tlah Jauh, The Upstairs kebagian lagu Lantai Dansa, Ungu melalui lagu Yogyakarta, Vidi Aldiano lewat Semoga, dan Kerispatih dalam Menjemput Impian.

Tidak buruk menurut saya. Bahkan cenderung bagus. Sekilas saya dengarkan track-track hasil daur ulang ini secara keseluruhan cukup baik. Sebagai pendengar awam saya bisa menikmati materi lagu yang disampaikan. Musisi-musisi pilihan ini terbukti kebanyakan mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Jika saya boleh memberi peringkat tiga terbaik dan satu terburuk. Maka jelas terbaik pertama akan saya berikan pada RAN. Bagaimana tidak, beban yang ditanggungnya dengan lagu Tentang Kita yang mana lagu ini merupakan salah satu lagu pada masa-masa awal KLa Project. Lagu inilah yang memperkenalkan KLa di dunia musik tanah air. Sebagaimana yang diungkapkan oleh kompasioner senior saya Pak Edy Priyono, membuat dan mengisi album bertajuk “A Tribute to” sesungguhnya tidak mudah. Di satu sisi lagu aslinya harus tetap kelihatan karena itulah salah satu cara menghormati penyanyi/musisi aslinya. Namun disisi lain harus ada sesuatu yang baru, semacam interpretasi ulang terhadap lagu-lagu tersebut sehingga karakteristik penyanyi/musisi baru yang membawakannya juga akan nampak. Disinilah hebatnya RAN, mereka membawakannya sama baik dengan Katon dkk. Aransemen ulang yang begitu berani hingga membawa nuansa muda R&B yang memang khas RAN pada lagu ini. Empat jempol untuk RAN.

Kemudian posisi kedua saya tempatkan Pongki Bharata yang menyanyikan Meski Tlah Jauh. Penghayatannya pada lagu ini begitu mengalir. Mendengarkannya saya seolah terhanyut dalam keadaan ditinggalkan jauh oleh kekasih. Meskipun terdapat sedikit cacat dalam pemilihan Sophie Navita sebagai pengisi kekosongan suara wanitanya. Sangat tidak pas saya kira. Namun tetap saja Pongki terbilang sangat baik membawakan lagu ini. Salut.

Posisi ketiga adalah The Upstairs lewat Lantai Dansa. Tentu karena The Upstairs saya anggap mampu menambah nuansa persuasif pada lagu ini untuk mengajak kita berdansa. Tempo cepat dan aransemen ulang dengan nuansa elektronik retro yang benar-benar kekinian. Sangat berkesan.

Terakhir yang terburuk menurut saya. Yakni mereka yang saya anggap gagal dalam misinya me-recycle masterpiece dari legenda KLa Project. Yang jelas posisi ini saya berikan kepada Kerispatih dalam track Menjemput Impian. Kenapa? Karena ditangan mereka lagu ini begitu terdengar tak bernyawa. Terlalu mengutamakan teknik oleh vokal, namun tanpa penjiwaan dan penghayatan.

Diakhir tulisan ini, saya kira memang kemudian akan sedikit berbeda akhirnya apabila di satu waktu produk-produk akhir ini yakni track-track pada album ini dikomparasikan dengan versi orisinalnya. Yakni lagu-lagu aslinya yang diaransemen dan dinyanyikan oleh KLa sendiri. Kembali lagi pada selera masing-masing. Mungkin yang sudah begitu akrab dengan versi lamanya akan merasa versi aransemen yang baru ini masih jauh dibawah kualitasnya. Bisa jadi juga sebaliknya. Kami pun, para generasi ini tidak selalu menganggap yang terbaru merupakan yang terbaik. Dan sebagai pengingat, kenyataan bahwa album ini bukan hanya obat rindu akan tetapi juga salam kenal. Setidaknya dua misi ini benar baik tercapai dengan sejenak kita istirahat berpikir mana versi terbaiknya.

Baca juga: “A Tribute to KLa Project”, Kemasan Baru Lagu KLa Project dari 10 Artis

Rumah, 8 Pebruari 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun